Malamnya ia kembali begadang untuk menyiapkan tugas yang diberikan Raka padanya. Jam sudah menunjukkan pukul 02:23 WIB. Ia masih berkutat dengan kertas dan laptopnya. Untuk dua hari belakangan ini ia tidak ada tidur sama sekali hingga rasa pusing di kepalanya amat menyakitkan. Ia memegang kepalanya yang sakit luar biasa dan berusaha untuk tetap tersadar. Namun, apa daya ketika kegelapan mengambil alih semuanya.
"Ah kepalaku sakit sekali." ringis Saira sambil memegang kepalanya. Ia terbangun dari pingsan dan yah! Masih di tempat terakhir kali ia pingsan. Miris memang.
Ia lalu melihat jam dinding, gadis itu memelototkan matanya karena jam sudah menunjukkan pukul 07.00 WIB. "Ya Allah tamatlah aku."
Kakinya berlari pelan menuju kamar mandi dan segera bersiap karena ia masuk pukul 08.00 WIB.
"Ya Allah lindungilah hamba dari amukan dan murkanya." Doanya dalam hati sambil berjalan menuju kelasnya.
Brak
Wajahnya mendadak pucat karena Aksa sudah berada di kelas dan menatapnya dengan aura mematikan.
"Maaf, Pak. Saya terlambat lima menit. Apa saya boleh masuk kelas Anda? Tanya Saira takut-takut.
"Atas alasan apa saya harus memberikan konpensasi pada Anda?” tanyanya dengan tajam.
Saira diam tidak menjawab karena saat ini otaknya sedang buntu ditambah kepalanya yang masih berdenyut pusing.
"Silahkan Anda keluar dari kelas saya!" Usir Aksa lantang.
Saira menghela napas dengan lesu. Ia tak ingin membantah karena sekuat apa pun ia bertahan, tetap akan kalah. Saira keluar dengan perasaan sedih dan hampa.
"Ya Allah kapan ini semua akan berakhir. Rasanya hati ini tak lagi mampu menahannya."
Dari jauh Zain melihat wanita yang tempo hari sedang mengusap air matanya. "Dia menangis," batinnya.
Kaki jenjangnya melangkah mendekati gadis itu.
"Kenapa menangis hm?" Tanya sebuah suara dengan lembut dan duduk di kursi yang ia duduki.
"Tidak ada, hanya sedang mengingat kisah sedih saja," ucap Saira dengan suara serak dan berusaha tersenyum.
"Gadis seistimewa lo nggak boleh lagi menangis mengerti," ujar Zain pelan sambil menatap lembut mata Saira yang mampu menenggelamkan dirinya akan pesona seorang Saira.
Saira tersenyum dan kembali tertawa. bersama Zain ia merasa nyaman. Ia seperti memiliki sosok kakak yang selama ini ia rindukan kehadirannya.
"Terima kasih," ucap Saira dengan tulus.
Zain tersenyum bahagia saat melihat orang yang ia sayangi kembali tersenyum dan tertawa. Entahlah ia sendiri bingung mengatakannya tapi ia sudah menyukai Saira pada pandangan pertama.
Interaksi keduanya terlihat oleh Aksa—pria itu tampak marah. Terlihat dari kepalan tangannya dan memukul stir mobil. Awalnya ia berniat menjemput Izora. Namun, mengurungkan niat saat melihat pemandangan yang tidak mengenakkan antara Saira dan lelaki yang tidak ia kenali, yang pasti pria itu adalah mahasiswanya.
"Apa sekarang hobinya menggoda pria lain? Dasar wanita murahan!" makinya dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Saira melihat jam tangannya. Ia sedikit terperanjat saat melihat angka yang tertera di sana. Ia segera pamit.
"Zain, aku pulang dulu."
Wanita itu segera beranjak dari taman kampus. Sedangkan Zain menatap punggung yang terlihat rapuh itu berjalan menjauh dari pandangannya.
"Kamu tampak rapuh," ucap Zain dengan sendu. Lalu beranjak pergi dari sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
💕Damian&Ainsley 💕
yah,kl gtu apa bedanya dink izora dan saira.sma2 jdi perebut hadeeew
2021-12-18
0
septhia ahmad
di sini koq seolah2 Saira yang jadi korban ya, padahal Saira jahat.
2021-10-13
0
Galuh Ajeng Candra Kirana
biarkan sairan mencari jalan hidupnya sendiri ka.kmu jgn marah jika melihat saira dgn laki " .skrg terapkanlah dihatimu pilih saira apa izora .kmu jgn terpancing emosi.
2021-08-20
0