SATU TAHUN SEBELUMNYA...

Satu tahun sebelumnya,

Astaga! Astaga! Astaga!

Naya menarik rem tangan motornya sambil tak berhenti menggerutu dalam hati. Mata gadis itu membulat melihat tubuh kekar yang kini jatuh menelungkup di atas trotoar.

Apa Naya baru saja menabraknya?

Tapi orang itu memang menyeberang tiba-tiba tadi.

Tapi kalau Naya menabraknya, bukankah seharusnya motor Naya juga oleng dan terjatuh?

Sepertinya tadi motor Naya belum sempat menyenggol tubuh kekar itu.

Naya sudah kembali menaikkan standart motornya dan menghidupkan mesin motor matic-nya, saat tiba-tiba kepala orang itu berputar cepat dan netranya menatap tajam ke arah Naya.

Jantung Naya hampir saja jatuh ke perut melihat tatapan tajam itu. Orang itu bangun dengan cepat dan menghampiri Naya yang masih gemetar di atas motornya. Bahkan sekarang Naya mendadak lupa bagaimana caranya menghidupkan motor matic kesayangannya tersebut.

"Tolong aku!" Suara bass dari pria yang wajahnya tidak terlalu jelas itu menyusup ke dalam helm Naya.

"Woy! Dia disana!" Teriakan dari segerombolan orang di kejauhan membuat Naya semakin panik.

Ada apa ini?

Ada apa ini?

"Cepat! Pergi dari sini!" Pria itu secepat kilat sudah naik ke belakang jok motor Naya.

Naya hampir saja kehilangan keseimbangan kalau saja kaki pria itu tidak menahan motornya.

Naya terlalu gemetar hingga tangannya tak sanggup menyalakan mesin motor.

"Cepat!" Sergah pria itu saat segerombolan orang yang mengacungkan kayu sudah berlarian di belakang motor Naya.

Pria bertubuh kekar itu mengambil alih kendali motor Naya, menyalakan mesin dengan cepat dan segera menarik gas.

Motor melaju dengan stang yang dipegang penuh oleh pria itu dan Naya duduk di depan seperti anak kecil yang gemetar, ketakutan, dan ingin menangis sekarang.

****

Beberapa bulan setelah pernikahan Devan dan Bellinda.

"Kami minta maaf, Pak Owen. Kami sudah berupaya keras mencari Risha satu bulan terakhir. Tapi anak itu seperti hilang ditelan bumi."

Aaarggh!

Theo menggeram frustasi.

"Risha memang menolak perjodohan ini sejak awal kami menyampaikannya. Tapi kami sungguh tidak menduga, jika Risha akan nekat kabur dari rumah demi menghindari perjodohan ini."

Brengsek!

Theo meneguk sekali lagi minuman di gelasnya hingga tenggorokannya terasa terbakar. Papanya pasti akan marah besar jika tahu Theo pergi ke club malam dan meminum cairan terkutuk ini.

Tapi siapa peduli?

Theo sedang frustasi sekarang.

Gadis yang rencananya akan dijodohkan dengan Theo tiba-tiba kabur tak tahu rimbanya. Theo merasa kesal.

Kenapa gadis itu menolak Theo mentah-mentah?

Memangnya Theo kurang apa?

Theo pria yang tampan, mapan, dan pekerja keras.

Risha Sahanaya, itulah nama gadis yang rencananya akan dijodohkan dengan Theo.

Risha adalah teman masa kecil Theo. Sayangnya mereka harus berpisah saat Risha dan keluarganya harus pindah ke luar negeri.

Dan setahun terakhir, Risha dan keluarganya kembali ke negara ini. Yang lebih membahagiakan, ternyata diam-diam papa Owen dan orang tua Risha sudah bertemu dan merencanakan perjodohan Theo dan Risha.

Theo tentu saja sangat bahagia, saat sang papa menyampaikan berita tentang perjodohan tersebut, karena sudah sejak lama Theo memendam perasaan pada Risha. Namun sayangnya, di malam yang seharusnya menjadi ajang pertemuan Theo dan Risha setelah bertahun-tahun terpisah malah menjadi malam yang paling Theo benci.

Risha kabur dari rumah.

Risha menolak perjodohannya dengan Theo.

Ah sudahlah!

Theo benar-benar sedang kesal sekarang.

Theo kembali meneguk cairan laknat itu hanya demi membuat tenggorokannya merasa panas terbakar. Kali ini pria itu meneguknya hingga tandas tak tersisa.

Theo keluar dari club malam itu dengan langkah sedikit terhuyung. Meraba-raba sakunya dan mencari kunci mobil.

Ponselnya berbunyi, saat pria itu hendak memakai sabuk pengaman.

"Theo, kau dimana?" Suara Devan di seberang telepon terdengar khawatir.

"Aku akan pulang sebentar lagi, Dev! Kau bukan ibuku. Kenapa harus khawatir berlebihan seperti itu?" Sahut Theo masih dengan nada kesal.

"Bukan aku. Tapi paman Owen yang mengkhawatirkan keadaanmu."

"Iya, iya. Aku pulang sekarang. Dasar bawel!" Gerutu Theo seraya menutup panggilan dari Devan.

Theo melempar ponselnya begitu saja ke jok di samping kursi pengemudi. Pria itu segera melajukan mobilnya membelah jalanan kota yang cukup lengang.

Perjalanan pulang yang Theo kira akan lancar, ternyata harus terhenti tatkala segerombolan pemuda mengacungkan kayu dan senjata tajam lain untuk menghentikan mobil Theo.

Sial!

Pintu mobil digedor dengan kasar. Theo memilih untuk mengangkat kedua tangannya pertanda menyerah. Meskipun sebenarnya Theo punya sedikit ilmu beladiri, namun Theo sedang tidak mau mencari perkara.

