Besok pangeran Sanjaya akan pergi berburu bersama senopati, Kemuning sedari malam telah mempersiapkan keperluan suaminya, berburu memang sudah menjadi hobinya, Kemuning sangatlah maklum dia juga tidak pernah merasa kesepian jikalau di tinggal oleh Sanjaya sendiri.
Pangeran Sanjaya masih belum kembali ke kemar, mungkin masih berbincang dengan senopati, Kemuning yang juga baru selesai membereskan keperluan suaminya, berjalan keluar untuk menghirup udara malam yang di penuhi bintang-bintang.
Tampak puteri Kirana yang terduduk diam menatap langit malam di pendopo tengah kolam teratai.
Sudah hampir larut, kenapa puteri Kirana belum juga tidur?
tanya Kemuning dalam hatinya.
"Puteri Kirana, kenapa belum tidur?"
tanya Kemuning menghampiri Kirana.
"Ning, iya sepi rasanya Bima tidak tidur bersama ku"
"Tidur bersama bunda ya?"
Kirana hanya mengangguk mengiyakan.
"Bagaimana Amartha, apa banyak yang berubah?"
"Tidak banyak, aku sempat mampir ke padang rumput kita sering bermain"
"Apa kamu bertemu dengan mas Bram..."
tanya Kirana dengan wajah cemas.
Puteri Kirana masih menyimpan nama Bramasena di hatinya.
ucap nya dalam hati.
"Saya tidak bertemu dengannya, mungkin belum kembali ke dari Timur, puteri"
jelas Kemuning.
"Adinda...."
panggil pangeran Rendra yang menggendong Bima.
"Kakanda...Bima menangis?"
"Iya sebentar, aku ajak dia mencari mu, malah tertidur"
jelas Rendra yang nampak pantas menjadi ayah yang baik untuk Bima.
Pangeran Rendra juga sangat menyayangi Bima, tingkahnya membuat semua orang bahagia.
"Muning, kamu belum tidur?"
tanya Rendra, sedikit aneh dengan panggilan nama Kemuning padahal dia sudah menjadi kakak ipar pangeran Rendra.
"Belum pangeran, saya masih masih mempersiapkan keperluan
mas San untuk berburu besok"
"Berburu terus, kapan kalian akan punya anak?"
celetuk Rendra keceplosan.
"Kakanda..."
"Maaf Kemuning..."
"Tidak apa-apa, saya balik ke kamar dulu"
kata Kemuning berlalu menuju kamarnya.
"Kakanda, kenapa bicara seperti itu kepada Kemuning?"
tanya Kirana yang berjalan beriringan dengan Rendra.
"Kenapa? dia terlalu sibuk mengurus suami, hingga lupa bahwa dia pernah kehilangan bayi nya"
jelas Rendra yang masih bersikap dingin kepada Kirana.
Kirana hanya terdiam, tidak meneruskan pembicaraan, terkadang sikapnya yang begitu semakin membuat Kirana merasa bersalah, ada kata ingin mencoba dan melupakan, berusaha mencoba tapi sekarang Rendra terlalu bersikap acuh terhadapnya.
Kemuning terasa sedih dengan apa yang di ucapkan Rendra, dirinya hanya terdiam menahan dan memendam semuanya, bukan maunya, bukan inginnya mengalami keguguran, mbok bahkan ibunda ratu selalu mengatakan itu hal biasa, nanti juga akan hamil, perkataan mereka yang membuat Kemuning yakin suatu saat dirinya juga bisa mengandung.
"Dek...belum tidur?"
tanya Sanjaya yang baru kembali ke kamar.
"Belum mas..."
peluk Kemuning kepada suaminya.
"Ada apa?"
"Tidak ada...mungkin beberapa hari aku akan merindukan pelukan mas"
ucap Kemuning.
"Mas kan cuma beberapa hari...tidak akan lama"
"Iya adek tahu mas"
"Ya sudah kita istirahat ya..."
Kemuning dan Sanjaya pun melanjutkan istirahat mereka, bersiap besok Sanjaya akan pergi berburu.
...💞💞💞...
Di keheningan malam, puteri Kirana masih terdiam mengusap lembut kepala Bima yang tidur di samping pangeran Rendra, melihat mereka tertidur seakan Kirana damai, pangeran Rendra yang sayang kepadanya dan Bima, membuat hati Kirana terketuk untuk mencoba membuka hatinya.
Maaf mas Bram...
Apa mungkin ini yang terbaik?
Apa saatnya aku harus menerima Rendra sebagai suami ku?
Pikirannya begitu kalud, Kirana di hadapkan dengan dua pilihan sulit, Rendra yang sabar dan setia menemaninya dan Bramasena pria yang di cintainya.
Sampai pagi menjelang, Kirana baru tertidur, tanpa sadar tanganya memeluk Bima dan Rendra, tangan mereka saling berpegangan, Rendra yang terbangun lebih dulu hanya terdiam menatap sang isteri.
