KITA?

"Jadi pacarku, ya!" Ulang Theo sekali lagi meminta persetujuan dari Naya.

"Apaan, sih!" Naya segera mendorong tubuh Theo yang sedari tadi melingkupinya agar menjauh.

Theo kembali tergelak, dan Naya segera bangkit berdiri.

"Pergi sana!" Usir Naya selanjutnya.

"Hmmmm. Baiklah. Aku masih bisa datang kesini nanti pulang dari kantor," ucap Theo santai.

"Aku tidak ada dirumah nanti sore. Aku akan ganti masuk shift sore karena pagi ini aku sudah bolos," sahut Naya cepat seakan menolak rencana kedatangan Theo sore nanti.

"Benarkah? Kalau begitu aku akan datang saat kau pulang shift sore. Aku akan menunggu di depan pintu kost-mu, Kanaya," timpal Theo pantang menyerah.

"Naya! Cukup memanggilku dengan nama Naya," sergah Naya cepat yang sepertinya merasa risih dipanggil Kanaya oleh Theo.

"Hmm. Naya, Naya, Naya," Theo terus memanggil nama Naya berulang kali dengan nada lebay.

"Tidak perlu diulang-ulang, atau lidahmu akan terbelit nanti," cibir Naya seraya memutar bola matanya.

Gadis itu mendorong tubuh kekar Theo agar segera keluar dari dalam kost-nya.

"Boleh pinjam uang cash untuk naik taksi? Aku lupa belum ambil uang tadi," cengir Theo menampilkan deretan giginya yang tersusun rapi.

"Ish!" Naya mendengus sebal dan meraih tas selempangnya. Gadis itu mengeluarkan selembar uang berwarna biru dari dalam tas dan mengangsurkannya pada Theo.

"Uangku hanya tinggal itu. Apa cukup?"

"Cukup. Kantorku tidak jauh dari sini," jawab Theo enteng.

"Akan kukembalikan nanti saat pulang dari kantor," imbuh Theo lagi seakan sedang berjanji pada Naya.

"Tidak usah repot-repot! Aku ikhlas, kok. Benar-benar ikhlas," tolak Naya cepat seraya mengangkat tangannya ke arah Theo.

"Tetap akan kukembalikan. Karena tadi aku bilang pinjam bukan minta," ucap Theo bersikeras.

"Baiklah terserah aja," dengkus Naya yang akhirnya pasrah karena sedang malas berdebat.

"Aku pergi dulu. Bye, Naya cantik!" Theo melambaikan tangannya ke arah Naya dan Naya hanya memutar bola mata tanpa membalas lambaian tangan Theo sama sekali.

Dasar pria aneh!

****

Theo meletakkan ponsel barunya di atas meja dan membiarkan benda itu bergetar hebat menerima puluhan atau mungkin ratusan pesan yang masuk. Setelah semua pesan masuk, ponsel mendadak berdering dan nama Devan terpampang jelas di layar ponsel.

"Halo, Dev! Nona direktur manja itu sudah sembuh?" Sergah Theo cepat.

"Bellinda mengambil cuti satu minggu ke depan. Bisa kau batalkan semua agenda pentingnya? Atau kau mungkin bisa menggantikannya."

"Astaga! Memangnya istrimu kenapa?" Gerutu Theo merasa kesal.

Padahal Theo baru saja akan pedekate pada Naya. Tapi sekarang, Nona direktur Bellinda Halley malah melimpahkan semua pekerjaan kantor pada Theo.

"Bellinda hamil."

"What! Serius? Selamat untuk kalian berdua kalau begitu." Rasa kesal di hati Theo menguap seketika dan berubah menjadi binar kebahagiaan.

Akhirnya usaha Devan untuk menghamili istrinya berhasil juga. Hahahaha.

"Jadi, kau tidak keberatan menggantikan pekerjaan Bellinda di kantor?"

"Tentu saja tidak. Kau suruh saja istri tercintamu itu untuk beristirahat. Aku akan menyuruh sopir mengantarkan berkas penting yang butuh tanda tangannya," tutur Theo dengan nada santai.

"Kenapa bukan kau saja yang mengantarnya setiap pulang dari kantor? Seperti biasanya."

"Aku sedang banyak urusan belakangan ini. Jadi biar supir saja yang mengantar," jawab Theo memberi alasan.

"Urusan? Urusan untuk mendekati Naya?"

Tebak Devan yang langsung membuat Theo mati gaya.

Sial memang si Devan.

Selalu bisa membaca arah pikiran Theo. Pantas saja Bellinda suka menyebut Theo dan Devan sebagai saudara kembar siam.

"Aku juga ingin punya istri yang bisa kuhamili, Dev! Jadi tolong pahamilah posisiku!" suara Theo terdengar memelas.

Gelak tawa Devan langsung terdengar dari ujung telepon.

"Bagus, pria jantan! Segera nikahi Naya kalau begitu, dan jangan menunda-nunda lagi!"

"Ya, kalau gadis itu sudah berhenti jual mahal aku pasti akan langsung menikahinya," sergah Theo bersungut-sungut.

"Aku tunggu undangannya kalau begitu. Selamat berjuang!"

Pungkas Devan yang sudah memutuskan sambungan telepon.

Theo meletakkan ponselnya dan lanjut mengerjakan pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh Bellinda.

