Gedung diadakannya acara pertunagannya Alex tampak begitu penuh oleh tamu-tamu undangan. Tampak Mac bersama teman-temannya juga hadir di malam itu.
Alex sedikit-sedikit melirik kearah teman-temannya. Dia baru saja bertunangan dengan pacarnya itu tapi dia ingin memutuskannya dan dia membutuhkan bantuan dari teman-temannya.
Mac tidak terlalu memperhatikan apa yang teman-temannya rencanakan. Malam itu hatinya sedang tidak mood karena keluarganya terus saja memaksanya untuk menikah.
Malam semakin larut, Mac mulai jenuh berada diarea pesta itu, tidak seperti teman-temannya yang datang bersama pasangannya atau sekedar menggoda wanita yang terlihat tidak membawa pasangan.
Untuk menghilangkan jenuhnya Mac berjalan menuju pintu gedung itu, dia ingin menghirup udara segar sebentar, suara berisik music didalam membuatnya tambah pusing saja.
Seorang wanita membawa nampan berisi dua gelas minuman, dia langsung mengambilnya.
“Tapi Mr. Ini untuk..” kata wanita itu tapi ucapannya dipotong oleh Mac.
“Kau ambilkan lagi saja minumannya,” kata Mac, sambil meminum minuman di gelas itu berjalan keluar, dia sangat gerah didalam.
Kakinya melangkah menuju sebuah kursi tanpa sandaran yang ada didepan semak-semak yang rimbun dia pun duduk disana dengan gelas minumannya. Lama kelamaan dia merasakan sesuatu yang aneh terjadi padanya, penglihatannya mendadak kabur.
Mac menggeleng-gelengkan kepalanya lalu menyimpan gelas yang masih berisi minuman itu disampingnya. Kedua tangannya memijat kepalanya yang terasa pusing.
Tiba-tiba ada seorang gadis yang lewat sambil menjinjing kedua sepatunya, dia berjalan tanpa menggunakan sepatunya itu.
“Benar-benar keterlaluan, aku sudah memaafkannya berkali-kali, tapi dia tetap saja selingkuh, selalu selingkuh, uhu uhu..” keluh gadis itu sambil terisak-isak mengusap airmatanya yang merusak eyelinernya, menimbulkan warna hitam disekitar matanya.
Mac menoleh pada gadis yang lewat itu.
“Apa kau lihat-lihat?” bentak gadis itu, menghentikan langkahnya dekat kursi yang Mac duduki.
Mac memalingkan muka, sebal dia untuk berbasa basi dengan gadis-gadis.
Gadis itu melihat gelas yang ada dikursi itu. Diapun mengambilnya dan langsung meminumnya.
“Hei, itu minumanku!” teriak Mac, menatap gelas yang ada ditangan gadis itu. Tapi sepertinya gadis itu tidak menghiraukan apa yang Mac katakan, dia kembali meminumnya.
“Kau tahu, aku sudah memberikan maaf berkali-kali tapi dia begitu lagi begitu lagi, dia benar-benar mempermainkanku, uhu uhu..” ucap gadis itu, kembali terisak, make up nya semakin berantakan karena tangisannya.
Gadis itu kembali minum digelas itu dan duduk disamping Mac, sepatunya dia simpan dikursi disampingnya.
“Apakah semua laki-laki seperti itu? Bisanya mempermainkan perasaan perempuan?” tanya gadis itu.
Mac manatap gadis itu sebentar tapi dia bingung karena pandangannya mulai kabur dia tidak terlalu jelas mendengar apa yang diucapkan oleh gadis itu.
Mac melihat gadis itu jadi ada beberapa orang membuat kepalanya semakin terasa pusing. Semakin pusing bertambah pusing, tiba-tiba Mac kehilangan kesimbangan dan terjatuh kebelakang masuk semak semak yang dibelakang kursi itu.
“Hai, kau kenapa? Kau baik baik saja?” tanya gadis itu. Diapun segera meneguk habis minumannya lalu disimpannya gelas ditangannya itu. Dia segera menghampiri Mac disemak-semak. Diapun berjongkok menggerak-gerakkan tubuh Mac.
“Mr, kau baik-baik saja? Mr!”panggilnya tapi Mac sama sekali tidak bergerak.
“Mr!” gadis itu menggeleng gelengkan kepalanya, dia bingung kenapa pria yang terjatuh itu menjadi begitu banyak?
