Selepas bangun pagi, pangeran Sanjaya berbincang bersama dengan pangeran Abimayu dan raja Amartha, sedangkan Kemuning meminta ijin berjalan-jalan di Amartha.
Dia berjalan mengelilingi Amartha, penduduknya ramah, suasana tawa rakyat Amartha yang kadang selalu di rindukannya, kakinya terus melangkah sampai di sebuah padang rumput luas, tempat dimana masa kecil dia, Bramasena dan Kirana bermain.
Berlari-lari sambil mengintip Bramasena belajar memanah, Kemuning menyukai Bramasena yang selalu baik kepadanya, walau dia juga tahu, dia tidak pernah berkesempatan. Tumbuh bersama dengan puteri Kirana, tidak pernah sekali pun Kemuning meninggalkan Kirana, mereka seperti seorang saudara kembar.
Sakit hati teramat dalam bukan karena melihat Bramasena dengan Kirana bermesraan, tapi ketika dirinya di tolak, merelakan dirinya untuk jadi pengganti Kirana, namun Bramasena juga mantap meyakinkan dirinya bahwa Kirana lah yang di cintainya.
Dibalik kisah Kemuning dan Bramasena, selepas Kirana di putuskan akan menikah dengan seorang pangeran Jayanaga, Kemuning dan Bramasena intens bertemu, ada satu momen yang membuat Bramasena benar-benar terpukul, hingga tidak menyadari Kemuning yang berada di sampingnya, menemaninya, sampai Bramasena benar-benar nyaman, bahkan Bramasena sempat mendaratkan ciuman hangat di bibir merah Kemuning.
Hasrat Bramasena bercumbu dengan Kemuning yang di lihatnya adalah puteri Kirana, Bramasena bahkan sempat membuka pakaian Kemuning, tampak jelas badan ramping dengan gunung kembar seperti mangkuk kecil, Bramasena dengan bringas menyantap gunung kembar milik Kemuning, keduanya terbuai akan nikmat sesaat, Kemuning yang rela menjadi pengganti puteri Kirana. Sedangkan Bramasena yang kalaf melihat bukan sebagai Kemuning tapi puteri Kirana.
Namun ketika Bramasena merebahkan Kemuning, dirinya tersadar, wajahnya memerah dan mengambil menutup kain untuk menutup tubuh Kemuning.
Merasa di permalukan Kemuning menutup badannya dan berlari dari rumah Bramasena, tersadar Kemuning tidak akan pernah berada di hati Bramasena, Kemuning terhenti di sebuah jembatan dan melamunkan apa yang terjadi, hanya bisa menangis dengan apa yang terjadi.
Disanalah malam dia bertemu kembali dengan pangeran Sanjaya, merasa malu dan tidak pantas berteman dengan seorang pria setelah apa yang terjadi, Kemuning lebih memilih menghindar dan pergi, membuat Sanjaya terus memikirkan gadis yang sekarang menjadi isterinya.
Itu hanyalah bagian masa lalu, setiap orang pasti pernah mengalami masa lalu yang tidak mengenakan, Kemuning sekarang lebih fokus bersama dengan Sanjaya, menata masa depan bersama, membangun rumah tangga yang harmonis, memiliki keturunan, bersama sampai ajal memisahkan.
Mas Bram...
kamu apa kabar?
perjalanan ke timur bagaimana?
ingin sekali aku mengetahui kabarmu.
Batin Kemuning yang merasa belum sepenuhnya melupakan Bramasena.
Kemuning terdiam duduk di bebatuan yang ada di sungai, mengingat kembali pertemuan dirinya dengan pangeran Sanjaya, pandangan pangeran Sanjaya pertama kali bertemu dengannya sungguh berkesan.
Dia lelaki pertama yang sangat gigih ingin berteman dengan Kemuning, Kemuning yang hanya gadis desa, gadis kampung. Dirinya saja tidak menyangka bahwa akan di cintai oleh pangeran tampan dan gagah.
Bahkan ketika pangeran Sanjaya mencoba menyelamatkan nya, menceburkan dirinya ke dalam air, membuat hatinya sedikit berdegub, Kemuning memandang tajam kepada Sanjaya yang badannya basah kuyub.
Sampai sekarang, Kemuning selalu mengingat kisah romantis Sanjaya yang mendekatinya, tersenyum memenuhi hatinya akan nama Sanjaya.
Cup....
tiba-tiba Sanjaya mengecup pipi sang isteri.
"Mas San...kok tahu aku di sini?"
Kemuning yang kaget hanya bisa tersenyum.
"Kemana lagi tempat favorit kamu, selain di sini"
Sanjaya duduk di samping Kemuning.
"Aku mengingat pertemuan kita mas, sampai di titik ini aku bahagia bersama mu"
Kemuning yang menyenderkan kepalanya di pundak Sanjaya.
"Aku juga dek"
Sanjaya juga mengingat momen ketika dirinya yang selalu berusaha mendekati Kemuning, mengenang hal manis itu, Sanjaya menyadari dirinya begitu mencintai Kemuning.
