Episode 4

Selama perjalanan, hawa mistik ikut serta menyelinap dalam batin Bainah, seakan banyak bayangan iblis yang berjalan bersama mereka, membuat bulu kuduk tak hentinya meremang.

"Jadi, apa yang membuatmu melarikan diri ke hutan, terutama di saat malam begini?" tanya Mbah Darto mengawali percakapan yang sempat terhenti.

"Ahh, itu, Mbah .. sebenarnya saya tadi sempat frustasi, saya tidak tahu lagi harus berbuat apa, jadi saya memikirkan untuk mengakhiri hidup di hutan terlarang, Mbah."

"Oh, begitu." Mbah Darto manggut-manggut.

"Mbah tidak heran?"

"Hmm." Dia menggeleng. "Saya sudah sering mendapati klien dengan kasus yang sama sepertimu, sebagian dari mereka mengaku terjerat hutang, dan ya, mereka meminta saya untuk membantu menyelesaikan masalah mereka," ujarnya menjelaskan.

"Mereka datang meminta bantuan? Jadi .. orang-orang yang sering datang menggunakan mobil itu rata-rata klien ya, Mbah?"

"Iya, mereka semua orang-orang yang meminta pertolongan pada saya." Dia tertawa bangga.

"Wahh, berarti Mbah Darto ini, orang hebat."

"Ohh, tentu! Makanya, kamu jangan ragu untuk menerima tawaran saya."

"Kalau boleh tau, Mbah membantu dengan cara apa?"

"Nah, soal itu, saya belum bisa menjelaskan sekarang, tapi bila sampai di rumah nanti, kelak kamu akan saya beri tahu."

"Oh begitu, baik, Mbah."

"Nah, kita sudah hampir sampai." Darto menunjuk rumah yang terlihat single di tepi hutan terlarang. Satu buah lampu temaram tampak menggantung di teras, membuat area seputaran rumah menjadi terang.

"Ayo, ke sana," ajak Mbah, setelah sesaat Bainah terdiam memandang rumah sebatangkara itu. Bainah mengangguk pelan, menyusul langkah Darto dari belakang.

Tak butuh waktu lama, mereka tiba di rumah itu. Darto langsung membuka pintu sementara Bainah mengamati sekitar. Dia benar-benar heran, bagaimana bisa Mbah Darto hidup di pinggir hutan terlarang sebatangkara.

"Ayo, masuk!" ajak Darto yang berhasil menyentak lamunan Bainah.

"Ah, iya Mbah."

Langkah Bainah diayun pelan memasuki bagian dalam rumah kayu Mbah Darto. Saat melihat isi rumah, perasaan Bainah tentang hawa mistik semakin kuat. Berbagai aksen seperti lampu peninggalan sejarah, keris, dan beberapa barang lain yang tampak seperti barang gaib menggantung di bagian dinding-dinding utama. Mata Bainah nyaris tak berkedip, mengamati isi rumah itu.

"Duduk dulu," perintah Darto, sambil mengarahkan tangan ke kursi yang terlerak di sudut ruang.

"Ah, nggeh, Mbah." Lagi, Bainah mengangguk, lalu dengan taatnya dia menuruti ucapan Darto, seakan Darto adalah orangtuanya sendiri.

Darto masuk ke dalam, meninggalkan Bainah yang masih setia mengamati seisi rumah miliknya.

Ada sekitar 3 kamar di sana, 2 darinya tampak terkunci. Sementara yang 1 lagi tak memiliki pintu, hanya sebatas plastik buram sebagai penutupnya. Selang beberapa saat Darto keluar, dia membawa secangkir minuman yang berwarna kemerahan, tampak seperti teh biasa, tapi aromanya sedikit berbeda.

"Silahkan diminum," tawar Darto.

"Ini .. apa, Mbah?" Bainah sedikit ragu saat menerima minuman yang menurutnya baunya cukup asing.

"Ini, teh khusus, racikan sendiri. Tidak diperjual-belikan di pasar. Teh ini sangat bagus untuk kesehatan. Minumlah!" Lagi, dia mengangkat tangannya sebatas perut, mempersilahkan Bainah mencicipi hidangannya itu.

Lamat Bainah menyeruputnya.

"Mbah, maaf ...." Bainah menahan bicaranya. Melihat aksen di rumah Mbah Darto yang terbilang sedikit menyeramkan, mengundang pikiran Bainah untuk menelisik lebih jauh. "Kalau boleh tahu, untuk apa Mbah menyimpan semua benda-benda di rumah ini."

"Ehm!" Darto berdehem pelan. "Sepertinya kamu belum paham juga ya, Bainah?"

Bainah mengangguk.

"Aku ini bekerja dengan kaum bangsa gaib. Pekerjaan utamaku membantu orang-orang yang meminta pertolongan," tuturnya.

Mendengar itu, Bainah sedikit terperangah. "Jadi ... Mbah seorang dukun?"

"Ya, saya dukun sakti!" Dia menepuk keras dadanya dengan 5 jari. "Saya bisa membantu siapa saja untuk keluar dari masalah."

"Begitu ya, Mbah. Jadi apa yang harus saya lakukan agar Mbah bisa membantu saya, maksud saya, syarat utamanya apa?"

"Ada banyak syarat, tapi yang utama adalah kamu harus menikah!"

"Menikah??" Bainah mengernyit. Dia mulai mengira Mbah Darto menginginkannya sebagai istri, matanya menatap Darto tanpa berkedip.

"Ya, menikah! Kamu harus mau menikah dengan salah satu makhluk gaib yaitu dedemit peliharaan saya!" tukasnya. "Dan sebagai pantangan yang tidak boleh kamu lakukan adalah menikah dengan pria normal."

Seketika itu mata Bainah menyalak, mulutnya menganga, sedang dadanya langsung terasa sesak, seakan baru saja terhantam benda yang beratnya berton-ton.

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Siti Nur Maisyaroh

Siti Nur Maisyaroh

iiih serem bgt nikah sama dedemit

2021-06-27

0

pak lurah

pak lurah

kun...dukun...
pas masih hidup ngakunya pny peliharaan makhluk gaib,,pas dah mati giliran dia jdi budak peliharaannya..

2021-06-17

1

Novi Winarsih

Novi Winarsih

gendrewo ap thor

2021-04-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!