Kepulan asap putih tebal itu berasal dari dalam pedang, dan kini sudah membetuk bayangan seperti manusia.
Dalam bayangan itu nampak seperti bayangan seorang pria tua. Dengan rambut berwarna putih keperakan bahkan alis dan jengotnya yang panjang pun ikut berwarna putih.
Changyi Yuwen yang melihat pemandangan itu langsung mundur beberapa langkah ke belakang. Sambil bertanya pada pria tua tersebut.
"Siapa kamu?" Tanya Changyi Yuwen dengan tubuh sedikit gemetar.
"Tenanglah anak muda. Aku tidak akan mencelakaimu. Sudah sangat lama aku menantikan hari ini tiba." Jawab kakek tua itu dengan senyuman lembut yang menghiasi wajah keriputnya.
"Kenapa kamu bisa berada di sini? Apakah kamu mengenalku atau kamu mengenal orang tuaku?" Dengan penasaran Changyi Yuwen bertanya kepada kakek tua itu.
"Jangan kamu panggilan aku dengan 'kamu'. Panggil saja aku dengan sebutan kakek Feng Ying. Aku mengenal keduanya orang tuamu ketika kamu masih dalam kandungan. Aku pun juga sangat mengenalmu karena kamulah orang yang aku nanti hampir ribuan tahun lamanya." Jawab kakek Feng Ying dengan santainya.
"Kalau Kakek mengenal mereka. Lalu kenapa kakek tidak menolong kedua orang tuaku tadi?" Tanya Changyi Yuwen dengan sedih.
"Karena aku tidak pernah bisa keluar dari dalam pedang ini. Jika bukan kamu yang memanggilku."
"Sebenarnya kakek Feng Ying ini siapa?" Tanya Changyi Yuwen kepada kakek Feng Ying.
Dia merasa sangat penasaran dengan identitas kakek Feng Ying yang bisa muncul tiba-tiba dari dalam pedang.
"Sekarang bukan waktu yang tepat untuk menjawab pertanyaan mu. Yang terpenting sekarang mari kita makamkan jenasah ayah dan ibumu."
Ucapan kakek Feng Ying mengingatkan Changyi Yuwen pada mayat kedua orang tuanya yang sudah meninggal dan harus segera dimakamkan.
"Kakek Bagaimana caranya menarik pedang ini dari sarungnya? "
"Gampang! Tariklah napas dalam-dalam lalu hembuskan. Tenangkan hatimu, lalu bayangkan kamu sedang membutuhkan pedang itu untuk membuka segel selubung transparan ini. "
Kakek Feng Ying menjelaskan cara membuka pedang itu dari sarungnya. Setelah mendapatkan penjelasan cara membuka pedang itu. Changyi Yuwen pun lalu mempraktekkannya.
Dan ternyata benar apa yang dikatakan oleh kakek Feng Ying. Pedang itu benar benar bisa terlepas dari sarungnya.
Setelah mendapati pedang itu sudah lepas tanpa sarungnya lagi Changyi Yuwen puy berkata pada pedang itu, " Ku perintahkan padamu, buka lah segel selubung transparan ini. Sekarang!"
Changyi Yuwen berkata demikian sambil mengayunkan pedang yang ada di tangannya kearah selubung transparan yang ada di depannya.
Pada saat pedang naga putih yang ada di dalam genggaman tangan Changyi Yuwen mengenai selubung transparan. Sungguh luar biasa dalam sekejap mata selubung transparan itu langsung musnah tanpa ada jejak sama sekali.
Kini Changyi Yuwen sudah terbebas dari segel selubung transparan yang dibuat oleh ayahnya. Dengan masih menggenggam pedang naga putih Changyi Yuwen langsung berlari menuju mayat kedua orang tuanya berada.
Ketika dia sudah mendapati mayat kedua orang tuanya yang sudah tidak utuh lagi hatinya benar-benar hancur berkeping keping.
Saat itu dia tidak bisa berpikir lagi. Dia bingung harus berbuat apa dengan mayat kedua orang tuanya. Dia hanya bisa menangis memeluk tubuh ibunya yang bersimbah darah dan sudah tidak ada kepalanya.
Ketika Changyi Yuwen masih menangis meratapi kematian kedua orang tuanya. Bayangan tubuh kakek Feng Ying muncul dan berkata.
"Meskipun kamu menangis sampai keluar air mata darah. Kedua orang tuamu tidak akan bisa hidup kembali. Jadi lebih baik sekarang kamu makamkan mereka. Agar mereka bisa tenang di alamnya sana."
