"Arg....!" teriaknya sambil menahan sakit. Ia menangis menahan perih.
Aksa terperanjat kaget saat istrinya seperti sedang menahan sesuatu. Namun, ekspresinya berganti datar. Ia pikir tamparan begitu bukan apa-apa dan mengira Saira terlalu mengada-ngada.
"Aku menampar pipi, bukan menendang kakimu jadi tidak usah drama!"
"Kak, kakiku sakit." lirih Saira lemah. Seluruh tubuhnya terasa dihimpit ribuan batu dan otaknya seperti mau pecah.
Aksa tidak menghiraukan, memilih segera pergi dari sana. Namun, langkahnya terhenti saat tubuh Saira tergeletak tak berdaya di lantai.
Aksa kembali berjalan menghampiri tubuh Saira.
"Saira, kau jangan main-main."
Ia menguncang tubuh Saira yang wajahnya terlihat pucat. Ia mengangkat tubuh Saira dan membawanya ke ranjang. Ia membaringkan dengan pelan tubuh itu. Saat akan menutup dengan selimut, ia melihat kaki Saira tampak memar dan itu terlihat sangat parah. Ia memeriksa kaki Saira.
"Sepertinya dia terkilir! Memangnya kamu habis ngapain sih?" tanya Aksa lebih pada diri sendiri.
Aksa segera berjalan ke dapur untuk mengambil air beserta handuk. Dan segera mengompres memar tersebut dengan air hangat. Meski tidak bisa mengobati kakinya. Namun, setidaknya akan lebih mendingan. Bunyi ponsel Saira mengalihkan atensi Aksa. Ia penasaran dengan isi ponselnya dan segera mengecek. Mana tahu Saira bermain dengan pria lain.
"Mbak, motornya sudah saya ambil dari tempat Mbak kecelakaan tadi. Besok sudah bisa Mbak ambil kembali karena kondisinya tidak parah. Hanya bagian remnya saja yang bermasalah."
Jantung Aksa berdetak kencang membaca pesan tersebut. Ia kembali melihat kaki memar Saira.
"Jadi kau habis kecelakaan? Memar ini juga karena kecelakaan. Tapi kenapa nggak bilang." desah Aksa. "Jadi ini alasanmu merasa sangat lelah. Maaf karena tidak mengerti."
Aksa menatap lembut wajah pucat Saira. Seorang wanita yang kini menyandang status sebagai istrinya. Jarang ia perhatikan dan hanya makian dan kata kasar yang ia ucapkan. Tapi wanita ini masih bertahan dengannya.
"Apa, kau memang wanita yang sangat bodoh! Jelas-jelas aku membencimu tapi kenapa masih bertahan."
Ia sejenak nostalgia saat keduanya begitu lepas berinteraksi. "Andai kau tidak melakukan kesalahan itu, aku pasti tidak akan membencimu Saira."
Aksa menggelengkan kepalanya. "Nggak, aku nggak boleh merasa kasihan sama dia. Dia ini wanita yang picik. Rela melakukan apa pun demi ambisinya."
kemarahan lagi-lagi memeluknya dan enggan menghiraukan Saira. Luka di hatinya lebih besar dari rasa kasihannya.
---
Keesokan harinya, Saira bangun dengan rasa kaki yang sedikit mendingan. Ia melihat bekas kompres masih ada di sana. Ia juga melihat baskom sedang berada di atas meja dekat nakasnya.
"Siapa yang mengompres memarnya? Apa Kak Aksa? Tapi mana mungkin dia mau repot-repot melakukannya."
Aksa datang sambil membawa handuk kecil, "aku yang melakukannya."
"Terima kasih," ucap Saira sedikit gugup.
"Nggak usah lebai, aku cuma nggak mau kau merepotkanku. Sebagai tamu di rumah ini, kau harus sehat supaya bisa mengerjakan pekerjaan rumah."
Selesai mengatakan kalimatnya, Aksa berlalu dari sana. Perasaan senang yang tadi mulai mendominasi kini berganti dengan rasa sedih dan kecewa. Saira sangat berharap Aksa bisa membalas cintanya meskipun ia harus berkorban banyak.
"Kapan sih, Kak. Kamu bisa ngeliat aku di sini. Kenapa kamu amsih mengharapkan kak Izora, jelas-jelas di sini aku istrimu."
Saira hendak ke kamar mandinya untuk membuang air kecil. Namun, ia bingung caranya menuju kamar mandi. Haruskah ia ngesot, pikirnya. Ia perlahan turun dan mencoba meletakkan kakinya di lantai. Namun, baru saja menyentuh lantai rasa sakit kembali mendominasinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
kutu kupret🐭🖤🐭
tidak perlu berbuat baik brengseeekk 🖕🖕🖕
2023-02-13
0
Grysella Ciombing
thor aku nangis mulu😭😭😭😭😭😭😭😭
2021-07-01
1
Ratih
aduuuuhhh ini mata😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2021-06-28
0