“Mr! Kenapa kau banyak sekali?” tanyanya dengan bingung. Tidak berapa lama gadis itupun tersungkur disamping Mac.
*************
Keesokan harinya...
Mac mengerjap-ngerjapkan matanya, kepalanya terasa berat dan pusing, sangat pusing. Diapun memegang kepalanya, kenapa kepalanya jadi pusing begini? Dia keheranan.
Tangannya meraba-raba sekitarnya, dia merasakan kasurnya tidak lembut lagi bahkan terasa dingin dan berembun. Macpun duduk dan mencoba membuka matanya perlahan, dirasakannya banyak cahaya yang menyilaukannya, diapun semakin memaksakan diri untuk membuka matanya.
Saat matanya terbuka semakin banyak cahaya-cahaya yang menyilaukan, diapun menggeleng-gelengkan kepalanya, menghilangkan rasa pusing yang masih menyerangnya.
Terdengar juga suara orang berbisik-bisik dan bertanya begitu ramai. Mac kembali menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu dia merasakan ada yang bergerak-gerak disampingnya, diapun menoleh kaarah sampingnya dan langsung terkejut saat sosok diampingnya itu berteriak dengan kencang sampai memekakkan telinganya.
“Aaaw!” teriak gadis itu.
Mendengar teriakan yang sangat keras itu menyadarkan Mac dengan apa yang terjadi, diapun semakin terkejut saat sadar ada seorang gadis disampingnya, dengan wajahnya yang hitam belepotan eyeliner.
Mac spontan mendorong gadis itu dengan keras, sampai gadis itu terjungkal masuk ke semak-semak.
“Aaw! Apa yang kau lakukan!” teriak gadis itu, mencoba bangun dari semak-semak, rambutnya acak-acakan penuh dengan daun daunan, sedangkan Mac tidak berniat membantunya bangun.
“Kau pria yang sangat kasar!” maki gadis itu, dia tidak menyangka Mac akan mendorongnya sekeras itu, membiarkannya jatuh masuk ke semak-semak.
“Harusnya aku yang bertanya apa yang kau lakukan?” tanya Mac dengan keras.
Cekrek cekrek cekrek! Semakin banyak yang mengeluarkan kilatan cahaya. Mac menoleh kearah cahaya itu dan tersadar ternyata itu adalah blitz camera wartawan. Diapun terkejut bukan main. Kenapa wartawan mengerubunginya?
Mac cepat-cepat bangun, dengan pakaian yang acak-acakan. Kamera wartawan itu tidak berhenti memfotonya, apalagi gadis itu mulai bangun dari semak-semak tadi.
“Mr. McLaren apa anda bisa mengklarifikasi sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa anda berada di semak semak dengan seorang gadis?” tanya seorang wartawan menyodorkan alat perekamnya.
Mac menoleh pada gadis itu dan dia langsung saja bergidik. Membuat agdis itu sebal, kenapa pria itu melihatnya malah bergidik? Diapun melihat pada dirinya, bajunya acak-acakan, rambutnya kusut dan dia juga tidak menggunakan sepatunya. Kemana sepatunya?
“Mr. McLaren apakah gadis itu pacar anda?” tanya seorang wartawan lagi.
Mac tidak menjawab pertanyaan yang terus terlontar, diapun meninggalkan lokasi itu dan langsung diserbu wartawan-wartawan. Sabagian menghampiri gadis itu yang kebingungan. Dia hanya melihat Mac pergi begitu saja meninggalkannya.
“Apa anda pacarnya Mr. McLaren?” tanya wartawan.
“Mac? Mac siapa? Aku tidak kenal dia!” jawab gadis itu kebingungan, dia melihat sepatunya ada di kursi itu, diapun segera mengambil sapatu itu dan pergi dengan arah yang berbeda dengan Mac.
Mac masih berjalan menuju parkiran, dia merogoh-rogoh kunci mobil disakunya. Wartawan terus bertanya seputar kejadian tadi. Mac sama sekali tidak menjawabnya, dia menyalakan mobilnya meninggalkan parkiran itu.Wartawan masih mencoba mengejarnya dan terhenti saat mobil Mac sudah melaju jauh dari lokasi itu.
Seketika berita Mac berbuat mesum disemak-semak menjadi headline dimana-mana. Di televise dan surat kabar juga medsos penuh dengan beritanya. Benar-benar sasaran empuk media. Siapa yang tidak tertarik dengan berita menghebohkan sorang pangeran kerajaann berbuat mesum disemak-semak?