Ketika mendengar perkataan kakek Feng Ying tangisan Changyi Yuwen langsung berhenti. Memang benar apa yang dikatakan oleh kakek Feng Ying.
Maka dia dengan cepat masuk kedalam rumahnya yang sudah hampir roboh karena ulah orang orang yang telah membunuh kedua orang tuanya.
Setelah mendapatkan benda yang dicarinya dia langsung keluar. Dia menuju halaman rumah yang masih sangat lapang itu.
Di sana dia mulai menggali lubang untuk memakamkan kedua orang tuanya. Dengan menggunakan cangkul dia menggali cukup dalam kira kira muat untuk memakamkan jenazah kedua orang tuanya.
Akhirnya pemakaman kedua orang tuanya sudah selesai dilakukannya. Kini dia hanya bisa memandangi gundukan tanah yang ada di depannya.
Hidupnya kini sudah sebatang kara. Tidak ada lagi ibu tempat dia bermanja manja seperti dulu lagi. Ayah yang biasanya mengajaknya berburu di dalam hutan pun juga sudah tiada.
Sekarang semuanya sudah hilang dalam waktu sekejap, semuanya seperti mimpi saja.
"Ayah, ibu maafkan aku. Kalau saja kalian tidak melindungi ku. Tentunya kalian masih bisa selamat."
"Ayah aku akan melaksanakan apa yang ayah perintahkan. Aku akan segera pergi ke dalam hutan terlarang dan tinggal di sana."
"Akan aku pelajari semua kitab yang ayah berikan padaku. Sesuai dengan pesan ayah, aku tidak akan meninggalkan hutan terlarang sebelum aku menjadi kuat."
"Sekarang aku baru tahu kenapa kita selalu berpindah pindah tempat tinggal. Itu semua kalian lakukan demi menjaga keselamatan ku."
"Ayah, ibu sekali lagi maafkan aku yang membuat kalian harus mengalami nasib seperti ini."
"Tenang lah! Aku akan hidup dengan baik meskipun kalian sudah tidak ada di sampingku. Karena kalian selalu ada di dalam hatiku ini."
"Ayah, ibu sekarang ini aku mohon ijin kepada kalian untuk meninggalkan tempat ini. Aku akan pergi ke hutan terlarang sekarang ini juga."
"Ayah, ibu beristirahat lah dengan tenang di sini. Nanti jika aku sudah keluar dari dalam hutan terlarang. Tempat yang pertama kali aku kunjungi adalah kalian dan tempat ini."
Begitulah kata kata yang diucapkan oleh Changyi Yuwen sebelum meninggalkan tempat tinggalnya ketika masih bersama dengan kedua orang tuanya.
Kini Changyi Yuwen sudah memantapkan hatinya. Dia harus bisa melawan kepedihan hatinya meninggalkan tempat yang penuh dengan kenangan bersama keluarganya.
Dengan langkah gontai dia mulai meninggalkan tempat itu. Kini Changyi Yuwen harus bisa hidup sendiri tanpa bantuan siapapun.
Dalam hatinya mengutuk kebiadaban sekte kalajengking hitam yang dengan kejam membunuh kedua orang tuanya.
"Tunggu lah saatnya. Aku pasti akan menuntut balas pada kalian semua." Gumam lirih Changyi Yuwen.
Changyi Yuwen terus berjalan. Dia menyusuri jalan setapak menuju arah matahari terbit. Begitu lah dulu ayah mengatakan padaku letak hutan terlarang.
Dinamakan sebagai hutan terlarang karena tidak ada orang yang mau masuk apa lagi tinggal di dalamnya. Karena hutan itu penuh dengan mitos dan misteri.
Changyi Yuwen tidak perduli dengan mitos atau pun misteri hutan terlarang. Saat ini yang ada dalam pikirannya hanya ingin tinggal di sana sesuai dengan amanat ayahnya.
Karena menurut pikirannya hanya tempat itu lah yang paling aman untuknya saat ini. Karena dia yakin orang orang yang memburu tidak akan berhenti mencarinya.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Harman LokeST
seeeeeeeeeeeeeeemmmaaaaaaaaaannngggaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaTtttttttttttttttttt teeeeeeeeerrrrrrrrrrruuuuuuuusssssssss Changyi Yuwen untuk meningkatkan kultivasimu yaaaaaaaaAaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnggg lebbbiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiihh tinnnngggggggggggggggggggiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
2023-10-19
0
Musa Fikin
yg membunuh orang tuanya itu orang tua itu si fengyin
2023-05-29
0
Dzikir Ari
kalau selongsong itu tempat peluru Tor...🙏🙏
2023-04-29
0