Setelah selesai mencuci wajah dan menenangkan debaran di jantungnya, Kana pun keluar dari toilet, namun tiba-tiba ada sebuah tangan besar nan kekar menariknya hingga tersandar ke tembok samping pintu toilet wanita, dan mengukung Kana dengan kedua tangannya yang terletak di tembok samping kepala Kana.
Kana terkejut setelah melihat siapa yang menariknya tadi, yang ternyata adalah Addan.
"Aaaddannnn....ngapain kamu? lepasin aku!" Ucap Kana sambil berusaha memberotak agar Addan menghindar dan melepaskannya.
Namun Addan malah mendekapnya, jarak mereka hanya beberapa centi saja. Kana cemas dan gelisah, ia takut apa yang akan Addan lakukan padanya.
"Kamu lagi ngomongin aku dibelakang Kana? Aku mendengar semuanya. Berani kamu ya Sayang...." Ucap Addan dengan sorot mata tajam yang bikin Kana ciut dan takut.
"Addan. lepasin aku, dasar ngak sopan." Teriak Kana menutupi rasa gugup dan takutnya.
Addan menyeringai dan menindih Kana ke dinding dengan tubuhnya, sehingga tubuh mereka menempel satu sama lain, ngak ada jarak. Kana makin kalut dan jantungnya semakin berdetak kencang.
"Addan. Lepasin aku, mau kamu apasih?" teriak Kana yang emosi disertai takut.
"Kamu tanya, apa mau ku?" Tanya Addan sambil memandang mata indah milik Kana, dan diangguki oleh Kana.
"Kamu!” Saut Addan lalu tanpa aba-aba ia langsung memegang kedua tangan Kana dengan satu tangan dan mengangkatnya keatas , sehingga dada Kana dan dada Addan bersentuhan.
Dengan secepat kilat Addan pun langsung menyambar bibir ranum Kana dengan lembut dan lama kelamaan menjadi *******. Addan mengecap dan menghisap bibir Kana dengan rakusnya.
”Mmmmm” Gumam ana sambil meronta ronta agar Addan berhenti menciumnya.
Addan yang merasa Kana sesak, akibat ciuman panas mereka, ia pun segera menghentikan ciumannya, dan addan pun menyatukan keningnya dengan kening Kana. Napas mereka tersenggal senggal, deru napas mereka bersautan.
Kana pun tersadar langsung mendorong Addan dan lalu menampar Addan yang sudah berani merebut ciuman pertamanya.
”Dasar gila, Apa yang kamu lakukan Addan? Beraninya kamu menciumku.” Teriak Kana marah.
"Ciuman pertama Ku..." gumamnya pelan sambil meraba bibirnya, Namun gumaman tersebut masih didengar oleh Addan.
Kana merasa malu dilihat oleh seorang wanita yang hendak masuk toilet. Kana pun melenggang pergi sambil berlari meninggalkan Addan yang mematung dan terdiam.
Beberapa saat kemudian Addan tersenyum, ternyata ia ciuman pertama Kana begitupun sebaliknya.
”Kana kamu harus menjadi milikku apapun akan aku lakukan agar kamu jadi milikku. Asal kamu tahu Kana sudah 9 tahun aku memendam rasa cintaku kepadamu Kana. AKU SANGAT MENCINTAI KAMU KANA?” ucap Addan dan kemudian menekankan sebuah kata terakhir dengan teriak, biarlah ia disangka gila karena teriak-teriak yang penting, hatinya lepas akan ucapannya meski, tak ia ucapkan secara lansung dihadapan Kana yang kini telah pergi menjauh dari hadapannya.
Addan pun kembali berkumpul ke tempat pelaminan kakak dan kakak iparnya. Disana ia melihat Kana yang sedang tertunduk ketika Addan datang, Addan pun berhenti menatap Kana, agar Kana tidak terlalu risih atas kehadirannya.
Di tengah tengah pembicaraan mereka, Addan teringat akan niatnya.
”Baiklah, dengarkan aku, Kak Lani dan Abang. Aku harap kalian mau menerima keputusanku ini." Ucap pada kedua kakaknya.
”Perkenalkan. Ghani, dia dulu bawahanku saat menjadi mariner ,dan sekarang dia akan menjadi keluarga kita." Ucap Addan memperkenalkan Ghani dan menatap Lano dan Lani.
”Oh ya? Aku punya adik laki-laki dong “Ucap Lani senang dan langsung nyosor memeluk Ghani.
"Bukannya kamu yang kerumah kemaren, mengikuti Addan dan Soka?" Tanya Lano sambil menatap wajah keluarga baru nya itu, dan yang pasti sepertinya Lano terlihat menerima kehadiran Ghani sebagai saudaranya.
