"Kita kemana Mommy?" Kai bertanya dengan riang.
Ia terlihat bersemangat karena ini adalah kali pertama mereka pergi bersama.
"Kita akan ke tempat yang indah" Seira masih sibuk menyetir dan melihat GPS bersamaan.
Dia sudah menyewa penginapan kecil di sebuah desa secara online, pemandangan disana bagus dan tentu saja harganya murah. Sangat sempurna untuk menghabiskan tiga hari liburan dengan Kai.
"Kai senang?" wanita itu bertanya saat ia melihat anak itu tersenyum sepanjang perjalanan.
Kai mengangguk antusias "Mmm.. nanti malam Kai mau Mommy membacakan dongeng"
"Tentu saja, kita akan bersenang-senang" Seira mengelus rambut anaknya, hanya butuh beberapa menit lagi sebelum mobilnya sampai dijalanan kecil menuju desa, dan mereka akan segera tiba.
Sepanjang jalan hanya ada pohon yang hijau dan udaranya pun terasa jauh lebih sejuk, betapa menyenangkan kalau mereka bisa tinggal berdua disini selamanya.
Sayangnya itu mustahil. Mereka hanya punya waktu beberapa hari saja.
Melewati jalan penuh pepohonan tadi mobil itupun tiba di jalan kecil pedesaan, hanya perlu beberapa menit saat GPS memberitahu kalau mereka sudah sampai di tempat tujuan.
Seira menengok ke luar, ia melihat plang penginapan yang terpampang di depan pintu masuk. Meski bukan resort mewah, penginapan bintang tiga ini lumayan bersih dengan udara yang sejuk karena berada di bawah pegunungan.
"Ayo turun" katanya setelah ia selesai memarkirkan mobil.
Kai melepas sabuk pengamannya dan mengikuti ibunya keluar mobil. Seira menyuruhnya menunggu sebentar sebelum ia masuk dan check in.
Sekitar beberapa menit anak itu menunggu ibunya di samping mobil dengan patuh, beberapa orang yang lewat memandanginya.
Kenapa ada anak lelaki yang tampan dan imut di penginapan kecil seperti ini, auranya tidak seperti anak dari keluarga miskin sama sekali. Ditambah mata coklat terang yang mencolok menambah kesan aristokrat padanya.
"Halo Bibi" Kai menyapa sambil tersenyum dan mengangguk sopan, membuatnya lebih menggemaskan.
Gerombolan wanita itu menatapnya dengan takjub, bukan hanya tampan ia juga sangat ramah dan manis.
"Kau sedang berlibur?" mereka akhirnya berani menghampirinya dan bertanya.
Bocah itu mengangguk, "Aku sedang menunggu ibuku didalam"
"Lalu dimana ayahmu?" mereka masih penasaran, bagaimana rupa orang tuanya? anak ini jelas blasteran eropa.
Kai menggigit bibirnya, ia akhirnya menjawab setelah beberapa detik kemudian "Ayahku tidak ikut"
Ia bahkan tidak tahu dimana ayahnya, pertanyaan itu sedikit mengusiknya.
Seira baru keluar saat melihat putranya sudah dikerumuni beberapa wanita di samping mobil, jantungnya berdegup kencang dan ia mempercepat langkahnya menghampiri Kai. Mau apa mereka?
"Kai" ia memanggil dengan panik.
"Mommy!" anak itu memanggilnya nyaring diikuti tatapan para wanita yang berkumpul, semuanya tertuju pada Seira.
Gadis muda dengan celana jeans dan kaos putih santai itu masih terlihat seperti mahasiswa.
"Oh apakah dia ibunya?"
"Tapi dia kelihatan sangat muda"
"Tapi anak ini memanggilnya Mommy"
Mereka saling berbisik, matanya masih terus mengamati wanita yang berjalan ke arah mereka.
"Apakah anakku mengganggu kalian?" Seira bertanya dengan lembut, ia dengan reflek merangkul bahu Kai dengan sikap defensif.
"Ah tidak.. anakmu sangat tampan dan lucu jadi kami mengobrol sebentar dengannya" puji mereka.
Jadi wanita muda ini benar-benar ibunya?
Seira tersenyum sopan, ia tahu Kai memang dengan mudah menarik perhatian banyak orang.
"Terimakasih, kalau begitu kami duluan" ia menarik Kai dan mengambil tas pakaian dari mobil, bergegas menjauhi mereka semua.
"Jangan bicara pada orang asing, Kai mengerti?" bisik Seira lirih disertai anggukan patuh anaknya.
Ia mengelus rambutnya sambil berjalan menuju penginapan. Bagaimanapun juga ia harus tetap berhati-hati.