Baiklah, tidak masalah. Theo akan minta nona direktur itu menaikkan gajinya bulan depan agar Theo bisa menggelar pernikahan mewah bersama Naya.

Oh, Naya!

Kenapa Theo bisa sangat tergila-gila pada gadis itu.

Padahal mereka baru bertemu kemarin. Tapi Theo merasa kalau dirinya sudah punya sebuah ikatan pada Naya.

Mungkinkah gadis itu memang jodoh Theo?

****

Sore hari, di kost-an Naya ternyata cukup ramai. Banyak anak muda yang nongkrong di halaman depan dekat tempat parkir. Theo baru tahu kalau kost-an ini memang kost-an bebas, dimana laki-laki dan perempuan bercampur menempati setiap petak kamar.

Semoga Naya bisa menjaga diri.

Atau haruskah Theo membawa gadis itu tinggal di apartemennya saja?

Mendadak Theo merasa khawatir pada Naya.

Theo baru saja akan mengetuk pintu bertuliskan Kanaya tersebut, saat tiba-tiba pintu sudah menjeblak terbuka.

Selalu saja seperti ini. Mungkinkah ini yang dinamakan ikatan batin?

"Sedang apa kau disini?" Tanya Naya dengan raut wajah tidak senang.

"Pulang ke rumah kita," klaim Theo asal.

"Kita?" Naya memutar bola matanya.

"Iya, kita. Kau dan aku, jadi kita," Theo menunjuk pada dirinya sebelum lanjut menunjuk pada diri Naya.

Naya hanya mendengus tak percaya.

"Kau mau kemana?" Tanya Theo seraya memindai penampilan Naya dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Keluar, cari makan," jawab Naya seraya memalingkan wajahnya dari Theo.

"Aku sudah membawa makanan untuk kita berdua. Ayo masuk!" Theo merangsek masuk seraya menggandeng Naya, dan menutup pintu dengan kakinya.

"Bisakah kau berhenti bersikap lebay kepadaku?" Sentak Naya seraya melepaskan rangkulan lengan Theo di pundaknya.

Gadis itu mengambil dua piring dan dua sendok dari rak piring mini yang ada di ruangan tersebut masih sambil bersungut-sungut.

Theo hanya terkekeh dan segera duduk bersila di atas karpet. Naya sudah ikut duduk dan membuka bungkusan yang tadi dibawa Theo.

"Tadi pulang jam berapa?" Tanya Theo membuka obrolan.

"Pulang? Pulang darimana?" Naya pura-pura bingung.

"Bukankah katamu kau ada shift sore?" Theo mengernyitkan kedua alisnya seraya menerima makanan yang disodorkan oleh Naya.

"Tidak jadi! Aku sudah tidak bekerja di minimarket itu," jawab Naya seolah tanpa beban. Gadis itu sudah mulai menyuapkan nasi ke dalam mulutnya sendiri.

"Kau mengundurkan diri? Atau dipecat?" Tanya Theo bingung.

Naya hanya mengendikkan bahu.

"Tadinya aku hanya menggantikan temanku yang sedang pulang kampung. Sekarang temanku sudah kembali, jadi aku pengangguran sekarang," cerita Naya panjang lebar, masih terlihat santai dan tanpa beban.

Theo semakin heran dengan gadis di hadapannya tersebut. Biasanya seorang pengangguran akan langsung bingung mencari pekerjaan baru. Tapi kenapa gadis ini santai sekali seolah tak punya beban hidup?

"Kau sebenarnya berasal dari kota mana?" Tanya Theo lagi menyelidik.

Theo benar-benar penasaran dengan asal-usul Naya.

"Kenapa kau kepo sekali?" Sergah Naya yang sepertinya tidak terima dengan pertanyaan Theo tersebut.

"Bukan kepo. Aku hanya ingin bertemu kedua orangtuamu, lalu melamarmu," jawab Theo to the point.

Naya yang sedang mengunyah makanannya sontak tersedak.

"Pelan-pelan, Nay!" Theo menepuk lembut punggung Naya dan menyodorkan segelas air putih pada gadis tersebut.

"Kamu bercandanya keterlaluan, Theo!" Gertak Naya bersungut-sungut.

"Siapa yang bercanda? Aku serius, Naya!" Sahut Theo memasang wajah serius.

"Kita bahkan baru bertemu tadi malam. Lucu sekali kalau tiba-tiba kau sudah ingin melamar dan menjadikanku istri," sergah Naya yang kini tertawa sumbang.

"Anggap saja kita memang berjodoh dan ditakdirkan untuk bersama," jawab Theo enteng.

"Ayahku akan langsung menolakmu!" Tegas Naya seraya beranjak dari duduknya. Gadis itu sudah menghabiskan makan malamnya.

"Kenapa memangnya? Aku pria tampan, mapan, dan pekerja keras. Aku calon menantu idaman," cecar Theo sedikit sombong.

"Karena aku sudah dijodohkan dengan pria lain."

"Apa?!"

.

.

.

Terima kasih yang sudah mampir.

Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.

Terpopuler

Comments

Ney Maniez

Ney Maniez

😲

2022-06-02

0

Riska Wulandari

Riska Wulandari

d jodohkdn denganmu Theo..

2021-11-01

0

Budi Man

Budi Man

Orang kaya mah gitu ya, mobil kena rampok nggak perlu d lapor polisi 😁😁

2021-05-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!