CH-4 Keputusan keluarga

Mac memarkir mobilnya disebuah taman dipinggir jalan raya, supaya dia tidak mengganggu pengguna jalan yang lain. Dia benar-benar bingung dengan semua kejadian ini. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Dia tidak mengerti kenapa dia ada di semak-semak itu dengan gadis yang tidak dikenalnya?

Handphonenya terus berdering, ayahnya terus mencoba menghubunginya.

Akhirnya Mac menerima telpon dari ayahnya.

“Halo, Mac!” panggil James.

“Daddy,” jawab Mac.

“Nak, sebenarnya apa yang terjadi?” tanya James.

“Aku tidak tahu Daddy, aku tiba-tiba saja ada disemak-semak dengan gadis itu, aku tidak mengenalnya,” jawab Mac.

“Kau ada dimana sekarang?” tanya James.

“Dijalan,” jawab Mac.

“Pulanglah, Daddy akan menyusul pulang ke rumah,” kata James.

Telponpun ditutup.

“Bagaimana Daddy?” tanya Julian.

“Daddy akan pulang, kau pimpin rapatnya ya,” jawab James pada Julian yang masih berada di kantornya.

“Iya Daddy,” jawab Julian.

James langsung meninggalkan kantornya.

Dijalan menuju loby dia menelpon Edward, memberitahu kalau Mac akan pulang ke rumah, dan seluruh keluarga harus tahu penjelasan dari Mac.

Dua jam kemudian, ruang keluarganya James berubah menjadi ruang rapat keluarga.

Di sofa yang besar dan melingkar itu, duduk James dengan Edward, Elsa duduk dekat Pamela. Disebrangnya Mac duduk terdiam. Pria muda itu sudah berganti pakaian dan sekarang terlihat lebih tenang.

“Coba kau ceritakan kejadiannya seperti apa?” tanya James, memulai pembicaraan.

“Detilnya aku tidak tahu Daddy, yang aku ingat aku datang ke pesta pertunangannya Alex, lalu aku duduk ditaman, aku masih ingat ada gadis itu yang lewat sambil menangis, setelah itu aku tidak sadar apa yang terjadi. Tahu-tahu pagi harinya aku ditemukan wartawan sedang bersama gadis itu di semak-semak,” jawab Mac.

Semua anggota keluarga mendengarkan. Tapi ternyata Mac tidak bicara lagi.

“Gadis itu putrinya Mr.Arnold, dia sudah menelpon Daddy tadi kalau dia meminta pertanggung jawabanmu,” kata James.

“Pertanggung jawaban apa?Aku tidak melakukan apa-apa,” sela Mac.

James akan bicara lagi tapi terpotong oleh suara kepala pelayan yang masuk keruangan itu.

“Mr, ada tamu di depan. Saya sudah minta menunggu tapi mereka memaksa masuk saja,” kata kepala pelayan, membuat semua orang terkejut.

“Siapa?” tanya James, keheranan, siapa tamu yang berani berbuat tidak sopan dirumahnya.

“Mr.Arnold,  ada petugas dari kepolisisan juga,” jawab kepala pelayan, membuat semua orang semakin terkejut lagi.

James diikuti Edward, Elsa dan Pamela segera menuju ruang tamu.

“Mr. Arnold, selamat datang, silahkan duduk!” sapa James dengan senyum ramahnya.

Mr. Arnold datang dengan istrinya dan gadis yang bersama Mac disemak-semak itu juga dua orang tidak kenal James mungkin kerabatnya dan dua orang polisi.

Mr. Arnold saat melihat Mac juga muncul keruangan itu langsung saja menghampirinya dan akan memukulnya. Elsa langsung berlari menghalangi Mr. Arnold.

“Mr! Apa yang kau lakukan? Putraku belum tentu bersalah!” teriak Elsa, dia sudah beridiri menghalangi Mr. Arnold.

“Kau harus bertanggungjwab atau kau masuk penjara!” teriak Mr.Arnold, wajahnya terlihat memerah menahan amarah.

“Aku tidak melakukan apa-apa!” teriak Mac.

Mr.Arnold akan bicara lagi, tapi tangannya dipegang oleh James.

“Mr. Arnold, kita bicarakan baik-baik,” kata James berusaha menenangkan Mr. Arnold.

Merekapun berkumpul diruang tamu. Mr. Arnold menahan amarahnya sedangkan istrinya memeluk tangan putrinya yang menunduk saja.

Elsa duduk disamping Mac, dia juga terus memegang tangan putranya.

James duduk bersama Edward menghadapi Mr. Arnold dan dua orang keluarganya, juga dua orang polisi itu.

James menoleh pada Mac.

“Sayang coba kau jelaskan kejadian itu,” kata James.