Mereka masuk kedalam villa kecil yang berisi satu kamar tidur, pantry kecil dan ruangan duduk, bergaya etnik dengan kayu sederhana tapi nyaman.
Dibelakang ada pintu dan jendela yang terhubung langsung dengan pemandangan dari perbukitan.
"Kai mandi dulu, Mommy akan menyiapkan makanan"
Anak itu mengangguk dan masuk kedalam kamar mandi. Sementara Seira membongkar makanan yang mereka beli di perjalanan tadi, menatanya dimeja.
Ini sudah hampir sore, mungkin mereka bisa jalan-jalan sebentar sebelum malam tiba.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah makan mereka akhirnya memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar. Ada tempat wisata berkuda di sekitar sini, mungkin mereka akan mengunjunginya besok karena hari ini sudah terlalu sore.
Seira membenarkan jaket bertudung milik Kai sebelum mengunci villa penginapan.
"Kai ingat, jangan berpisah dari Mommy" ia mengingatkan lagi disusul anggukan putranya itu.
"Dan Jangan bicara sembarangan pada orang asing" putranya lagi-lagi mengangguk.
Kai menatap ibunya dengan senyum yang mengembang, Seira mengenakan baju santai dan terlihat sangat muda. Mereka memang terlihat seperti kakak dan adik.
"Mommy cantik" pujinya, membuat sang ibu sontak tersipu.
Astaga.. Bocah kecil ini ternyata sudah pandai menggoda orang.
"Anak Mommy juga tampan sekali. Ayo kita jalan-jalan sekarang" Seira menggenggam tangan Kai dan keluar dari lingkungan penginapan ke jalan setapak pedesaan.
Sementara itu Jevian masih menghubungi anak buahnya yang mengirimkan alamat penginapan Seira di desa, ia berkali-kali berteriak pada supirnya untuk menambah kecepatan, meski mobil itu melaju sudah hampir 100 km/jam.
Mereka juga mengirimkan beberapa foto yang diambil dari jarak jauh.
Dalam foto itu ada Seira yang terlihat bahagia, menggandeng anak lelaki yang sayang wajahnya tidak terlihat jelas, tingginya sepinggang wanita itu.
Jevian mengusap wajahnya dengan frustasi, memandangi foto itu hanya membuat dadanya semakin sesak. Pria itu tidak bisa bernafas dengan benar sebelum menemukan mereka berdua secepat mungkin.
Sayangnya lokasi penginapan Seira terlalu jauh dari pusat kota, ia harus menahan diri duduk di mobil berjam-jam untuk sampai ke sana. Dan itu sangat menyiksanya.
Hanya dalam beberapa jam tiba-tiba saja Jevian berubah dari seorang konglomerat lajang, menjadi seorang ayah dari putra berusia enam tahun. Enam tahun bukanlah waktu yang singkat sama sekali, dan ia telah menelantarkannya selama itu.
Jika anak itu benar-benar putranya, apa yang harus ia lakukan selanjutnya?
Semakin memikirkan itu semakin ia ingin mengamuk.
Seira masih terikat pernikahan, dan meskipun wanita itu tidak mau memberitahu alasannya bertahan dengan Renald, namun Jevian yakin perceraian mereka tidaklah sesederhana itu.
Martin melirik dari kursi mobil didepan, sang bos duduk gelisah sepanjang perjalanan. Ia juga tahu kalau masalah ini memang serius.
Ternyata bukan hanya menyukai istri orang lain atasannya bahkan sudah mempunyai anak lelaki sebesar itu.
"Kita sepertinya sudah sampai, Tuan" suara supir menginterupsi.
Rolls Royce itu berhenti di depan penginapan kecil. Jevian bahkan bisa langsung menemukan mobil Seira terparkir di salah satu sudutnya bersama mobil lain.
Tak bisa menunggu lama pria itu keluar dan membanting pintu.
"Dimana dia?!!" tanya Jevian pada dua orang bawahannya yang tadi melapor.
Mereka berdiri gemetar saat mendengar teriakan penuh emosi itu.
"Nona Seira sepertinya pergi jalan-jalan ke sekitar sini bos, tidak lama lagi pasti akan kembali."
"Dimana kamarnya? dapatkan kunci cadangannya sekarang" Jevian berkata dengan tidak sabar.
Ia sudah sampai disini tapi masih harus menunggu, menyebalkan!
Kemana mereka pergi?
.
.
.
.
Sabar ya Bebzz... (° 3 °)
Di episode selanjutnya mereka ketemu kok xixixi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
bunga cinta
dag dug dug maakk
2021-12-27
0
Ririn Tyo9
jevian...tak temenin gregettannya 😖
2021-12-18
0
Mamath Kekey
kerenlah tambah seruu...lanjut
2021-12-15
0