Wanita itu berjalan pelan menuju kamarnya. Rasa sakit di di bagian pinggangnya belum ada apa-apanya dibanding sakit di hatinya. Ia tidak menyangka bahwa memiliki Aksa akan semenyakitkan ini. Rasa sesal kerap menghampirinya. Kesombongan yang dulu ia agungkan, nyatanya tidak pernah berarti apa-apa. Jangankan mencintai dirinya, menatap saja sudah membuat Aksa muak. Jika sebuah benda berada di tangan Aksa, mungkin benda itu akan melayang ke wajahnya.
Ia menatap buku diary-nya dengan sendu. Setidaknya ada satu teman yang siap menampung semua keluh kesahnya. Yaitu buku dengan warna biru dipadukan warna emas. Perpaduan yang sangat elegan. Ia membuka pelan sembari mengambil sebuah pena. Dengan lancar ia menulis semua yang ia alami pada hari ini. Tak terasa air matanya mengalir membasahi beberapa helai kertas.
"Seluruh deru napasku, hanya kebahagiaan yang ingin kugapai bersama Aksa. Tapi rasanya mustahil terjadi, mengingat kesalahanku di masa lalu sangat kelabu untuk bisa bahagia."
Ia terus menggores penanya ditemani air mata.
"Kebahagiaan suamiku adalah segalanya. Jika aku mencintainya, aku harus bisa membuatnya bahagia. Ada atau tidaknya aku, baginya yang paling berharga adalah Kak Izora."
Ia menutup bukunya setelah selesai menuangkan seluruh isi hatinya hari ini. Ia menatap mata yang menatap dingin ke arah kamera. Poto itu akan selalu menjadi saksi, betapa tidak bahagianya pernikahan yang ia jalani bersama pria yang ia cintai dengan separuh hidupnya.
Di ruangan lain, Aksa sedang menatap poto pertunangannya dengan Izora. Meski awalnya sempat galau, kini mereka sudah kembali menjalin hubungan di belakang Saira. Yang paling ia syukuri adalah baik ibu dan ibu mertuanya mengetahui hubungan mereka. Seolah mendapat lampu hijau dari keduanya.
"Sayang, akan kupastikan wanita itu akan membayar semua yang sudah dia perbuat sama kita. Kamu dan aku harus terpisah karena keegoisannya."
ia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Halo, kesayangan! Lagi di mana dan ngapain?"
"Ya udah, aku kesana sekarang ya," ucap Aksa dengan senyum.
Saira yang hendak menuju ruang tamu dan melewati kamar Aksa pun mendengar semuanya. Lagi-lagi hatinya menjerit. Ribuan mata pisau sedang berlomba mengoyak jantungnya. Ia menghapus air mata dan menghampiri Aksa.
"Kak, makan malam udah siap," ucpnya mencoba menguatkan suaranya agar tidak goyah.
Aksa menatap malas, "Aku ada janji dengan kekasihku! Kau makan saja sendiri!"
"Tapi, Kak. Aku sudah menyiapkan semuanya!"
Aksa menatap tajam manik yang kini terlihat tertunduk takut. "Jangan mengurusiku wanita sialan! Kau urusi saja hidupmu yang menjijikkan ini, dasar wanita murahan."
Aksa segera membanting pintu tepat di depan wajah Saira. Gadis itu memegang dadanya yang bergelora nyeri. Ia akan mengikuti Aksa dan bertemu dengan kekasih dari pria itu. Ia tidak akan tinggal diam. Segera ia bergegas ke kamarnya dan bersiap-siap.
Beberap puluh menit kemudian...
Aksa sudah sampai di sebuah restoran mewah. Saira juga sudah sampai, ia memakai hoddie untuk menutupi kepalanya beserta sebuah masker. Ia duduk di meja paling pojok tepatnya menghadap pada Aksa yang sedang menunggu seseorang. Jantungnya sudah bergelora akan menjambak siapa pun wanita itu.
"Hai, sayang." sapa sebuah suara.
Saira yang sedang memilih menu, dikagetkan oleh suara yang sangat ia kenal. Ia mendongak dan jantungnya seolah hendak berhenti berdetak. Wanita itu—selingkuhan suaminya adalah Izora. Ia sudah hendak menangis. Namun, ada kejutan lain yang membutnya tak mampu berkutik. Di sana ia melihat kedatangan ibu dan mertuanya menghampiri dua sejoli yang sedang dimabuk asmara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
YuWie
lo aku masih menyalahkan saira mau sebagaimanapun menderintanya dia saat ini karena ulahnya juga
2024-02-07
0
💕Damian&Ainsley 💕
hadeeww..ini mah ga patut dicontoh keluarga sperti ini.podo salae kabehh hadeewww...
2021-12-18
0
Ema apriana
seneb euy saira....
2021-09-02
0