Mac belum sampai ke rumah, mobilnya berhenti diperempatan jalan, saat dia melihat tayangan televisi raksasa diatas jalan memberitakan dirinya. Bahkan foto-fotonya bersama gadis yang tidak dikenalnya itu banyak ditampilkan dilayar. Para pengemudi sampai pada melongok keluar jendela mobil ingin melihat jelas berita itu sambil menunggu lampu hijau menyala.
Seketika kepala Mac langsung pusing tujuh keliling. Tidak kecuali dengan keluarganya yang sedang ada dirumah.
Elsa segera menghampiri Edward saat suaminya itu memanggil-manggilnya.
“Honey, lihat ini? Apa ini Mac kita?” tanya Edward terkejut. Dia berdiri menghadap televisi.
“Ada apa?” tanya Elsa, mereka baru saja selesai sarapan pagi ini. Dia menghampiri suaminya.
“Kau lihat berita itu!” jawab Edward menunjuk kearah televisi.
Elsapun menoleh dan dia terkejut melihat berita itu. Putranya ditemukan berbuat mesum di semak-semak sebuah hotel! Dia tidak bisa berkata-kata. Elsa merasa shock.
“Apa yang telah di lakukan Mac?” tanyanya dengan gemetar.
James dan Julian pagi itu baru tiba dikantornya James, saat memasuki loby gedung itu, James melihat karyawan di loby sedang menonton televisi.
“Ada apa?” tanya James pada satpam yang malah berdiri di dekat lift melihat kearah televisi diruang tunggu loby, begitu juga dengan karyawan-karyawan yang baru memasuki loby.
“Ada berita putra anda,Sir,” jawab satpam.
“Berita putraku?” tanya James terkejut, diapun menoleh kearah televisi dan dia semakin terkejut saja melihat foto-foto Mac bersama seorang gadis dalam keadaan acak-acakan.
“Daddy apa yang telah terjadi? Apa yang dilakukan Mac?” tanya Julian, diapun sama terkejutnya dengan ayahnya.
Wajah James langsung memerah, dia tidak menyangka Mac akan berbuat seperti itu, benar-benar mencoreng nama baik keluarga. Dia tidak mau menikah tapi berbuat mesum ditempat terbuka, benar-benar memalukan.
Tanpa bicara apa-apa lagi, dia segera menekan tombol lift. Julian juga tidak banyak bicara, dia tau ayahnya pasti sedang marah.
Julian segera mengikuti langkah ayahnya masuk ke dalam lift.
Di dalam ruangannya dia menelpon nomornya Mac.
Mac yang masih dalam perjalanan, melihat handphonenya berbunyi. Diapun menghentikan mobilnya. Dan benar saja ada nomor telpon ayahnya muncul di layar.
Ditatapnya telpon itu, dia ragu-ragu untuk mengangkatnya. Dia merasa khawatir pasti ayahnya akan marah. Dibiarkannya telpon itu.
“Kenapa dia tidak mengangkat telponnya?” gumam James.
Mac tidak segera menjalankan mobilnya, Dia masih bingung dengan kejadian tadi. Bagaimana bisa dia berada di semak-semak dengan seorang gadis yang tidak dikenalnya?
Terdengar lagi handphonenya berbunyi. Dilihatnya nomor ibunya. Berkali-kali Elsa menelponnya. Mac tidak berani mengangkatnya. Dia merasa bingung pasti keluarganya akan bertanya hal yang sama. Dibiarkananya telpon itu.
“Bagaimana?” tanya Edward.
“Mac tidak mengangkat telponnya,” jawab Elsa.
“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Elsa sambil menatap suaminya.
“Apa mungkin Mac dijebak?” tanya Edward.
“Apa maksudmu?” tanya Elsa.
“Bisa saja dia dijebak, ada yang tahu dia baru pulang dari Washington,” kata Edward.
“Ya ampun, apalagi ini? Apa yang menimpa putraku?” keluh Elsa, matanya langsung saja berkaca-kaca.
“Sudahlah, kau harus tenang, coba ku telpon James apa dia sudah bias menghubungi Mac ?” kata Edwrad. Diapun mengeluarkan handphonenya menelpon James.
“James! Apa kau sudah melihat berita di televisi?” tanya Edward.