“Seperti yang tadi aku katakan pada Daddy, aku tidak sadar,aku tidak ingat apa-apa, aku juga tidak mengerti kenapa aku ada di semak semak dengan wanita itu,” jelas Mac, kepalanya mengarah pada gadis yang sedang melihat kearahnya, wajah Mac benar-benar masam, dia sebal pada gadis itu.

James menoleh pada gadis itu.

“Nak, siapa namamu?” tanya James.

“Maureen,” jawab Maureen.

“Coba kau ceritakan kejadiannya ,kita semua ingin mendengar pengakuan darimu,” kata James.

“Sama dengan pria itu,aku juga tidak tahu apa-apa, tiba-tiba aku bangun ada di semak-semak,” jawab Maureen, matanya mendelik pada Mac. Dia masih ingat pria itu mendorong bahunya sampai tersungkur masuk semak-semak, benar-benar laki-laki kasar.

“Nah kita sudah mendengar penjelasan dari keduanya, kalau mereka tidak tahu kenapa mereka ada di semak-semak itu,” kata james.

“Masalahnya, kejadian ini sudah sampai ke media, aku malu, keluarga besarku malu!” kata Mr. Arnold.

“Mr.Arnold, keluargaku juga malu,” kata James. Edward hanya mengangguk saja.

Mr.Arnold menatap Edward.

“Ini Daddynya Mac juga,” kata James, mengerti arti tatapannya Mr Arnold. Pria itu terlihat terkejut ternyata Mac punya dua ayah tapi dia tidak bicara apa-apa.

“Jadi apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya ibunya Maureen.

“Aku malu keluar rumah,semua orang mencemooh putriku,” lanjutnya dengan wajah yang sedih.

Edward menoleh pada Mac.

“Sayang, apa kau dipesta itu mungkin meminum sesuatu yang membuatmu mabuk?” tanya Edward.  Pengalamannya dia juga pernah mabuk dan membuat tragedi buruk pada ibunya Mac.

Elsa menoleh pada putranya.

“Aku tidak mabuk-mabukan,” jawab Mac , diapun mengingat-ingat kembali kejadiannya.

“Aku hanya mengambil minuman dan duduk dikursi dekat semak-semak itu, lalu gadis tidak jelas itu datang mengambil minumanku,” lanjut Mac.

“Apa maksudmu gadis tidak jelas?” teriak Maureen kesal dengan pernyataan Mac.

“Kau memang gadis tidak jelas, kau datang sambil menangis dan kau mengambil minumanku!” kata Mac, dengan ketus.

Maureen akan menyela tapi ditahan ibunya.

“Apa kalian melakukan sesuatu disemak semak itu?” tanya James, semua mata menoleh pada Mac lalu pada Maureen.

“Tidak!” jawab keduanya.

“Ya berarti clear kan tidak ada kejadian apa-ap, ini hanya ketidak sengajaan yang entah siapa yang membuat mereka mabuk. Aku akan menyuruh orang untuk menyelidiki hal ini,” kata james.

“Tidak bisa seperti itu!” potong Mr.Arnold. Semua mata memandang kearahnya.

“Maksudnya apa?” tanya James, menatap Mr. Arnold.

“Aku ingin putramu tetap bertanggungjawab,” kata Mr. Arnold.

“Tapi aku kan tidak melakukan apa-apa,” protes Mac.

“Meskipun tidak melakukan apa-apa, tapi kalian sudah membuat malu seluruh keluarga, dan itu harus dipertanggungjwabkan. Aku malu namaku tercemar kerena kejadian ini, putriku dicemooh orang. Mungkin kalian tidak melakukan apa-apa tapi apa kata orang? Putriku ternoda, tidak ada pria yang mau menikahinya,” kata Mr. Arnold.

James dan Edward menatap Mr. Arnold.

“Jadi kau mau putraku bertanggung jawab apa?” tanya Edward.

“Tentu saja menikahi putriku,” jawab Mr. Arnold.

“Apa?” Mac dan Maureen serentak berteriak, mereka saling pandang.

“Tidak mau!” teriak mereka berdua. Saling membuang muka.

Semua orangpun terdiam.

Ibunya Maureen menoleh pada putrinya.

“Sayang kau terpaksa harus mau menikah denganya, aib ini akan membuatmu kesulitan mendapatkan jodoh, tidak ada pria yang akan menikahimu, kalau pun kau ada yang menikahi, keluarga suamimu akan merendahkanmu,” kata ibunya Maureen.

“Tapi aku tidak mau menikah dengan pria arogan seperti itu!” kata Maureen, mendelik pada Mac.

“Apa maksudmu mengatai aku arogan? Apa aku menyakitimu? Kau yang datang sendiri menghampiriku dan mengambil minumanku!” bentak Mac, merasa tidak terima disebut Arogan.

“Apa kau lupa? Kau sudah mendorongku sampai aku terjungkal ke semak-semak. Apa namanya kalau bukan arogan? Kau sangat kasar pada perempuan!” balas Maureen.

