Resepsi pernikahan Theo dan Risha sudah berakhir beberapa saat yang lalu.
Dan disinilah Theo dan Risha sekarang. Sedang berada di dalam lift yang akan mengantar keduanya ke unit apartemen milik Theo.
Kebetulan hanya ada mereka berdua di dalam lift tersebut. Dan Theo sedari tadi tidak berhenti memandangi deretan kancing yang ada di gaun terusan warna baby pink yang kini di kenakan oleh Risha.
Theo seolah sedang membayangkan apa yang akan ia lakukan saat mereka sudah tiba di unit apartemen miliknya. Mungkin Theo akan langsung menarik lepas semua kancing gaun milik Risha tersebut dan menelanjangi istrinya tepat di depan pintu masuk.
Astaga!
Kenapa pikiran Theo hanya dipenuhi oleh hal mesum malam ini?
Ting!
Suara lift yang menandakan mereka sudah sampai di lantai tujuan segera menyentak lamunan Theo.
"Ayo, Sayang!" ajak Risha seraya menggamit lengan Theo.
Theo hanya tersenyum dan segera mengikuti langkah sang istri keluar dari dalam lift sambil menyeret koper mini milik Risha.
Theo mengetikkan password di pintu masuk, dan Risha memperhatikan dengan seksama.
"Aku akan memberimu kartu akses, Sayang. Jadi kamu tak perlu menyimak sampe melotot begitu!" Kelakar Theo yang sudah berhasil membuka pintu unit apartemen miliknya.
"Tetap saja aku harus tahu password-nya. Bukankah apartemen ini juga milikku sekarang?" Risha meminta klaim.
Theo menipiskan bibirnya, dan kembali menutup pintu lalu menguncinya.
"Tentu saja ini milikmu. Kau bisa mengganti password-nya kapanpun kau mau." Theo sudah mendekatkan wajahnya ke arah Risha dan mengunci wanita itu merapat di dinding dekat pintu masuk.
"Theo," gumam Risha seraya menahan dada Theo dengan kedua tangannya.
"Kenapa wajahmu merah begitu?" Tanya Theo dengan nada menggoda. Pria itu melingkarkan tangannya di pinggang Risha, lalu menyatukan dahinya dengan dahi Risha.
"Theo," bisik Risha sekali lagi.
"Hmmmm?" Theo masih menipiskan bibirnya.
"Aku lapar," ucap Risha selanjutnya yang langsung membuat Theo berdecak tak percaya.
Theo sudah menjauhkan wajahnya dari Risha yang kini tekekeh.
"Kita belum makan sejak dari gedung tadi, Sayang!" Risha menangkup wajah Theo dengan kedua tangannya dan berbicara dengan nada merayu.
"Kau benar. Kita akan makan dulu kalau begitu," ujar Theo yang langsung menggandeng Risha menuju ke arah dapur.
"Kau punya makanan?"
Theo membuka kulkas dua pintu di hadapannya sebelum menjawab,
"Tentu saja punya. Kita tinggal memanaskannya saja." Theo menunjukkan beberapa macam makanan pada Risha.
Dan dalam waktu sekejap, pasangan pengantin baru itu sudah sibuk di dapur menyiapkan makanan sambil bercengkerama dan bersenda gurau.
Satu jam selanjutnya, mereka sudah sama-sama kekenyangan dan memandangi piring-piring kosong di atas meja makan.
"Aku rasa aku tidak bisa bergerak lagi sekarang," kekeh Risha seraya menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.
"Ayo bangun! Jangan banyak alasan!" Theo sudah berdiri sambil berkacak pinggang di hadapan Risha.
"Aku tidak bisa bangun, Sayang," rengek Risha yang kini menjulurkan kedua lengannya ke arah Theo, seolah sedang meminta suaminya tersebut untuk membantunya bangun.
"Dasar manja!" Theo menarik lengan Risha dan membantu wanita itu berdiri.
"Kita akan langsung tidur?" Tanya Risha memasang wajah polos.
"Apa aku sudah terlihat mengantuk?" Theo malah balik bertanya.
"Kita nonton film saja kalau begitu," Risha segera melepaskan dirinya dari Theo dan melesat cepat ke sofa ruang tengah. Wanita itu menyalakan televisi besar yang ada di ruang tengah.
"Hhhh!" Theo mendengus sebal dan langsung masuk ke kamar.
Risha hanya mengendikkan bahu dan lanjut menonton televisi.
Selang beberapa menit Theo sudah keluar lagi dari dalam kamar membawa selimut di tangannya.
Tidak, bukan itu yang membuat Risha memekik kaget. Tapi penampilan Theo yang kini bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek, sontak membuat Naya menjerit sebelum akhirnya wanita itu menutup kedua matanya dengan telapak tangan.
Ya ampun!
"Theo! Dimana bajumu?" Pekik Risha yang masih menutupi wajahnya dengan telapak tangan.
