SIAPA GADIS INI?

Naya mengerjapkan matanya berulangkali untuk memastikan kalau dirinya tidak sedang bermimpi.

Kenapa Naya tidur di atas kasur empuk yang lebar dan nyaman? Bukankah kasur yang Naya punya di kost-nya hanya kasur busa tipis dan sempit?

Mengerjap sekali lagi, mencoba mengingat-ingat apa yang sudah terjadi semalam.

Dirinya kabur dari rumah Eza sialan, lalu naik motor sambil menangis, dan nyaris menabrak seorang pria.

Naya dibonceng oleh pria tinggi kekar itu dan diajak ke apartemennya.

Pria yang tampan.

Dan aroma khasnya ada di kamar ini.

Oh, Naya ingat sekarang. Dia masih di apartemen Theo dan menumpang tidur di kamar pria itu.

Naya melirik jam digital yang ada di atas nakas di samping tempat tidur. Pukul 08.30.

Astaga!

Naya harus berangkat ke tempat bekerja pukul delapan. Dan sekarang dirinya sudah terlambat tiga puluh menit.

Naya bergegas bangkit dan mengikat sembarangan rambut ikalnya. Gadis itu membuka pintu kamar, lalu berseru pada Theo yang masih rebahan santai di sofa,

"Theo, aku terlambat!"

Kriik kriik kriik!

Sejenak suasana hening. Naya baru menyadari kalau ada orang lain selain Theo di ruangan tersebut. Seorang wanita berkelas, yang mengenakan setelan baju kerja mahal, sedang menatap horor ke arah Naya.

Apa dia pacar Theo?

Atau mungkin dia tunangan Theo?

Atau lebih parah lagi, dia istri Theo!

Oh, tidak!

Naya tidak mau dituduh sebagai pelakor.

Mungkin sebaiknya Naya kabur dari apartemen sialan ini sekarang juga. Tapi penampilan Naya sedang tidak mendukung untuk kabur. Dan kunci motor Naya masih dipegang oleh Theo. Lalu bagaimana ia akan kabur?

"Siapa gadis ini, Theo?" Tanya Bellinda menatap tajam pada Theo yang kini sudah membuka matanya namun ekspresi wajahnya hanya biasa saja seakan tanpa dosa.

Naya tiba-tiba menjatuhkan dirinya di depan Bellinda dan memeluk kaki nona direktur tersebut.

"Maafkan saya, Nyonya! Saya bukan pelakor. Saya benar-benar tidak ada hubungan apapun dengan Theo. Saya benar-benar hanya menumpang tidur disini," cerocos Naya panjang lebar masih memeluk kaki Bellinda.

Theo sudah bangun dari rebahan dan kini tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Naya.

"Kau sedang apa, Nay?" Tanya Theo disela tawanya yang semakin menggelegar.

"Lepaskan kakiku!" Gertak Bellinda seraya berusaha menyingkirkan tangan Naya yang masih memeluk kedua kakinya

"Aku bukan majikanmu!" Imbuh Bellinda merasa semakin geram.

Theo segera bangkit dari duduknya dan membantu Naya untuk bangun. Theo membimbing Naya duduk di sofa panjang berdampingan dengan dirinya.

"Dia sepupuku, Nay! Jadi jangan berlebihan begitu!" Ujar Theo sedikit menahan tawanya.

"Sepupu?" Mata Naya membulat dan kini wajahnya terlihat sungguh lucu.

"Iya, se-pu-pu," ulang Theo sekali lagi yang mengucapkannya dengan cara mengeja.

"Bukan istri atau tunanganmu?" Sepertinya Naya masih belum percaya.

Theo tergelak cukup kencang kali ini dan Bellinda hanya mendengus seraya bersedekap.

"Dia sudah punya suami dan sudah menikah dua kali dengan suaminya, jadi tidak mungkin dia istriku," ucap Theo yang pura-pura berbisik pada Naya. Padahal Bellinda juga bisa mendengar bisikan Theo dengan sangat jelas.

Dasar tidak sopan!

"Haruskah kau memberitahukan pada semua orang pernikahan kedua kaliku dengan pria yang sama?" Dengkus Bellinda dengan nada kesal.

"Itu kejadian langka," sanggah Theo mencari pembenaran.

Bellinda memutar bola matanya.

"Jadi siapa gadis polos ini? Pacarmu? Atau simpananmu?" Tanya Bellinda selanjutnya menunjuk ke arah Naya yang masih duduk di sebelah Theo.

Bahkan tangan Theo juga melingkar di pundak gadis itu. Namun gadis itu sepertinya tidak menyadari.

"Calon istriku mungkin," jawab Theo asal.

Terang saja, Naya langsung tak terima dengan klaim sepihak yang dilayangkan oleh Theo. Gadis itu serta merta menjauh dari Theo dan melepaskan rangkulan lengan Theo yang entah sejak kapan melingkar di pundaknya.

"Aku bukan pacarmu!" Tegas Naya bersungut-sungut.

"Kami hanya tidak sengaja berjumpa tadi malam, Nyonya," Naya ganti menjelaskan pada Bellinda.

"Belle! Namaku Belle," sela Bellinda yang merasa aneh dengan panggilan nyonya dari Naya.

"Atau panggil saja Nona Bellinda. Dia memang nona direktur," timpal Theo seraya menepuk lembut pundak Naya. Secepat kilat Naya menyingkirkan tangan Theo yang tak tahu tata krama tersebut.

"Iya, baiklah, Nona Belle," Naya menarik nafas panjang.

