Honeyed: 4

Setelah acara pertunangan dilangsungkan, dengan Zahra yang melukannya secara terpaksa, kini Leon diminta untuk mengantarkan Zahra pulang kerumah. Bermaksud agar mereka berdua lebih saling mengenal.

Sebenarnya Zahra sudah menolak perintah itu, namun orang tua juga calon mertuanya memaksanya dengan gigih, Leon yang juga tidak bisa menolak langsung saja mengiyakan permintaan kedua orang tuanya.

Didalam mobil, Leon dan Zahra yang merasakan kecanggungan juga Zahra yang merasa sangat tidak nyaman berada disamping Leon. Pikirannya berkata bahwa ini tidaklah benar, apa yang dia alami malam ini bukanlah keinginannya, dirinya merasa terbebani.

Mana bisa dia bertunangan dengan orang yang sudah memiliki kekasih?

Apa kekasihnya tidak akan marah jika mengetahuinya?

Apa kekasihnya tidak akan menyalahkannya?

Oh tidak, Zahra tidak ingin semua itu sampai menjadi kenyataan.

"Makasih." Ucap Leon tiba tiba.

Zahra duduk disamping Leon yang sedari menatap keluar jendela, langsung menatap Leon yang mengarahkan pandangannya kedepan sesekali melirik Zahra.

"Untuk apa lu berterima kasih? gw ngelakuin ini semata mata demi kemanusiaan, bukan untuk lu." Ucap Zahra mengalihkan pandangannya lagi kearah jendela.

"Setidaknya gw berterima kasih karena lu mau ngebantu membuat nyokap gw lebih sehat nantinya."

"Gw bukan pembantu, gw juga bukan perawat apalagi dokter yang bisa nyembuhin penyakit, gw hanya manusia biasa."

Leon tertegun dengan jawaban datar yang keluar dari mulut Zahra, bukan itu maksud Leon sebenarnya.

"Bukan gitu maksud gw, lu salah paham sama gw, gw cuman... Ah sudahlah gw nggak ngerti harus jelasin gimana." Ucap Leon yang terlihat kebingungan untuk menjelaskan apa maksudnya yang sebenarnya.

"Gw nggak mau pacar lu viona viona itu ngelabrak gw disekolah hanya karena ini." Putus Zahra.

Leon tersenyum dengan titah Zahra yang satu ini, untuk apa Viona melabraknya, toh dirinya tidak akan mendekati Zahra jika disekolah.

"Jangan ke ge er an lu, siapa juga yang bakal ngelabrak elu, lu aja yang kepedean, lagian gw disekolah bakal bersikap seolah olah nggak kenal sama lu." Ucap Leon.

"Bagus." Ucap Zahra padat singkat dan jelas, dirinya langsung membuka handphonenya yang ada didalam tas kecilnya, dia membuka sosmed nya, membuka WhatsApp, melakukan chat grup bersama dengan sahabatnya.

Leon yang sesekali melirik Zahra merasa hasratnya sedikit terpanggil, karena dress yang dikenakan Zahra memperlihatkan bagian pahanya, meski sedikit.

"Ck." Decak kesal Leon sedikit dikeraskan agar Zahra mendengarnya dan memperbaiki sikap duduknya. Zahra sebenarnya mendengar decikan Leon, namun dia tidak menghiraukannya, dia tidak mengerti maksud Leon.

"Lu mau gw apa apain disini?" Tanya Leon.

Zahra langsung menatap tajam Leon, sungguh dia tidak memikirkan hal sampai disitu, dia mengarahkan tangannya yang sudah mengepal kewajah Leon.

"Berani lu apa apain gw, muka dan masa depan lu nggak akan terlihat lagi." Tekan Zahra mengancam, bukan terdengar seperti ancaman abal abal, jika Zahra sudah dalam mode singa, pasti dirinya akan melakukan apa yang dia ucapkan.

"Shit! gw lupa siapa dia." Batin Leon mengingat siapa Zahra itu, cewek pemegang sabuk hitam silat dan taek wondo itu.

"Iye, nggak deh, asal lu benerin itu rok lu." Ucap Leon menyingkirkan tangan Zahra pelan, dirinya tidak ingin menjadi tempe penyet sekarang.

"Mata lu fokus nyetir atau mata kepala lu pindah ke mata kaki." Ucap Zahra sembari membernarkan posisi duduk juga dressnya agar tidak terbuka.

"Sial, nih dress emang sialan, kalo bukan karena Bunda gw nggak akan pakai nih dress." Ucap Zahra mengumpat serapahi dress yang dia kenakan.

Sampai di depan rumah Zahra, Zahra langsung turun tanpa mengatakan sepatah katapun, dirinya langsung masuk dan meninggalkan Leon begitu saja.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***