Widya mendekati Natalia yang asyik menulis. Seperti biasanya, puisi. Natalia jago buat puisi, waktu luangnya hanya dipergunakan untuk menulis puisi demi puisi, hingga saat ini setahu Widya, Natalia punya koleksi ribuan puisi yang bertumpuk dirumahnya. Semua buku Natalia pasti ada puisinya, terserah itu buku tulis, kamus, sampai diktat. Semua pasti menyimpan bait bait puisi.
“ Hai… “.
Natalia menghentikan tulisannya melihat Widya, Natalia menampar pelan paha Widya yang duduk disampingnya dengan banyak senyum yang mengembang.
“ Dari mana Wid, pustaka ?”.
Widya mengangguk. “ Aku dapat kejutan tadi disana ?”.
Kening Natalia berkerut. “ Kejutan ?”.
“ Ya, Kejutan “.
“ Kejutan apaan Wid ?”.
“ Kejutan buat kamu “.
Natalia terang lumayan heran, kok kejutan buat dia kok malah Widya yang nemuinnya, di pustaka lagi, apaan ?, Natalia tambah heran. Melihat kebingungan yang ada diwajah Natalia, Widya tertawa, Natalia langsung memencet hidung Widya dan mereka sama-sama tertawa.
“ Betul kok, Kejuatan buat kamu “.
Natalia ketawa aja. “ Becanda “.
“ Aku serius “.
Natalia menatap wajah Widya, mengangguk anggukkan kepalanya pada Widya, itu isyarat bertanya, orang yang heran atau bingung seakan bertanya, minta penjelasan.
“ Mahyadi Panggabean “.
Natalia langsung tertawa lebar. “ Mahyadi ?, gila lo, Mahyadi apaan ?”.
“ Ya, ini ada hubungannya dengan Kapten PSMS Medan itu“.
Kali ini Natalia jadi terdiam. Otak Natalia berputar, mana mungkin Mahyadi Panggabean, kenapa Mahyadi Panggabean, Natalia benar benar heran, tapi akhirnya Natalia kembali tertawa, kemarin ia melihat Mahyadi Panggabean main bola, kok sekarang jadi cerita Mahyadi Panggabean, Widya lagi, tau apa kutu buku yang satu ini tentang dunia bola nasional, Widya setahu Natalia bahkan bicarakan bola aja ngga’ pernah, kok sekarang cerita Mahyadi Panggabean, kan aneh.
“ Apaan Sih ?”.
“ Ada yang titip salam buat kamu “.
“ Siapa ?”.
Widya tertawa cukup kuat, Widya mendekatkan tangannya pada Natalia untuk tunjukkan gambar yang ada dilayar HPnya, yang ada disana adalah gambar seorang pemuda dengan pakaian kebesaran PSMS Medan.
“ Dia titip salam sama kamu “.
“ Ada aja “.
Natalia tertawa lebar, bahkan sampai menutup mulutnya dengan kedua tangannya, baru ia ingat sekarang, pemuda itu bernama Haris, semalam ketemu saat sama-sama nonton bola di Gelora Bung Karno. Natalia memang bilang kalau dia anak sini jurusan Bahasa Indonesia.
“ Dia … gitu deh sama kamu “.
“ Maksudnya ?”.
“ Ya.. gitu deh.. “.
Kening Natalia semakin berkerut, ada ribuan pertanyaan dalam otaknya, Natalia merasa ada yang aneh dari Widya. Yang muncul dibenak Natalia tak lebih dari rasa bingung yang makin panjang, apalagi setelah mendengar jawaban jawaban Widya yang tak jelas ujung pangkalnya.
“ Gitu deh, gitu deh.. gitu deh apaan ?”.
“ Ya.. gitu aja “.
“ Maksudnya apa ?”.
Widya menunjukkan gigi putihnya. Natalia tetap merasa aneh dengan senyum Widya yang terasa begitu asing dimatanya. Natalia tak menemukan Widya yang selama ini dikenalnya, Widya yang ini agak lain.
“ Kenapa ? “.
“ Kalau Lia mau, besok ia tunggu dikantin kampus “.
“ Kantin kampus ?”.
“ Itu kalau Lia mau “.
Natalia mengalihkan pandangannya dari Widya. Entah karena apa Natalia justru ambil Ponsel Widya dan kembali memandangi wajah Haris, pemuda yang kemarin begitu berani mendekatinya, mengajaknya kenalan, sama sama teriak dan sama sama cemberut saat PSMS akhirnya kalah.
“ Jam berapa ?”.
“ Jam 16.00 WIB sore “.
“ 16.00 Sore. Kok lama amat “.
“ Sepulang dia kerja “.
“ Kerja apaan ?”.
“ Kalau itu kurang tahu “.
Dalam hati Widya sebenarnya ingin tertawa lebar sekali. Widya tak sangka temannya Lia begitu terkesan dengan cara Haris yang memang lumayan langka ini. Widya terus aja senyum memandang wajah Lia yang agak cemberut.
“ Gimana Li “.
“ Apanya ?”.
“ Mau ngga’ besok ?”.
Natalia memandang Widya yang memang lagi mandang wajahnya, hanya ada satu senyum tipis diantara mereka. Lia garuk garuk keningnya, Widya mempertajam pandangannya, Lia senyum lagi dan menganggukkan kepala saja. Apa sih salahnya menemui pemuda itu, sesama penggemar PSMS Medan, atau mungkin sesama warga Sumatera Utara, wajarkan kalau nemuin dia besok.
“ Gimana ?”.
“ Iyah deh, aku temuin “.
“ Okey.. permisi “.
Widya tersenyum dan langsung berdiri, Natalia kembali hanya geleng kepala dan terus menatap Widya hingga hilang dari pandangannya. Widya terus senyum senyum sendiri, Widya tak menyangka rencana yang disusun bersama Haris berhasil ditahap pertama, sekarang tinggal tahap kedua, ketiga dan seterusnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Puan Harahap
like like
🌹🌹Salam Pria Idola dan dua karya lainnya.🌹🌹
2021-06-21
1
Khairil Anwar Peni
Asyiiiik ... 💖💖😜
2021-05-27
1
Fira Ummu Arfi
💙💙💙💙💙
2021-05-26
1