Theo menikmati sarapannya tanpa selera.
"Kau ada acara malam ini, Theo?" Tanya papa Owen yang baru tiba di ruang makan.
"Tidak ada, Pa," jawab Theo dengan nada kurang bersemangat.
"Pulanglah agak cepat! Kita akan ke rumah Pak Wiratama malam ini," titah papa Owen.
Theo mengernyitkan kedua alisnya.
"Bukankah acara perjodohan dibatalkan? Untuk apa kita berkunjung ke rumah Pak Wiratama?" Tanya Theo bingung.
"Risha sudah pulang, dan acara perjodohan tetap dilanjutkan karena Risha juga sudah setuju," tutur Papa Owen yang terlihat bersemangat.
Theo hanya mendengus kasar, dan mendadak merasa kesal pada gadis bernama Risha Sahanaya itu. Kemarin kabur-kabur tak jelas, menolak perjodohannya dengan Theo. Lalu sekarang tiba-tiba kembali lagi dan setuju dengan perjodohan begitu saja.
"Bagaimana kalau Theo yang menolak dijodohkan dengan Risha, Pa?" Tanya Theo tiba yang langsung membuat papa Owen menghentikan aktivitas makannya.
"Kau punya calon istri lain yang ingin kau kenalkan pada Papa?" Tanya Papa Owen to the point.
Skakmat!
Theo sedang tidak punya.
Tadinya Theo baru ingin mengenalkan Naya pada sang Papa, namun gadis itu sudah hilang tak tahu rimbanya. Mungkin memang sudah pulang bersama pria misterius berkostum serba hitam malam itu.
Sudah dua hari terakhir Theo bolak-balik ke kost-an Naya, dan yang Theo dapati hanyalah kost-an yang sudah kosong dan pintu yang terkunci rapat. Jelas sudah jika Naya tak lagi tinggal di kost-nya tersebut.
"Ada, Theo?" Tanya Papa Owen sekali lagi menatap serius pada Theo.
"Tidak ada, Pa," jawab Theo lesu.
"Kita akan makan malam bersama keluarga Risha kalau begitu," ucap papa Owen tegas seakan tidak mau dibantah.
Theo hanya membuang nafas dengan kasar.
"Baiklah, Papa!" Jawab pria itu akhirnya sebelum beranjak dari duduknya dan berpamitan pada sang papa untuk selanjutnya pergi ke kantor Halley Development.
Bellinda masih belum selesai cuti. Kata Devan, Bellinda mabuknya semakin parah.
Dasar nona direktur manja!
****
Theo baru tiba di ruangan Bellinda, saat pria itu mendapati Devan yang sudah duduk santai di sofa.
Astaga!
Membuat kaget saja.
"Kau sedang apa disini, Dev? Mau belajar menjadi tuan direktur?" Kekeh Theo yang sudah ikut duduk di sofa bersama Devan.
"Aku mengantar berkas kemarin. Kebetulan juga sedang tidak ada pekerjaan di kafe. Jadi aku manpir kesini untuk mengobrol denganmu," ujar Devan santai.
"Bagus sekali! Kau akan membuat pekerjaanku semakin menumpuk," keluh Theo yang kini menyandarkan kepalanya di punggung sofa dan mendongak menatap langit-langit ruangan.
"Bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Naya? Sudah banyak kemajuan?" Tanya Devan to the point penuh rasa ingin tahu.
Theo berdecak,
"Perkembangan apanya? Naya menghilang dan aku tidak tahu dia dimana sekarang," jawab Theo dengan nada lesu.
"Apa? Bagaimana bisa?" Cecar Devan semakin kepo.
Theo hanya mengendikkan bahu.
"Di malam terakhir kami bertemu, ada pria misterius yang datang ke kost-an Naya. Aku pikir mungkin itu tunangan atau calon suami Naya, karena pria itu memaksa-maksa Naya untuk pulang," cerita Theo panjang lebar masih dengan nada yang terdengar frustasi.
"Kau tidak menanyakannya pada Naya?"
"Aku baru akan bertanya pada Naya, namun gadis itu sudah menghilang dari kost-nya," jawab Theo frustasi.
"Dan sampai sekarang, aku tidak tahu Naya dimana," imbuh Theo lagi semakin frustasi.