Desir angin membuat suasana sejuk dengan terik matahari yang cuaca cerah, Kemuning dan Sanjaya berbaring di atas batu, memejamkan mata di bawah naungan awan.
"Ayo dek..."
"Kemana?"
"Kerumah mu"
Ajak Sanjaya bangun dan menggandeng tangan Kemuning.
Mereka berlari menuju rumah lama Kemuning, sedikit berdebu tapi tidak ada yang berubah walau beberapa tahun kosong. Sanjaya dengan mesra memeluk Kemuning dari belakang.
"Mau mencoba lagi tidak?"
"Apa mas..."
Kemuning memalingkan badannya.
"Anak...kita coba kembali"
Kemuning hanya tersenyum dan mengangguk, dengan cepat Sanjaya mengecup bibir sang isteri, Sanjaya terus mencumbu bibir Kemuning, mata mereka terpejam merasakan sentuhan yang beberapa waktu harus di pendam Sanjaya.
Lidah mereka saling bertaut, seakan berpelukan menyapa rindu, kini pakaian mereka telah di lepas, tubuh ramping dengan gunung kembar yang masih kenyal itu, membuat Sanjaya terus menggebu, nafasnya mulai terasa berat, sesekali dia menelan air liurnya.
Kemuning kini duduk di atas perut bidang Sanjaya, rambut panjang Kemuning yang terurai menambah kesan seksi, Kemuning mencumbu dari wajah hingga badan Sanjaya, bekas merah bahkan menempel di dada Sanjaya.
"Merah mas..."
Kemuning dengan tertawa kecil.
Namun Sanjaya meraih wajah sang isteri, mencium mesra di bibir Kemuning, mencium sambil meremas, hal yang membuat Kemuning merasakan bergairah.
"Aaahhh...aaahhh"
desah Kemuning yang nasih berada di atas badan Sanjaya, terus berusaha membuat suaminya nyaman Kemuning sesekali menggigit bibirnya, merasakan nikmat yang teramat dalam.
Sanjaya yang melihat sangat gemas, kemudian Sanjaya mengatur posisi, Kemuning kini berada di bawahnya, Sanjaya terus memompa dengan ritme pelan, Kemuning terus mengerang kenikmatan, di tambah Sanjaya memasukan puncak gunung ke dalam mulutnya, bertemu dengan si tuan Lidah yang sangat pinter.
Keduanya terus berusaha sampai akhir klimaks, Sanjaya tersandar di dada Kemuning. Nafas berat mereka saling bertaut, sejenak Sanjaya tertidur di pelukan Kemuning.
...💞💞💞...
Esok harinya Kemuning dan Sanjaya balik ke Jayanaga, membawa oleh-oleh untuk puteri Kirana dari ibunda ratu Amartha. Mereka pun pergi kembali, Kemuning sangat ingin mbok juga ikut ke Jayanaga, namun Kemuning menghormati pilihan sang ibu.
Di kerajaan Jayanaga, pangeran Rendra yang sering menghabiskan waktunya untuk berlatih, terlihat diam kepada puteri Kirana, walau merasa bersalah puteri Kirana harus jujur akan hatinya. Sang ibunda juga tidak mengerti ada masalah apa sebenarnya, ketika yang lain berkumpul untuk makan bersama, pangeran Rendra malah sibuk akan latihan, tidak seperti biasanya.
Kedatangan puteri Kemuning dan pangeran Sanjaya di sambut oleh ibunda dan puteri Kirana, terlebih puteri Kirana antusias sekali ingin mendengar cerita Kemuning tentang Amartha.
"Bima...ini hadiah dari nenek"
Kemuning yang memberikan seuntai gelang yang berhias batu giok, disematkan nya pada tangan Bima.
"Ka...tuka..." (ka..buka)
"Jangan ya sayang, ini hadiah dari nenek Dewi"
sahut Kirana yang menjelaskan kepada Bima yang kini telah pandai berbicara.
"Kakanda kapan tiba?"
tanya Rendra yang menghampiri Sanjaya dan Kemuning yang duduk santai bersama Kirana dan ibunda.
"Baru saja"
"Baiklah, aku mau mandi dulu"
Agak terlihat aneh memang sikap Rendra, Kemuning juga nampak memperhatikan wajah puteri Kirana yang sedang sedih, entah apa yang terjadi, pikiran Kemuning mulai menerka-nerka, bahwa pangeran Rendra mengetahui bahwa Bima adalah anak Bramasena.
...💞💞💞...
Nantikan kisah selanjutnya ya...
Jangan lupa like dan komen...
Jaga kesehatan sllu ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
syafridawati
bom like kak mun maaf baru ngeh beda orang sama muchu
2021-08-16
1
Sanjaya kemuning
😘😘😘
2021-07-19
0
NHCL17
❤️❤️❤️❤️❤️
2021-07-16
0