“Sudah, Mac tidak mau mengangkat telponku,” jawab James.
“Dia juga tidak mengangkat telpon ibunya. Menurutmu sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Edward.
“Aku tidak tahu, aku harus menanyakan pada Mac apa yangs sebenarnya terjadi,” jawab James.
“Kalau begitu jika kau sudah bisa menghubungi Mac, kabari aku,” kata Edward.
“Ya,” jawab James. Telponpun ditutup.
Elsa duduk disofa sambil mengahapus airmatanya. Dia bersedih melihat berita ditevisi itu, dia tidak percaya Mac akan berbuat tidak senonoh seperti itu, dia yakin putranya tidak seperti itu.
Tapi tidak ada yang mustahil mungkin Mac tidak mau menikah itu karena di Washington pergaulannya bebas makanya dia tidak mau terikat dalam pernikahan.
“Apa kata James?” tanya Elsa menatap suaminya.
“Katanya Mac tidak mengangkat telponnya, kemana dia?” jawab Edward, diapun bingung dengan kejadian ini.
James melihat handphonenya berbunyi, dilihatnya Mr. Arnold menelponya.
“Ada apa Mr. Arnold menelpon?” gumam James.
“Daddy ada bisnis dengannya?” tanya Julian, menatap ayahnya. Dia duduk dikursi di depan meja kerja ayahnya.
“Tidak, kontrak dengan perusahaannya sudah habis, Daddy juga sudah lama tidak bertemu dengannya,” jawab James. Diangkatnya telpon dari Mr. Arnold itu.
“Halo Mr.Arnold! Sudah lama kita tidak bicara,” kata James.
“Tidak usah basa basi Mr. James,” ucap Mr. Ardnold dengan ketus. Membuat James terkejut.
“Apa ada yang ingin kau sampaikan?” tanya James.
“Putramu, putramu telah menodai putriku dan mempermalukan keluarga besar kami!” jawab Mr. Arnold. James terkejut mendengarnya.
“Apa maksudmu Mr. Arnold? Aku tidak mengerti, putraku menodai putrimu?” tanya James semakin tidak mengerti.
“Apa kau belum melihat berita di televisi? Putramu telah berbuat tidak senonoh pada putriku!” bentak Mr. Arnold, membuat James tidak bisa berkata-kata.
“Jadi gadis yang bersama putraku itu putrimu?” tanya James berusaha tenang.
“Iya, dan aku menuntut pertanggungjawaban putramu itu!” jawab Mr. Arnold. Mendengarnya membuat James pusing saja. Dia belum berhasil menghubungi Mac, dia belum bisa bicara apa-apa.
“Tenang dulu Mr. Arnold,” kata James.
“Bagaimana aku bisa tenang! Putramu sudah menghancurkan masa depan putriku!” teriak Mr. Arnold dengan keras. Belum juga James bicara, Mr.Arnold sudah memotong lagi.
“Pokoknya aku minta pertanggung jawaban dari putramu! Ingat, aku tidak akan membiarkan masalah ini begitu saja! Putramu harus bertanggung jawab!” kata Mr. Arnold.
“Mr. Arnold tolong tenang dulu. Masalahnya aku belum bertemu dengan putraku. Putraku tidak bisa dihubungi,” ucap James.
“Apa? Tidak bisa dihubungi? Jangan-jangan dia kabur? Ingat ya Mr. James jangan main-main denganku! Aku tahu kau keluarga terpandang tapi kau juga jangan lupa aku juga bukan orang sembarangan di London!” maki Mr. Arnold.
“Aku harap kau segera temukan putramu atau aku akan menggunakan jalur hukum!” ancam Mr. Arnod lalu menutup telponnya.
Tuut Tuut Tuuut. Telpon itu terputus.
James menatap Julian yang juga menatapnya.
“Daddy ada apa? Katakan padaku!” kata Julian.
“Ternyata gadis yang bersama Mac itu putrinya Mr. Arnold, rekan bisnisku” jawab James dengan lesu.
“Coba aku telpon lagi Mac,” kata Julian, dia mengambil handphone yang ada ditangan James, dia menelpon Mac lagi, sedangkan James duduk di sofa dengan lesu. Kenapa Mac berbuat seceroboh ini?
***************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Bzaa
mulai menarik...
like dan favorit ku kasih buat mo ntor.
2021-08-09
2