SIAPA NAMAMU?

Tok tok tok!

Suara ketukan di pintu kamar membuat Naya kembali terlonjak kaget.

"Nay!" Suara Theo yang mengetuk pintu sekali lagi membuat jantung Naya kembali memacu dengan cepat hingga terasa ingin menggelinding keluar.

Naya membuka pintu, dan melongokkan sedikit kepalanya.

"Apalagi?" Tanya Naya pura-pura memasang raut wajah galak.

"Kau tega sekali membiarkanku tidur di sofa tanpa bantal dan selimut," keluh Theo yang langsung mendorong pintu kamar hingga membuka lebih lebar.

Naya sedikit terhuyung dan nyaris jatuh. Beruntung keseimbangan gadis itu lumayan bagus. Jadi Naya tidak harus jatuh dengan tidak elegant di depan Theo.

Theo sudah masuk ke kamar, membuka lemari besar itu dan mengambil sebuah selimut. Tak lupa Theo juga menyambar satu bantal dari atas ranjang untuk ia bawa keluar.

"Sudah. Kau bisa mengunci pintu kamarnya," ucap Theo seraya berlalu keluar dari kamar.

"Hei, Tuan!" Panggil Naya pada Theo sedikit kikuk.

Naya tidak tahu nama pria ini karena sedari tadi memang dia belum memberitahu namanya.

Theo melempar selimut dan bantal di tangannya ke sofa, sebelum menoleh ke arah Naya dan mengerutkan kedua alisnya.

"Tuan?" Raut wajah Theo terlihat tidak senang.

Naya jadi salah tingkah.

"Aku tidak tahu namamu, jadi aku bingung harus memanggilmu apa," cicit Naya seraya memainkan kedua telunjuknya. Bibir gadis itu sedikit mencebik, membuat Theo merasa gemas dan ingin menciumnya.

Astaga!

Apa patah hati karena ditinggal kabur calon istri, bisa membuat Theo jadi tergila-gila pada gadis asing ini?

"Kau bisa menanyakannya," Theo melangkahkan kakinya dan kembali mendekat ke arah Naya yang masih tertunduk dan memainkan jari.

Naya mendongakkan kepalanya dan kembali tersentak kaget, saat mendapati Theo yang sudah ada di dekatnya.

"Si-siapa namamu?" Tanya Naya akhirnya meskipun sedikit tergagap.

"Theo," jawab Theo seraya menjulurkan tangannya dan mengajak Naya berjabat tangan.

Apa?

Kenapa namanya terdengar tidak asing?

Ah, tapi bukankah banyak orang yang bernama Theo di muka bumi ini?

Jadi mungkin ini hanya sebuah kebetulan.

"Kau sudah tahu namaku tadi." Naya masih belum menyambut uluran tangan Theo.

"Nama lengkapmu? Kau belum menyebutkannya," sahut Theo dengan nada menggoda.

"Aku rasa tidak perlu!" Ucap Naya ketus.

"Selamat malam, Theo!" Naya menutup pintu kamar dan lupa dengan tujuannya tadi memanggil Theo.

"Ya, ampun! Padahal aku tadi mau minta izin meminjam salah satu bajunya. Kenapa aku malah lupa?" Naya menggerutu sendiri sekaligus merutuki jantungnya yang selalu berdetak tak karuan setiap berdekatan dengan pria bernama Theo itu.

"Sudahlah! Aku akan meminjamnya dulu dan minta izin besok," gumam Naya lagi seraya membuka lemari milik Theo dan mengambil satu kaus secara acak.

Saat ini, Naya hanya mengenakan blouse karena memang ia tadi baru pulang dari tempat kerja dan langsung menuju ke rumah mantan sialannya tanpa sempat berganti baju.

Naya tidak mungkin tidur mengenakan blouse ini. Jadi biarlah Naya meminjam satu kaus milik Theo.

Naya sudah selesai memakai kaus yang berukuran cukup besar tersebut. Bahkan kaus itu menutupi hingga setengah paha Naya. Sangat wajar, mengingat bentuk tubuh Theo yang tinggi tegap, dan sepertinya begitu menggoda untuk dibelai.

Astaga!

Otakku yang kotor!

Naya kembali merutuki otaknya yang selalu berpikiran mesum saat mengingat Theo. Gadis itu melompat ke atas ranjang milik Theo dan membenamkan kepalanya ke atas bantal.

Aroma maskulin khas Theo menguar sekali lagi, memenuhi indera penciuman Naya.

Ouh!

Kenapa Naya bisa langsung tertarik pada pria asing itu?

****

Ting tong!

Suara bel apartemen, membuat Theo yang masih mengantuk berdecak kesal berulang kali. Siapa orang tak tahu diri yang bertamu sepagi ini?

Pagi?

Apa benar ini masih pagi?

Theo melirik jam dinding di ruang tamu. Pukul delapan pagi.

Apa?!

Bel berbunyi sekali lagi.

Sedikit malas, namun Theo tetap beranjak dan membuka pintu utama apartemen tersebut.

Bellinda yang mengenakan setelan baju kerja berwarna lilac, berdiri seraya bersedekap dan menatap tajam ke arah Theo.

Astaga!

Sepertinya Nyonya Devan ini kurang jatah semalam. Kenapa pagi-pagi sudah memasang raut wajah mencekam begitu?

"Kau mengganggu tidurku, Nona direktur!" Dengkus Theo yang sudah kembali berjalan masuk melintasi ruang tamu dan kembali merebahkan tubuhnya ke atas sofa. Kepala Theo masih terasa berdentum-dentum menyakitkan. Efek kurang tidur atau mungkin efek alkohol semalam.

"Kepalamu kenapa?" Tanya Bellinda yang kini duduk di sofa single tak jauh dari sofa panjang tempat Theo merebahkan diri.

"Jatuh dan terbentur," jawab Theo sekenanya. Pria itu sudah kembali memejamkan mata.

"Jadi, kemana ponselmu? Aku dan Devan menghubungimu semalaman, dan hingga pagi ini, nomormu masih tidak aktif. Apa kau menenggelamkan ponselmu di kamar mandi?" Sergah Bellinda yang sepertinya terlihat kesal.

"Ponselku dibawa kawanan begal. Jadi aku tidak tahu sekarang benda itu dimana," jawab Theo masih sambil memejamkan mata dan berbicara dengan nada malas.

"Kau di begal?" Nada bicara Bellinda berubah menjadi cemas.

"Ya. Mobil, ponsel, dompet, semuanya mereka bawa. Masih bagus-"

Theo belum jadi melanjutkan kalimatnya saat tiba-tiba pintu kamar menjeblak terbuka dan Naya keluar dengan ekspresi wajah panik.

"Theo, aku kesiangan!"

Bellinda melongo di tempatnya melihat seorang gadis asing, yang mengenakan kaus milik Theo, keluar dari dalam kamar dengan penampilan yang bisa dibilang begitu berantakan.

Apa ini pacar baru Theo?

.

.

.

Terima kasih yang sudah mampir.

Dukung othor dengan like dan komen di bab ini

Terpopuler

Comments

Ney Maniez

Ney Maniez

😲🤔🤔

2022-06-02

0

WiLLiAndaru's Mom

WiLLiAndaru's Mom

🤣🤣🤣🤣

2021-02-22

0

nei

nei

wah kayaknya seru nich ceritanya

2021-02-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!