Saira sedang menyiapkan tugas yang diberikan oleh Aksa. Minggu lalu ia sampai lupa makan. Gadis itu sangat serius karena tidak mau mempermalukan suami yang bahkan tidak mengakui ia sebagai istri. Jam menunjukkan pukul 03:00 WIB. Ia masih setia berkutat dengan kertasnya, sampai mimisan karena kurang istirahat.
"Ah sepertinya harus kusudahi," ucapnya pada diri sendiri. Saira berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan mimisan yang tak kunjung berhenti. Ia mengambil beberapa lembar tisu dan menyumpal ke hidung.
Ketika darahnya sudah tidak mengucur lagi ia segera mengambil wudhu dan mengadu pada sang khalik. Hanya Allah yang ia miliki di dunia ini. Ia membentangkan sajadah panjang dan mulai melaksanakan salat tahajud.
"Ya Allah kuatkanlah hati yang rapuh ini, lembutkanlah hati Aksa untukku. Namun, bila memang dia bukan jodohku, ridhoilah setiap langkahku ya Rabb. Ampunilah hamba yang sudah mengingkari takdirmu hanya untuk menuruti keegoisanku." Itulah yang selalu ia doakan dalam sujud malamnya.
Selesai melaksanakan salat, ia segera melanjutkan tugasnya yang sempat terhenti beberapa puluh menit yang lalu. Hingga pagi menjelang, Saira tidak tidur sama sekali. Entahlah seolah semua rasa dalam hatinya kian mati, dia jarang merasakan lapar, dia juga jarang merasakan kantuk.
Saira segera bersiap menuju kampusnya, hari ini gadis itu akan pergi cepat, jujur ia tidak berani menunjukkan wajah di depan keluarganya terlebih orang tua yang sangat kecewa pada Saira. Ia segera melaju ke kampus tanpa menunggu orang-orang rumah terbangun. Ya dia berangkat pukul setengah enam pagi. Dadanya sangat sesak mengingat semua yang terjadi. Saira sangat merindukan ibunya, ia ingin berbagi kisah peritnya. Namun, ia sangat kesulitan menjangkau ibunya.
"Ya Allah ampunilah hamba bila menghindari ibu dan ayahku termasuk sebuah dosa." doanya dalam hati.
Ia sampai di kampus dan duduk termenung di taman. Apa yang harus ia lakukan agar semua kebahagiaan kembali pada tempatnya. Ia melihat bagaimana bahagianya Aksa saat berbicara pada Izora dan keluarganya yang lain. Namun, berbeda jika dengannya. Ia ingin menangis tapi air mata seolah telah habis terkikis perih. Tatapan mata yang kosong mengisyaratkan miliaran luka yang tak kasat mata.
"Hai boleh aku duduk?" Tanya sebuah suara yang membuyarkan lamunannya.
"Boleh, silahkan," jawab Saira datar.
"Perkenalkan nama saya, Zain Mikael Russel , panggil saja Zain," ucapnya sambil mengulurkan tangan.
Saira tersenyum sedikit, kemudian berlalu dari sana tanpa menyambut ulur tangan Zain.
"Hm, gadis menarik. Aku jarang diabaikan."
”Kumpulkan tugas kalian minggu lalu, siapa yang tidak mengerjakannya risiko ditanggung sendiri!" seru Aksa dengan datar.
Mereka segera mengumpulkan tugas termasuk Saira dan teman-temannya. Hingga di depan pun pria itu enggan menatap istrinya. Gadis itu kembali duduk di kursinya. Darah segar kembali mengucur. Ia kembali mimisan, tanpa permisi ia segera keluar dari ruangan kelas menuju toilet. Ia segera membersihkan hidung. Setelah selesai ia kembali ke kelasnya dengan wajah pucat.
"Apa boleh Anda keluar sesuka hati dari kelas saya!" tanya Aksa dengan nada marah.
"Maaf, Pak. Saya hanya keluar sebentar karena...," Saira tidak melanjutkan ucapannya karena mendapat tatapan mematikan dari Aksa.
"Ia kembali duduk dan Aksa memberi tugas tambahan yang terbilang cukup berat baginya dan harus dikumpulkan besok."
Ia hanya bisa menghela napas lelah. Apa yang bisa ia lakukan selain menuruti perintahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
YuWie
makanya saira klo bertindak itu dipikirkan...krn egomu,kau hancurkan hubungan keluargamu sendiri. klo menyesal harusnya tinggalkan aksa. Ini mah spt playing victim, keluarga dan suami yg kelihatan jahat..padahal akarnya Saira sendiri.
2024-02-07
0
Lheea Amelia
kasian bngeeet ya saira. haduhhhhhhhh
2021-08-25
0
Nur Chasanah
salah sendiri sihhh,kenapa waktu buat dosa gak ingat tuhan
2021-08-24
0