Risha menatap kosong ke arah pintu lift yang tertutup rapat. Tangannya mencengkeram tali tas kain yang ia bawa dengan sangat kuat seolah sedang meluapkan amarah yang memuncak di dadanya.
Ting!
Lift akhirnya sampai di lantai yang Risha tuju.
Pintu lift terbuka.
Langsung bisa Risha lihat, Theo sedang berdiskusi bersama Dika yang merupakan sekretaris Bellinda di depan ruangan Bellinda.
Risha melangkahkan kakinya dengan ragu mendekat ke arah Theo, yang sepertinya belum menyadari kehadiran Risha di lantai tersebut.
"Pak Theo, ada istri anda," Dika yang terlebih dulu melihat kehadiran Risha langsung memberitahu Theo.
"Hai, Sayang! Tumben kesini?" Theo langsung mengukir senyuman di bibirnya dan menyambut Risha dengan mesra.
"Aku membawakan makan siang untukmu," jawab Risha seraya menunjukkan tas kain berisi kotak makanan pada Theo.
"Ayo ke ruanganku!" Ajak Theo sembari merangkul sang istri dengan mesra.
Sampai di dalam ruangan, Risha membongkar kotak makanan yang ia bawa dan menyusunnya di atas meja. Theo mengambil minuman untuk dirinya dan Risha sebelum ikut duduk di sofa bersama sang istri.
"Kau sudah makan?" Tanya Theo lembut.
Risha hanya menggeleng. Wanita itu memandangi makanan yang ada di atas meja tanpa selera. Sejuta pertanyaan tentang hubungan Metta dan Theo di masa lalu masih memenuhi pikiran Risha.
"Sayang!" Theo menyentak lamunan Risha.
"Iya, Sayang?" Jawab Risha tergagap.
Theo yang melihat gelagat aneh Risha tentu saja langsung paham kalau ada sesuatu yang sedang dipendam oleh Risha.
"Apa ada masalah?" Theo mengusap lembut kepala Risha.
Risha menggeleng dan meraih kotak berisi nasi dari atas meja.
"Makanlah dulu!" Ucap Risha mengangsurkan kotak nasi tadi pada Theo.
Theo hanya menurut dan segera menikmati makan siangnya. Beberapa kali, Theo menawari Risha untuk ikut makan, namun istrinya itu terus saja menolak. Aneh.
Selang lima belas menit, Theo menyudahi makan siangnya. Risha membereskan sisa-sisa makan siang Theo dengan cekatan. Namun wanita itu masih diam dan raut wajahnya terlihat seakan sedang menanggung beban yang berat.
Theo mendekat ke arah Risha dan meraih tangan wanita itu.
"Bukankah kita sudah berjanji untuk saling terbuka dan tidak menyembunyikan masalah apapun?"
"Aku pikir kau yang tidak terbuka kepadaku," gumam Risha sedikit ragu.
Theo mengernyitkan kedua alisnya, merasa bingung dengan kalimat Risha barusan.
Risha menghela nafas,
"Aku bertemu Metta hari ini," lanjut Risha lagi yang langsung bisa membuat Theo tersentak kaget.
"Apa yang dikatakan wanita itu kepadamu?" Cecar Theo menatap tajam ke arah Risha.
Risha mengendikkan bahunya.
"Tentang hubungan kalian di masa lalu, tentang Metta yang pernah hamil anakmu," suara Risha tercekat di tenggorokan.
Gumpalan sesak di dadanya terasa semakin menghimpit. Risha memalingkan wajahnya dan enggan menatap lagi pada Theo.
"Itu hanya masalalu, Rish!" Suara Theo terdengar memelas.
"Dan itu jauh sebelum aku bertemu denganmu," ujar Theo lagi yang terdengar semakin memelas.
"Kenapa kau tidak menikahi Metta jika memang Metta mengandung anakmu? Kenapa kau malah meninggalkannya?" Sergah Risha mengeluarkan semua pertanyaan yang mengganjal di hatinya.
"Metta menggugurkan kandungannya," jawab Theo cepat.
"Apa?" Suara Risha tercekat di tenggorokan.
"Metta hamil dan dia tidak memberitahuku. Lalu tiba-tiba dia sudah menggugurkan kandungannya tanpa merasa bersalah sedikitpun."
"Dia tega melenyapkan sebuah nyawa yang tidak berdosa hanya demi memuluskan ambisinya sebagai seorang model."
"Itulah yang membuatku meninggalkannya dan mengakhiri semua hubungan di antara kami," tutur Theo panjang lebar menahan emosi yang membuncah di dadanya.
Pria itu memijit pelipisnya berulangkali.
Theo bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah jendela besar yang ada di ruangan tersebut.
"Maaf, karena aku tidak menceritakan hal ini sejak awal kepadamu," Theo bersandar ke jendela dan melempar tatapan penuh rasa bersalah ke arah Risha.
"Tadinya aku hanya ingin melupakan ini semua. Aku benar-benar tak menduga jika Metta akan kembali dan mengusik rumah tangga kita," imbuh Theo lagi masih merasa bersalah.
"Apa Metta sering datang kemari?" Tanya Risha menyelidik sekali lagi.
"Ya." Jawab Theo jujur.
Risha tersenyum kecut dan kembali memalingkan wajahnya dari Theo.
"Metta bahkan dengan terang-terangan mengatakan kalau dia ingin menjadi simpananku," ujar Theo lagi yang semakin membuat hati Risha menjadi ciut.