"Saya tidak sengaja berjumpa Theo tadi malam saat ingin pulang. Dia baru saja kena begal," Naya berusaha menceritakan kronologi pertemuannya dengan Theo pada Bellinda.

"Naya yang membantuku kabur dari kawanan begal. Jadi dia yang sudah menyelamatkan nyawaku," imbuh Theo menyambung cerita Naya.

Bellinda mengangguk-angguk tanda mengerti. Nona direktur itu sudah beranjak dari duduknya saat tiba-tiba wajahnya berubah pucat.

"Kau kenapa, Belle?" Pertanyaan Theo hanya terbang tertiup angin karena Bellinda sudah berlari ke kamar mandi yang ada di dekat dapur.

Samar-samar terdengar suara Bellinda yang sedang muntah-muntah dari dalam kamar mandi.

"Aku rasa sepupumu itu sedang sakit," gumam Naya berpendapat.

"Mungkin." Theo merogoh tas Bellinda dan mencari ponsel nona direktur tersebut.

"Bukankah kau tadi bilang terlambat? Terlambat kemana memangnya?" Theo mengalihkan pembicaraan.

"Terlambat masuk kerja," jawab Naya tertunduk lesu seraya mengusap wajahnya dengan kasar.

"Kerja di minimarket?" Tanya Theo lagi.

Naya mengangguk,

"Mungkin aku akan bolos saja hari ini. Gajiku pasti di potong banyak," desah Naya terlihat frustasi. Gadis itu menyandarkan kepalanya ke punggung sofa dan mendongak menatap langit-langit ruangan.

"Halo, Dev!" Suara Theo yang menyapa seseorang membuat Naya menoleh sejenak pada pria tersebut. Rupanya Theo tengah menelpon seseorang memakai ponsel Nona Belle.

"Ya, aku rasa istrimu sedang sakit. Dia muntah-muntah di apartemenku," Theo memberi laporan pada seseorang di seberang telepon yang Naya tebak adalah suami dari Nona Belle.

"Dia masih disini. Kau dimana memang?" Tanya Theo lagi.

"Aku sudah di dalam apartemenmu." Suara seseorang dari arah pintu depan membuat Theo dan Naya menoleh bersamaan.

Rupanya Devan juga sudah tiba di apartemen Theo menyusul Bellinda.

Apa ini semacam reuni?

"Dimana Belle?" Tanya Devan to the point pada Theo.

"Masih di kamar mandi," jawab Theo malas.

Theo kembali merebahkan dirinya di sofa, namun kali ini Theo sengaja menaruh kepalanya di pangkuan Naya yang masih menatap langit-langit ruangan.

Naya tersentak kaget dan secepat kilat bangkit berdiri sebelum kepala Theo benar-benar mendarat di pangkuannya.

Theo tergelak dan tak jadi merebahkan tubuhnya.

"Mana kunci motorku? Aku mau pulang." Naya menengadahkan tangannya ke arah Theo meminta kunci motornya yang masih disita oleh Theo.

"Lepaskan dulu kausku, nanti aku akan memberikan kunci motormu," ujar Theo seraya mengendikkan dagunya ke arah kaus miliknya yang masih dipakai oleh Naya.

Wajah Naya kembali bersemu merah.

"Akan kubawa pulang dan kucuci dulu sebelum ku kembalikan," jawab Naya tergagap.

Theo beranjak dari duduknya dan mendekat ke arah Naya.

"Kalau begitu, aku tidak akan mengembalikan kunci motormu. Ayo lepaskan!" Theo sudah meraih ujung kaus yang dikenakan Naya dan hendak melepasnya, saat tiba-tiba teguran galak dari Bellinda terdengar menggema di seluruh ruangan.

"Theo! Mau kau apakan gadis polos itu?"

Theo langsung melepaskan tangannya dari kaus Naya dan secepat kilat, Naya juga beringsut menjauh dari Theo yang hampir menelanjanginya di ruangan ini.

Dasar pria mesum!

Devan terkekeh melihat Theo yang salah tingkah.

"Hmmmm. Jadi, setelah calon istrimu kabur kau langsung menemukan penggantinya, hah?" Kelakar Devan yang kini duduk santai di sofa.

Devan menarik Bellinda agar ikut duduk bersamanya, dan merangkul istrinya itu dengan mesra.

Seperti biasa.

Hal yang selalu membuat Theo merasa iri.

"Kalian berdua mengganggu kesenanganku saja," keluh Theo yang sekarang ikut-ikutan duduk di sofa.

Tinggal Naya saja yang masih berdiri dengan salah tingkah di ruangan tersebut.

"Kau sedang apa, Nay? Duduklah kesini!" Theo menepuk ruang kosong di sofa di sebelahnya.

"Aku akan mandi dan pergi ke tempat kerja," jawab Naya masih salah tingkah. Gadis itu melangkahkan kakinya ke arah kamar Theo.

"Bukankah katamu tadi mau membolos dan tidak pergi bekerja?" Tanya Theo yang langsung membuat Naya menghentikan langkahnya.

"Aku berubah pikiran," jawab Naya cepat seraya menutup pintu kamar Theo.

Sejenak ruangan kembali hening.

.

.

.

Terima kasih yang sudah mampir.

Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.

Terpopuler

Comments

Ney Maniez

Ney Maniez

😲😲

2022-06-02

0

choi yongah

choi yongah

lanjuuuut

2021-08-10

1

WiLLiAndaru's Mom

WiLLiAndaru's Mom

hemmmm Risha Sahanaya..Risha = Naya kah? 😁

2021-02-22

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!