Pendekar Tanpa Kawan
Gurun pasir Bromo.,
Untuk kesekian kalinya angin dingin berhembus kencang. bahkan kali ini dinginnya terasa lebih menusuk tulang. malam sudah berada di penghujung waktunya. meski kegelapan yang pekat dan kabut tebal masih menyelimuti gurun, tapi lima sosok tubuh berbaju jingga yang tegak berdiri ditengah gurun pasir itu mengerti kalau tidak lama lagi hari akan berganti pagi.
Di malam berkabut yang gelap, gurun pasir dingin yang membekukan tulang, suasana sepi mencekam. jika ada manusia yang mau berdiri di tengah gurun pasir seperti itu maka cuma ada dua kemungkinan, pertama orang itu pasti tolol dan gila. kemungkinan kedua orang ini bukanlah manusia sembarangan. tapi meskipun 'Lima Elang Api' yang ternama dan punya kepandaian silat tinggi bukanlah manusia tolol juga tidak gila, tapi kenapa pula mau- maunya berdiri di tengah gurun pasir sepi yang dingin begitu rupa.
Kalau berbicara tentang Lima Elang Api, orang persilatan akan mengatakan dua pendapat., pertama lima orang pesilat yang terdiri dari dua orang gadis cantik dan tiga pemuda gagah ini memang mempunyai tingkatan ilmu silat dan kedigjayaan yang tinggi. sejak kelima orang seperguruan ini muncul pertama kali di dunia persilatan setahun silam, mereka sudah banyak menjungkalkan para pesilat jahat aliran hitam, membantai beberapa gerombolan perampok dan membantu pihak kerajaan baik di wilayah barat maupun timur untuk memadamkan pemberontakan.
Kabarnya selama malang melintang di rimba persilatan, Lima Elang Api belum sekalipun menemui kekalahan. paling banter lawannya cuma mampu mengimbangi atau berhasil kabur dengan membawa luka.
Dalam keadaan ini maka tidak salah kalau nama mereka semakin menjulang dan terkenal di delapan penjuru angin. hal inilah yang membuat perangai kelima orang ini berubah menjadi semakin sombong. itulah pendapat kedua.
Berdiri diam di tengah gurun pasir dingin dan sepi begitu jelas bukanlah sebuah pekerjaan yang menyenangkan, apalagi buat Lima Elang Api yang tinggi hati dan namanya sedang kesohor.
"Setan alas.! aku sudah bosan menunggu, kurasa bocah keparat itu sudah menipu kita.!" geram pemuda yang badannya paling besar dan kekar dibanding anggota Lima Elang Api yang lain.
"Hhmm., aku juga berpikiran sama, lebih baik kita segera tinggalkan gurun pasir sialan ini secepatnya.."
"Sejak awal aku sudah curiga, kenapa bocah pincang itu memilih tempat ini untuk beradu kepandaian, sekaligus menentukan siapa diantara kita yang lebih unggul.!" gerutu dua pemuda yang lain.
Meskipun merasa kesal, tapi ketiga pemuda itu cuma bisa mengumpat. karena dua orang gadis cantik yang berdiri di depan mereka masih diam membisu. perlu diketahui kalau pimpinan Lima Elang Api justru adalah dua gadis bersaudara kandung. yang pertama namanya Jingga Rani, sedang adiknya bernama Jingga Ratih. meskipun seorang gadis dan berusia lebih muda tapi ilmu silat keduanya lebih tinggi dibandingkan tiga orang pemuda saudara seperguruannya.
Jangan dikatakan mereka berdua masih sangat muda dan cantik, keganasan keduanya tidak perlu diceritakan lagi. meskipun hanya diam membisu tapi di raut wajah mereka jelas sedang menahan hawa kegusaran.
"Kakak Jingga Rani., kurasa benar pemuda pincang itu sudah menipu kita. sebentar lagi pagi hari akan tiba. lebih baik kita pergi sekarang juga untuk mencarinya.!" ujar Jingga Ratih pada sang kakak. meskipun tidak secantik saudaranya tapi tubuhnya justru lebih menarik hati.
"Benar Jingga Rani., aku bersumpah akan mencabik- cabik seluruh tubuhnya karena sudah berani mempermainkan kita.!"
"Kalau kejadian ini sampai terdengar di luaran, kita bisa menjadi bahan tertawaan orang.!" ujar dua orang pemuda yang rambutnya paling pendek dan agak kurus yang sedari tadi diam menahan hawa dingin.