“Sudah, sudah, kenapa kalian bertengkar?’” lerai Elsa, dia pun menoleh pada Mac.

“Sayang, sepertinya itu bukan ide yang bururuk, tidak ada solusi lain untuk masalah ini, kita harus mengambil keputusan yang bijak dimata public,” kata Elsa, sambil menoleh pada Edward, lalu James dan Pamela.

Edward yang duduk disamping Mac mengusap bahu putranya.

“Mommymu benar sayang, kau memang harus menikah dengan Maureen,” kata Edward.

“Tidak, tidak, aku tidak mau menikah dengan wanita tidak jelas itu,”tolak Mac, mengeleng-gelengkan kepalanya.

“Kenapa kau mengatai aku tidak jelas terus?” maki Maureen, melotot kearah Mac. Dia semakin tidak suka saja pada pria kasar itu.

“Tentu saja, apa kau tidak lihat semalam kau sangat jelek, wajahmu hitam, kau juga tidak mamakai sepatu, kau sangat tidak cantik,” keluh Mac.

“Wajahku hitam karena aku menangis, pacarku menghianatiku!” jawab Maureen.

“Tidak perlu curhat disini!” cibir Mac.

“Aku bukan curhat, aku mengatakan sebenarnya,” kata Maureen.

Ruangan jadi terdengar panas mendengar dua orang ini bertengkar.

“Kalian tetap harus menikah,” kata James, diangguki oleh Mr. Arnold.

“Itu solusi yang terbaik karena kita harus bertanggungjawab pada public. Apa yang kalian lakukan itu bukan hal yang baik. Kalau kita tidak menjadikan solusi pernikahan akan menimbulkan guncingan yang tidak baik lagi, juga imbasnya pada kalian sendiri,” kata James, menoleh pada Mac lalu pada Maureen.

Kemudian James bicara lagi.

“Orang tidak akan begitu mudahnya percaya kalian tidak melakukan apa-apa, apalagi dengan kondisi kalian yang seperti di foto-foto itu,” lanjut James panjang lebar. Semua orang yang ada diruang itu mengangguk.

“Tidak, aku tidak mau menikah dengan wanita itu!” teriak Mac.

“Jangan berteriak padaku! kau fikir aku juga mau menikah denganmu?” Maureen balas berteriak.

Membuat semua orang kembali merasa pusing.

Elsa memegang tangan Mac, menatap putranya yang memberengut terus.

“Sayang, tapi itu solusi yang terbaik, kau kan tidak punya pacar juga sudah waktunya menikah,” kata Elsa.

Tiba-tiba Maureen tertawa.

“Hihihi..ternyata kau jomblo? Pria arogan yang jomblo? Pantas kau sangat ketus,” kata Maureen. Mendengar perkataan Maureen membuat Mac semakin kesal saja pada gadis itu.

“Eh lebih baik aku jomblo daripada kau yang menangis-nangis ditinggal pacarnya, apaan cengeng!” balas Mac.

Dikatakan begitu Maureen langsung menangis.

“Tega sekali kau mengataiku begitu? Apa kau tidak merasakan rasanya dihianati? Heh?” makinya sambil terisak.

“Sudah sudah,” kata ibunya Maureen, dia juga bingung melihat kedua anak itu bertengkar terus.

James menoleh pada Mac juga Edward.

“Sayang, kau harus menikahi Maureen. Kalian terpaksa harus menikah, suka atau tidak suka, itu adalah keputusan yang terbaik untuk semuanya,” kata James yang diangguki Edward. Mr. Arnold dan istrinya juga mengangguk setuju.

“Tapi aku tidak mau!” tolak Mac,masih bersikeras menolak.

“Kalau kau tidak mau, kau akan kumasukkan ke dalam penjara!” kata Mr. Arnold dengan kesal. Ucapannya tidak main-main, dia menoleh pada dua orang polisi itu.

James mengangkat tangannya, mencoba meredakan suasana. Diapun menoleh pada Mac.

“Sayang, ini sudah menjadi keputusan keluarga, jadi kau tidak bisa menolak, juga Maureen, kalian akan segera menikah, biar semua biaya pernikahan aku yang menanggungnya,” kata James, mengambil keputusan final.

“Aku setuju, aku dari pihak perempuan juga tidak keberatan kalau harus menyiapkan dana untuk pernikahan,” kata Mr.Arnold, James mengangguk juga Edward. Dua keluarga sudah sepakat Mac dan Maureen akan menikah.

Mac benar-benar menahan marah, dia melirik gadis itu yang sedang menghapus airmatanya dan juga meliriknya. Saat mata mereka bertemu, merekapun saling membuang muka.

******

Terpopuler

Comments

Narra Kumala

Narra Kumala

Suka,,, seru bnget

2021-10-26

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!