Walau dia sangat menyayangi Kirana, Rendra tidak mau terus menerus membuat luka di hatinya, dirinya hanya ingin menenangkan hatinya yang sedang bimbang, rasa sayangnya mulai bisa di aturnya, dirinya tidak ingin seperti dahulu, terlalu fokus kepada Kirana sampai dia tahu bahwa apa yang dilakukannya tidak akan mengubah apapun di hati Kirana.
Pagi sekali Kemuning telah bangun, dirinya seperti biasa menyiapkan sarapan untuk sang suami, Sanjaya masih bersiap mandi.
"Memangnya tidak ada dayang yang memasak?"
tanya pangeran Rendra yang baru keluar dari kamar.
"Aku hanya membantu menyiapkan untuk suami ku"
jawab Kemuning tersenyum.
"Lebih baik aku yang menyiapkan, hati ku lebih tidak rela bila ada wanita lain yang melayani mas San"
tambah Kemuning.
Jawaban Kemuning membuat hati Rendra tergelitik, kepribadiannya membuat Rendra bertambah kagum terhadap kakak iparnya, hal yang tidak pernah di dapatnya dari Kirana.
"Dek...."
sapa Sanjaya menghampiri sang isteri.
"Mas...adek sudah siapakan sarapan"
"Terimakasih dek"
"Ya sudah aku latihan dulu"
sahut Rendra berjalan menuju base buat latihan dirinya dan prajurit lainnya.
Entah apa yang di rasakan Rendra, hatinya tidak menentu, ada rasa iri di hatinya, rasa kesal dan marah, ada perasaan nyaman ketika dirinya berbicara dengan Kemuning.
Merasa damai dan nyambung, Kemuning tipe orang mudah memahami perasaan orang lain, sehingga orang yang bicara kepadanya merasakan ketenangan. Selama latihan Rendra tidak berhenti memikirkan Kemuning, pikirannya tidak berhenti menatap Kemuning dengan kepolosan dan kepribadiannya.
Selesai sarapan Sanjaya dan senopati bersiap berangkat, ditemani beberapa prajurit, Kemuning hanya menyaksikan keberangkatan suaminya yang berburu, berharap sang suami pulang dengan keadaan baik dan sehat.
...💞💞💞...
Meluangkan waktunya Kemuning bermain bersama dengan Bima dan berbincang dengan Kirana, Rendra berusaha menghindar, mencoba melupakan apa yang di rasakan oleh dirinya.
"Sepertinya pangeran Rendra berlatih terus, puteri?"
tanya Kemuning yang melihat Rendra baru selesai berlatih.
"Iya...dia semakin sibuk belakangan ini"
tiba-tiba puteri Kirana merasakan mual.
"Hoekkk...Hoekkk"
"Kenapa puteri...?"
tanya Kemuning yang bingung.
Kirana berlari menuju kamar mandi, di susul oleh Kemuning yang menggendong Bima, puteri Kirana sampai lemas dan pusing.
"Mungkin masuk angin Ning..."
Sahut Kirana yang beristirahat, merebahkan badannya di atas kasur.
"Ya sudah, tunggu sebentar, Ning buatkan jahe anget"
Kemuning yang kemudian menuju dapur dengan membawa Bima.
Kemuning membuat minuman jahe anget, resep yang selalu mbok berikan ketika dirinya merasa masuk angin dan tidak enak badan.
"Nta...nunu" (minta...minum)
Bima yang mulai mengoceh, dikira Kemuning sedang mengambilkan susu.
"Bima haus ya...bentar ya"
"Sih...Asih..."
panggil Kemuning kepada salah satu dayang.
"Iya puteri..."
"tolong ambilkan susu untuk Bima..."
"Baik puteri..."
Si dayang pun pergi memeras susu sebentar untuk di sajikan kepada pangeran kecil Bima. Tidak lama ibunda ratu datang kedapur untuk memberi tahu dayang untuk menyiapkan makan malam.
"Ning...sedang apa?"
tanya ibunda ratu.
"Ini sedang merebus jahe untuk puteri Kirana bunda"
"Jahe? puteri Kirana sakit?"
tanya lagi ibunda ratu.
"Sepertinya masuk angin ibunda..."
jawab kemuning.
"Ya sudah...bunda mau lihat puteri Kirana dulu, ayo Bima"
ucap ibunda ratu menggendong Bima kencana.
"Nunu...." (minum)
rengek Bima yang di gendong sang nenek.
"Minum nya masih di ambilkan, tunggu ya sayang"
ucap ibunda ratu.
...💞💞💞...
Bagaimana kah kelanjutan kisahnya, ikutin terus ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Sanjaya kemuning
🎉🎉🎉
2021-07-19
0
NHCL17
❤️❤️❤️
2021-07-16
0
π5
💞💞💞
2021-07-16
0