Theo sudah kembali ke hadapan Risha. Pria itu bersimpuh, lalu menggenggam kedua tangan Risha
"Tapi aku selalu menolaknya dengan tegas, Rish!" Ucap Theo sungguh-sungguh.
"Aku tidak mau mengkhianatimu. Aku hanya mencintaimu," sambung Theo lagi yang kini menangkup wajah Risha dengan salah satu tangannya. Pria itu memaksa Risha untuk menatap ke arahnya.
"Aku hanya mencintaimu, Risha! Aku benar-benar sudah tidak memiliki perasaan apapun pada Metta," imbuh Theo lagi dengan raut wajah penuh kejujuran.
Ya!
Meskipun baru beberapa bulan menjadi istri Theo, namun Risha sudah paham saat Theo sedang berkata jujur atau saat pria itu berbohong.
"Kau mungkin tidak percaya kepa-"
"Aku percaya, Theo!" Sergah Risha cepat memotong kalimat Theo yang terdengar putus asa.
"Aku percaya padamu," ulang Risha lagi seraya menangkup wajah Theo yang masih bersimpuh di hadapannya.
Theo menatap dalam ke arah netra milik Risha.
"Terima kasih, Sayang!"
"Terima kasih karena sudah percaya kepadaku," Ucap Theo penuh binar kebahagiaan.
Risha membimbing Theo untuk bangun dan duduk di sebelahnya. Wanita itu segera membenamkan kepalanya ke dalam pelukan Theo dan meraih tangan Theo untuk ia letakkan di atas perutnya.
Theo hanya menurut tanpa sedikitpun protes. Hingga di detik selanjutnya, Theo merasakan ada sebuah gerakan halus di perut Risha yang mulai membukit.
Theo masih diam dan coba menelaah gerakan-gerakan tersebut. Memastikan kalau yang ia rasakan benar-benar adalah gerakan dari calon anaknya.
"Kau merasakannya?" Bisik Risha yang masih menyamankan dirinya di pelukan Theo.
"Apa ini..." Theo terlihat ragu.
"Ya. Itu gerakan dari calon anak kita, Sayang!" Risha sudah mengangkat kepala, mengukir senyum di bibirnya dan mengusap wajah Theo dengan lembut.
Netra suaminya tersebut menyorotkan binar kebahagiaan.
"Dia begitu aktif?" Ruah Theo yang masih terlihat senang.
"Sama sepertimu," timpal Risha sedikit terkekeh.
"Hmmmm. Aktif dalam hal apa?" Theo mengerling nakal pada Risha.
"Tidak usah pura-pura polos!" Jemari Risha menyusuri lekukan di wajah Theo, dan berhenti tepat di bibir suaminya tersebut.
"Boleh aku menjenguk calon anak kita yang aktif itu?" Bisik Theo meminta persetujuan Risha.
"Kau bisa menjenguknya malam ini," jawab Risha seraya bangkit berdirian hendak keluar dari ruangan Theo.
Namun Theo sudah dengan cepat meraup pinggang istrinya tersebut.
"Theo, kita sedang di kan-" protes dari Risha tertahan oleh kecupan bibir Theo yang bertubi-tubi.
Ya, ampun!
"Kita hanya tinggal mengunci pintunya, Sayang!" Ucap Theo di sela-sela kecupannya pada bibir Risha.
Theo merebahkan tubuh Risha dengan hati-hati ke atas sofa dan menyingkap baju terusan yang dikenakan oleh istrinya tersebut.
"Kau sudah mengunci pintunya?" Tanya Risha memastikan.
"Tunggu sebentar, dan jangan kemana-mana!" Ucap Theo yang segera melesat ke arah pintu ruangan, lalu menguncinya dengan rapat.
"Aku boleh berteriak?" Tanya Risha seraya tergelak.
"Aku akan membungkam bibirmu kalau kau berteriak!" Ancam Theo yang sudah memulai aksi nakalnya pada Risha.
Risha semakin tergelak dan merasa kegelian karena ulah nakal Theo.
****
Menjelang sore, Risha dan Theo baru turun ke lobby kantor.
Seperti biasa, Metta sudah menunggu Theo di lobby depan. Namun wanita itu sangat terkejut saat mendapati Theo yang keluar dari lift seraya merangkul Risha dengan mesra.
Mereka berdua bahkan terlihat tergelak bersama, seakan sedang membahas sebuah hal lucu.
Metta tersenyum kecut, saat Theo melempar tatapan mengejek ke arahnya. Rasa marah dan emosi membuncah di dada Metta.
Tadinya Metta berpikir kalau Theo dan Risha pasti bertengkar hebat, setelah pertemuannya dengan Risha tadi siang. Namun nyatanya, pasangan itu malah semakin mesra dan kini Metta hanya bisa gigit jari.
Namun Metta masih tidak mau menyerah, untuk memisahkan Theo dan Risha.
Metta tetap bertekad untuk memilik Theo sepenuhnya, bagaimanapun caranya.
Kau pasti akan menjadi milikku, Theo!
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Ney Maniez
😠😠
2022-06-02
0
Riska Wulandari
midel,,artis,,penyanyi tapi kok ngejar2 suami orang...hadeuhhh..
2021-11-01
0
Reni Widayati
kesel nih..ama metha ga punya adab ya cantik" kok murahan cowok juga ilfil lah
2021-02-19
3