Gadis bernama Jingga Rani mendengus, hawa dingin membuat nafas yang keluar dari hidungnya seakan mengeluarkan asap tipis. ''Aku juga tidak suka., tapi ada baiknya kita tunggu sampai mentari terbit. kalau keparat itu masih belum muncul juga, aku pasti akan mengejarnya kemanapun dia lari lalu kukuliti tubuhnya.!"
Adiknya sekejab memandang ketiga saudara segurunya yang ada di belakang, "Kakang bertiga harap bersabar., kalau orangnya tidak muncul juga, kita bisa mulai memburu si pincang itu, tentunya permainan ini bakal menarik bukan.?"
Ketiga pemuda itu saling pandang lalu tertawa bergelak. "Hak., ha., ha. kurasa kau benar, mengejar mangsa yang pincang tentu punya kenikmatan tersendiri.!"
"Selama ini kita belum pernah memburu manusia pincang, bisa kubayangkan betapa sengsaranya orang itu saat kita berlima mengejarnya siang malam, He., he.!"
"Hentikan tawa kalian, aku mendengar ada yang datang.!" Bentak Jingga Rani. seketika kelimanya memandang berkeliling. meskipun sangat samar tapi telinga mereka yang terlatih mampu mendengar suara langkah kaki seseorang bergerak mendekati tempat mereka berada.
Langkah kakinya terseok seperti merayap. kalau diperhatikan terasa lucu, kaki kanan melangkah kaki kiri terseret mengikuti. kaki kanan setapak ke depan, yang kiri menyusul. dibantu sebatang tongkat besi hitam sepanjang setengah tombak pendatang berbaju longgar kain tebal warna hitam dan bercelana gelap ini seakan kesulitan melewati gurun pasir. melihat itu Lima Elang Api tertawa menghina.
"Akhirnya kau sampai juga kemari., kupikir dirimu sudah terkapar mati kepayahan mendaki puncak gunung ini.!" ejek Jingga Ratih.
Bersamaan dengan datangnya orang berkaki pincang, matahari mulai terlihat muncul di antara awan gunung. sinarnya yang hangat menyapu kegelapan dan kabut yang masih tersisa.
"Apakah tidak ada jalan lain untuk menyelesaikan masalah ini?" bertanya si kaki pincang. meskipun suaranya pelan dan selalu tundukkan kepalanya semenjak tiba di sana, tapi bisa dipastikan orang ini masih sangat muda, mungkin umurnya baru dua puluhan tahun.
"Seenaknya saja kau bicara., hari ini kita mesti tentukan siapa diantara kita yang lebih unggul.!" bentak Jingga Rani.
"Masih ada cara lain untuk menyudahi sengketa kita., kau berlutut minta ampun dan menjadi budak kami Lima Elang Api. Hak.,ha., ha.," sambung Jingga Ratih disusul gelak tawa semua rekannya.
Pemuda pincang itu perlahan mendongak, angin gurun yang berhembus menyibak rambut panjang yang menutupi sebagian wajahnya. kini terlihatlah tampangnya.
Seraut wajah gagah tampan, namun terlihat pucat, lelah dan kesepian. membuat orang yang memandangnya menjadi rada simpati. tanpa sadar hati kedua gadis Elang Api tergetar melihatnya.
Si pemuda pincang menghela nafasnya, tangannya yang pucat dan berotot mengelus gagang tongkat hitamnya yang berukiran tengkorak berwarna keperakan.
"Kalau demikian mau kalian, apa boleh buat aku cuma bisa mengikutinya.." ucap si pincang sambil memandang cahaya mentari pagi di ufuk timur, seakan dia terpukau dengan panorama itu.
Lima Elang Api merasa diremehkan, serentak mereka bergerak mengepung sambil merogoh ke balik baju masing- masing. saat dikeluarkan ditangan kelimanya sudah tergenggam sebuah senjata berbentuk cakar elang terbuat dari baja yang memancarkan sinar kemerahan.
Senjata cakar elang baja itu bukanlah senjata sembarangan, pembuatnya adalah seorang empu ahli senjata pusaka yang menjadi kepercayaan para petinggi kerajaan. sudah banyak korban yang jatuh akibat keganasan senjata ini, karena selain sakti juga mengandung racun ganas yang sulit untuk di sembuhkan.
Pemuda pincang itu masih tetap menikmati keindahan sang surya yang baru terbit, dia seakan tidak merasakan ancaman maut yang sedang mengincarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 426 Episodes
Comments
Kalimat Fiktif
Keren!
2024-11-22
0
Delita bae
hadir😁😇
2024-11-05
0
🌟~Emp🌾
apapun ceritanya asalkan ada yang tampan aja, udah deh. /Facepalm/
2024-11-04
0