"Aku dengar Paman Owen akan melanjutkan perjodohanmu yang tertunda dengan Risha Risha itu," Devan mengalihkan topik pembicaraan.
"Ya. Dan aku sudah tidak tertarik pada Risha pengecut itu," tukas Theo bersungut-sungut.
"Acaranya malam ini. Kau tidak akan kabur, kan?" Tanya Devan lebih ke arah menggoda.
"Aku bukan pria pengecut. Jadi untuk apa aku kabur? Aku akan memberi pelajaran pada Risha karena sudah mempermainkan perasaanku," tekad Theo penuh dendam.
Devan terkekeh sekali lagi.
"Awas, jatuh cinta!" Goda Devan yang sudah beranjak dari duduknya. Pria itu sudah berjalan ke arah pintu keluar.
"Aku pulang dulu, Theo!" Pamit Devan seraya menutup kembali pintu ruangan. Theo tak menjawab dan hanya berdecak berulang kali.
****
Malam hari,
Theo yang sudah rapi, turun dari tangga seraya bersiul santai. Pria itu sedikit terkejut saat mendapati Devan dan Bellinda yang sudah duduk santai di sofa ruang tamu.
Ada apa ini?
"Yang mau bertemu calon istri, kelihatan bahagia sekali," goda Bellinda sedikit terkekeh.
"Bukankah kau masih mabuk? Lalu sedang apa disini?" Tanya Theo mengernyitkan kedua alisnya.
"Ya, mendadak calon anakku ingin ikut pertemuan malam ini." Bellinda mengusap perutnya yang masih datar.
"No! Bagaimana kalau kau muntah-muntah di sana? Merepotkan saja!" Dengkus Theo yang langsung menolak permintaan Bellinda.
"Dia sudah minum obat antimual. Jadi dia tidak akan muntah atau mual-mual," sela Devan membela sang istri.
"Sudah, sudah! Mereka akan ikut bersama kita, Theo! Devan dan Bellinda juga keluarga kita," ujar papa Owen berusaha bersikap bijak.
Theo bersedekap seraya mendelik ke arah pasangan Devan dan Bellinda.
"Kau sudah melupakan Naya?" Bisik Bellinda yang sudah mendekat ke arah Theo.
"Tidak perlu lagi membahasnya!" Sergah Theo memasang raut wajah marah.
Terang saja hal itu langsung membuat Bellinda tergelak.
"Ayo, Belle! Kita berangkat sekarang!" Ajak Devan yang sudah merangkul pinggang sang istri. Theo mengekor di belakang pasangan lebay itu sambil tak berhenti menggerutu. Sementara paman Owen sudah tiba duluan di teras depan.
Tak butuh waktu lama, dan empat orang itu segera berangkat menuju kediaman Wiratama untuk memenuhi undangan makan malam.
****
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua puluh menit, mobil yang membawa rombongan keluarga Theo akhirnya tiba di kediaman Wiratama.
Pak Wiratama yang langsung menyambut kedatangan keluarga Papa Owen. Setelah sedikit berbasa-basi mereka pun segera masuk ke ruang makan untuk menikmati hidangan makan malam.
Theo masih celingukan mencari keberadaan gadis bernama Risha Sahanaya. Sejak masuk ke dalam rumah ini, Theo sama sekali belum melihat gadis labil itu.
"Jadi, apa Risha sudah pulang?" Papa Owen berbasa-basi pada Pak Wira menanyakan keberadaan Risha.
Sepertinya papa dari Theo itu juga begitu penasaran dengan Risha.
"Dia masih di kamar. Mungkin sebentar lagi keluar-" pak Wira memotong kalimatnya saat seorang gadis yang mengenakan gaun berwarna maroon, turun dari tangga.
"Itu anaknya," ucap Pak Wira selanjutnya yang langsung membuat semua tamunya menoleh ke arah tangga.
"Bukankah itu Naya?"
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Dukung othor dengan like dan komen di bab ini
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Ney Maniez
😲
2022-06-02
0
alvalest
thor pa mgkn gini y...risha pake kos ny kanaya buat kabur gt y kan la kanaya kan pcar satria....bnr dia.minta d panggil naya karna nm panjngnya...
2021-09-05
0
WiLLiAndaru's Mom
😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍
2021-02-22
0