Theo tak menjawab dan langsung meloncat ke atas sofa. Pria itu mendekap Risha dan membentangkan selimut untuk menutupi tubuh mereka berdua.
"Bukankah kau ingin menonton televisi? Aku akan menemanimu," Bisik Theo yang sudah menyusupkan kepalanya ke dada Risha. Tangan Theo sudah bergerilya membuka satu persatu kancing yang ada di gaun Risha.
Risha masih berusaha berkonsentrasi pada film yang ia tonton, saat tangan Theo sudah menanggalkan satu persatu baju yang Risha kenakan. Bisa Risha rasakan juga bibir Theo yang kini menyusuri inchi demi inchi bagian tubuhnya yang terbuka. Risha menggeliat kegelian.
"Theo!"
"Iya, Sayang," Theo berbisik di telinga Risha, sementara tangannya sudah kemana-mana.
"Theo," desah Risha sekali lagi yang kini menggigit bibir bawahnya.
"Aku masih disini," Theo berbisik sekali lagi, sebelum mengecup bibir Risha dengan lembut.
Sial!
Risha tak pernah bisa mengelak dari ciuman Theo yang lembut dan memabukkan ini. Risha dengan cepat membalas kecupan Theo di bibirnya dan wanita itu sudah tak peduli lagi pada film yang tadi ia tonton.
"Pelan-pelan, Sayang. Kenapa kau bergairah sekali?" Goda Theo yang kini sudah berada di atas Risha dan menindih istrinya tersebut.
"Kau yakin akan melakukannya disini?" Tanya Risha sedikit ragu.
"Kenapa memangnya? Kau malu dengan orang-orang di televisi itu?" Theo balik bertanya dan malah menggoda istrinya lagi.
Theo meraih remote televisi di atas meja dan secepat kilat mematikan benda persegi panjang tersebut.
"Sofanya tidak akan muat, Theo," gumam Risha yang kembali menggigit bibir bawahnya.
"Kata siapa? Kita bisa bergantian posisi nanti," bisik Theo seraya mengusap bibir Risha dengan lembut.
"Berhentilah menggigiti bibirmu sendiri begitu,"
"Maaf-" kalimat Risha terhenti begitu saja, saat Theo sudah membungkam bibirnya dengan bibir suaminya tersebut.
Tangan Theo bergerilya di bagian bawah tubuh Risha yang sudah tak tertutupi secarik kainpun.
"Apa kau menipuku?" Tanya Theo tiba-tiba yang langsung membuat Risha membulatkan bola matanya.
"Me-menipu apa?" Risha terlihat kebingungan.
"Kemarin kau bilang sedang dapat tamu bulanan. Mana?" Theo menatap tajam ke arah Risha.
Ya ampun!
Pikiran Risha sudah kemana-mana tadinya. Jantungnya bahkan nyaris melompat keluar karena pertanyaan mengejutkan dari Theo tadi.
"Sudah selesai kemarin, saat aku memberitahumu," jawab Risha santai tanpa rasa bersalah sedikitpun.
"Dasar usil!" Theo tiba-tiba sudah menyentak masuk ke dalam milik Risha. Wanita itu langsung memekik sebelum akhirnya meringis menahan nyeri di pangkal pahanya.
"Kau kasar sekali!" Risha memukul dada Theo sebagai bentuk protes.
"Anggap saja hukuman untukmu, karena kau sudah mengusiliku berkali-kali," Theo pura-pura memasang wajah serius.
"Apa hukuman yang kamu maksud kemarin itu adalah ini?" Tebak Risha menerka-nerka.
"Ini hanya bagian pembukanya saja. Masih ada hukuman yang lain," Theo mengerling nakal pada Risha sebelum melahap dua gundukan yang terlihat menggoda di hadapannya.
"Theo!" Risha memekik tertahan.
"Tidak perlu menahannya, Sayang! Kau bisa berteriak sepuasmu dan tidak akan ada yang mendengarnya. Hanya ada kita berdua di apartemen ini," kekeh Theo sebelum melanjutkan kegiatannya mencecap setiap inchi tubuh Risha.
Deru nafas keduanya terus berpacu dan terdengar hingga tengah malam. Dua tubuh yang dipenuhi peluh itu akhirnya terkulai dan saling memeluk, masih diatas sofa yang kondisinya tak bisa lagi digambarkan oleh kata-kata.
Theo mengeratkan dekapannya pada tubuh polos Risha mengecup bibir istrinya itu berulang kali, sebelum kembali berucap,
"Aku mencintaimu, Risha! Berjanjilah untuk menua bersamaku."
"Aku juga mencintaimu, Theo. Aku berjanji untuk selalu ada disampingmu, hingga nanti."
"Hingga nanti. Kita menua bersama."
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Ney Maniez
🤗🤗🤗😍💖
2022-06-02
0
Riska Wulandari
masih terbuai masa lalu ini ya,,masih flashback..
2021-11-01
0
r1z4 y
lnjut torr!!..smpe akhir sing bahagia pokok'e 💪👍☺️
2021-02-16
2