"Hmmm Iya bang." balas Ghani ramah dan tersenyum.
"Oalahh...Aku pikir kamu datang kerumah mau PDKT sama aku heheheh....,tapi tak apalah jadi adik doang, lumayan cuci mata dirumah kalau lagi stress."Canda Lani sambil merangkum bahu Ghani.
Mereka yang hadir disana geleng-geleng kepala atas sikap Lani yang agak centil.
Beberapa jam kemudian, semua tamu undangan pernikahan pulang termasuk Risa dan Papa serta mama tiri Addan juga pergi. Mereka menginap dihotel, mengingat ketiga anaknya yang kurang dan tidak suka akan kehadirannya dan istri mudanya.
Sekarang yang tersisa Lani, Lano, Nena, Ghani, Addan, dan Kana.
”Kak Lano, Lani, Nena aku pulang dulu ya. Udah larut” ucap Kana tanpa menegur Addan yang juga ada disana.
”Eh! ngak boleh, kan kamu janji akan nginap disini setelah Lano dan Nena menikah. Kok malah pulang sih?” Ucap Lani melarang Kana pulang.
”Tapi… Lani bukannya besok mulainya ya?” ucap Kana dengan nada membujuk.
”Aku bilang ngak boleh, ya ngak boleh. Titik” ucap Lani yang ucapannya yang ngak mau dibantah.
Kana pun yang mendengar ucapan Lani yang tak mau dibantah terpaksa mengangguk , sebenarnya tanpa dipaksa pun Kana mau- mau saja diajak tinggal, namun karena kejadian Addan mencium Kana dengan paksa ia menjadi cemas dan takut. Ditambah ia akan tinggl seatap dengan Addan, ia merasa was-was. Takut Addan berbuat lebih kepadanya.
Lano dan Nena pergi dari kediaman Nicolas menuju Apartemn mewah milik Lano. Dan sekarang yang tinggal hanya Lani, Kana, Addan dan Ghani.
Addan menatap Kana sejenak yang sedang meremas bajunya sendiri. Ia tau Kana pasti takut dan cemas, jadi Addan merasa lebih baik ia membiarkan Kana tenang sejenak.
Kalau ia terburu-buru melakukan pendekatan dengan Kana, yang ada Kana malah semakin takut dan membencinya, Lalu pergi meninggalkan kediaman Nicolas. Maka Addan merasa ia harus bersabar untuk sementara.
Ghani dan Addan pun masuk kamarnya masing- masing, sekarang tinggallah Lani dan Kana. Jumlah kamar di rumah Nicolas berjumlah 16 jadi masing masing mereka menempati satu kamar.
“Lani, aku tidur sama kamu ya?” ucap Kana memohon
“Lahh... kok tidur sama aku, kan banyak kamar dirumah ini.” ucap Lani bingung dengan sikap Kana.
”Aku takut Lani…”Ucap Kana yang sebenarnya bukan takut karena ada hantu, tapi takut akan suatu hal lainnya.
“Takut? Bukannya kamu biasa tinggal di toko kue kamu sendirian, meskipun kadang kadang… aku ngak percaya kamu ngak takut, pasti ada alasan lain kan?” ucap Lana
”Aku mohon Lann…..”
"Tenang! Rumah aku ini, listriknya tidak akan pernah padam. Karena listriknya udah dibayar. Hehehehe." Canda Lani lalu terkekeh.
Kana sebenarnya takut dengan gelap, tapi bukan itu saja yang ia takutkan. Ia Takut Addan akan melakukan sesuatu kepadanya. Entah kenapa pikiran buruk itu muncul dibenaknya, dia pun tak tau.
"Iya Aku takut gelap. Temani aku ya? Gimana kalau tiba-tiba kabel listrik putus, Kan gelap jadinya." Ucap Kana mencari alasan.
“Itu alasan kamu saja, hebat benar prediksimu. Sejak kapan kamu jadi peramal Na." Ucap Lani yang mulai malas meladeni Kana, dan sambil menguap menahan kantuk.
"Ni..." ucap Kana lagi dan segera dipotong Lani.
"Ngak bisa! kamu kan tau aku ngak mau berbagi ranjang sama siapapun kecuali suamiku nanti. Kamu ngerti? Nah sekarang masuk kekamar Yang ada di sebelah kamar aku ini” Ucap Lani sambil mendorong Kana masuk kamar. Sebenarnya bukannya dia tak mau tidur bareng Kana, cuman sayang aja sama kamar yang sudah susah payah ia siapkan buat Kana.Ia juga memberi kejutan untuk sahabatnya itu.
”LANI!!!”Kana merengek namun tak di gubris Lani, Lani segera masuk kemarnya dan menguncinya dari dalam.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Ani Pendang
hai
2021-08-06
1