Mereka lebih dari lima orang dan Theo hanya sendiri. Belum lagi Theo yang saat ini setengah mabuk, membuat Theo sadar diri kalau ia tak akan mampu melawan gerombolan begal ini. Theo tidak mau mati konyol di tangan begal-begal sialan ini.

"Kalian mau mobilku? Ambil saja!" Theo melemparkan kunci mobilnya pada kawanan begal.

"Dompet!" Kata salah satu begal sambil mengacungkan golok ke arah Theo.

Theo merogoh saku celananya untuk mengambil dompet. Disaat bersamaan, kakinya juga mengambil ancang-ancang untuk segera lari dari tempat ini.

Satu

Dua

Tiga!

Theo melempar dompetnya ke arah salah satu begal sebelum akhirnya dirinya lari membelah jalanan malam yang entah mengapa terasa lengang. Theo terus lari tanpa peduli arah yang dia tuju. Sesekali matanya menoleh ke belakang, memastikan kalau kawanan begal tadi tidak sedang mengejarnya sekarang.

Theo menyeberang jalan dengan cepat dan jatuh tertelungkup di atas trotoar karena keseimbangannya hilang tiba-tiba. Dan disaat bersamaan, sebuah motor matic mengerem dan berhenti mendadak hanya beberapa inchi dari tubuh Theo yang kini tersungkur di atas trotoar.

****

Theo duduk di trotoar jalan seraya menselonjorkan kakinya yang nyaris putus. Gadis yang tadi hampir menabraknya dan membantunya kabur dari kawanan begal, sedang berjongkok di bawah motor seraya menutup wajahnya. Sepertinya sedang menangis.

"Kau kenapa?" Tanya Theo tak mengerti.

Gadis itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya yang masih tertutup helm dan tak menjawab sepatah katapun. Theo hanya mengendikkan bahu.

"Dimana rumahmu?" Theo mengganti pertanyaannya.

Gadis itu masih membisu, namun tangannya bergerak cepat melepas tas selempangnya lalu memberikannya pada Theo.

"Aku hanya punya beberapa uang tunai dan ponsel murahan di dalam tas. Tapi tolong jangan ambil motorku," suara gadis itu terdengar memelas. Masih ada sisa-sisa isak tangis dari caranya berbicara.

"Kau pikir aku begal?" Sahut Theo merasa sebal.

Theo mengambil tas selempang yang tadi disodorkan gadis itu dan memakaikannya kembali ke tubuh gadis itu.

"Siapa namamu?" Bisik Theo seraya mendekatkan wajahnya pada gadis yang masih menunduk ketakutan tersebut.

"Na...Naya. Kau bau alkohol!" Suara Naya tercekat di tenggorokan.

"Ya, aku tadi sedikit mabuk, lalu aku di begal, dan sekarang aku jadi gembel yang tak punya kendaraan untuk pulang," cerita Theo menjelaskan kronologi kejadian yang menimpanya.

"Boleh aku pinjam motormu?" Tanya Theo to the point, menatap tajam ke arah Naya yang melihatnya dengan tatapan aneh.

"Dahimu berdarah," ucap Naya merasa ragu.

Theo segera meraba dahinya sendiri, mencari bagian yang terasa nyeri yang rupanya ada di dahi sebelah kanan. Pasti gara-gara Theo jatuh menabrak trotoar tadi.

"Hanya luka ringan," jawab Theo santai.

Pria itu sudah beranjak dan bangkit dari duduknya.

"Dimana rumahmu?" Tanya Theo yang kini sudah naik ke atas jok motor Naya.

"Kenapa bertanya rumahku? Bawa saja motorku! Aku akan pulang sendiri," ketus Naya sedikit mencebik.

"Kau akan pulang naik apa, Nona Naya?" Theo kembali mendekatkan wajahnya ke arah Naya.

"Aku bisa naik ojek, atau angkot," jawab Naya sedikit ragu. Matanya celingukan ke arah jalan yang lengang.

Mana ada ojek atau angkot jam segini?

Ini bahkan hampir tengah malam.

"Sudah hampir tengah malam," Theo mengetuk-ngetuk arloji di tangannya.

Naya masih mencebik.

"Naik!" Perintah Theo sedikit memaksa.

"Kau mau menculikku?" Tuduh Naya berprasangka.

"Kau anak konglomerat memangnya?" Kekeh Theo yang kembali turun dari motor.

"Naik saja! Apa susahnya?" Theo mengangkat tubuh Naya dan mendudukkan gadis itu ke jok belakang motor bak anak kecil.

Dan Theo segera naik kembali ke atas motor, men-starter-nya, lalu melaju menyusuri jalanan malam yang lengang.

Naya merasa asing dengan arah jalan yang dilalui oleh Theo. Pria ini mau membawa Naya kemana?

Motor terus melaju hingga akhirnya berbelok masuk ke sebuah basement gedung apartemen.

Sial!

Apa pria ini akan membawa Naya ke apartemennya?

.

.

.

Bingung nggak?

Hihihihi

Terima kasih yang sudah mampir.

Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.

Terpopuler

Comments

Retno Anggiri Milagros Excellent

Retno Anggiri Milagros Excellent

ya bingung dikit . nanti kalau baca terus kelihatannya akajnjadi paham 🤭😂😂😍

2023-12-03

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

SEJARAH THEO JUGA DIALAMI KEPONAKANNYA SI LIAM ANG, DN JUGA ANAKNYA SENDIRI SI BEN.. SIBRONDONG SUAMI ZHIA ANAK KENZO..

2023-05-10

0

susi 2020

susi 2020

😘😘😘🙄

2023-02-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!