Mata coklat terang milik Jevian masih menatap Seira dari ujung kepala hingga kaki dengan pandangan lurus, alisnya berkerut tidak senang.
Gadis itu tampak menyedihkan, gaun selututnya kotor oleh tanah di beberapa bagian, telapak tangan dan kakinya punya sedikit lecet yang tampak kemerahan.
Meletakkan gelasnya dimeja, Jevian menghampiri wanita yang masih membeku didepan pintu dengan tatapan kosong itu.
"Kau menguntitku kan?" Seira akhirnya bersuara saat sosok Jevian berdiri didepannya, tapi pria itu mengabaikan pertanyaannya.
Tanpa sepatu bertumit tinggi ia baru menyadari kalau Seira ternyata mungil, hanya lebih tinggi sedikit dari bahunya, perbedaan tinggi itu membuatnya takjub sekaligus gemas.
Jevian tidak menjawab, ia benar-benar tertarik pada tinggi Seira yang membuatnya sangat imut ketika mereka berdiri berdampingan.
"Apa kau mengkerut setelah tujuh tahun? aku ingat dulu kau setinggi daguku" ia berkomentar.
Pria itu merapatkan jarak mereka, mendorongnya ke dinding dibelakang. Dari sudut matanya ia bisa melihat daun kering tersangkut di rambut Seira.
Tangannya dengan reflek terulur untuk menyingkirkannya, sementara Seira tidak bisa melihat apapun, ia hanya bisa melihat dada kekar yang sedikit tersingkap dibalik bathrobe itu, menguarkan aroma sabun yang segar, membuat tubuhnya terasa terbakar. Apalagi saat Jevian makin merapatkan diri ke arahnya.
"Aku memang seperti ini sejak dulu" ia menjawab dengan gugup, tangannya mendorong Jevian agar sedikit menjauh.
"Benarkah?" Jevian masih tidak mempercayai kalau ingatannya salah.
Ia ingat dengan sangat jelas, dulu saat mereka berciuman tingginya terasa sejajar. Sekarang ia bahkan harus membungkuk untuk bisa melihat wajah gadis itu.
Seira menahan nafas, hanya selang dua detik dada bidang itu tergantikan oleh wajah tampan yang sedang menyeringai.
"Tidak mungkin, kau benar-benar menciut. Aku bahkan harus sedikit membungkuk agar bisa menatapmu dengan leluasa" ujarnya bingung, hembusan nafas Jevian bahkan menerpa wajah Seira karena jarak mereka terlalu intim.
"Kau yang tumbuh terlalu tinggi, tinggiku tidak bertambah semenjak lulus SMA" Seira menggerutu dengan kesal.
Apakah kau pikir aku cumi-cumi yang bisa mengkerut? yang benar saja!
"Jadi kau sudah ingat aku? tujuh tahun yang lalu?" katanya bersemangat.
Seira menelan ludah, tentu saja dia ingat. Dia ingat dengan sangat jelas seolah kejadian itu terjadi kemarin sore. Pada akhirnya ia hanya berdeham dan bergeser ke samping melepaskan diri dari kungkungan Jevian.
"Aku tidak peduli kenapa kau terobsesi sekali dengan gadis itu. Aku disini hanya ingin bertanya kenapa kau menguntitku" ini adalah niatnya sejak awal datang ke rumah Jevian, untuk menanyakan alasannya.
"Aku tidak menguntitmu, itu kebetulan. Anak buahku melihat kau di jalan sendirian" pria itu memperbaiki posisinya dan berdiri tegak.
"Kau fikir aku bodoh" Seira mencibir, menatap pria itu dengan kesal.
"Baiklah, aku menyuruh mereka menjagamu. Kau puas sekarang?" ujar Jevian seraya menarik tangannya ke arah sofa besar di tengah ruangan.
Gadis itu reflek memberontak namun tenaganya bahkan tidak bisa membuat jari Jevian bergeser dari lengannya, ia diseret dengan mudah seperti bola kapas.
"Lepaskan aku" teriaknya.
"Bisakah kau tenang? kakimu terluka, tanganmu juga. Kenapa kau suka sekali bergerak seperti kepiting" Jevian melemparkan gadis itu kesofa dengan jengkel.
Apa dia tidak merasa kesakitan, kenapa susah sekali menurut.
Seira melihat wajah Jevian yang berubah galak dan serius, nyalinya tiba-tiba menciut. Ia tidak berani lagi bergerak dan duduk patuh, telapak tangan dan tumitnya memang terasa perih.
Jevian pergi mengambil kotak P3K, sebaskom air dan handuk bersih. Pria itu tersenyum miring saat ia melihat Seira duduk di sofa dengan tenang.
Meletakan semua peralatan di meja, ia kemudian duduk di sebelah Seira.
"Tanganmu"
Seira menatapnya dengan ragu, tangan kirinya terulur menampakan luka lecet kemerahan dan darah yang mengering, tidak dalam namun perih.
Jevian mengambil tangan kecil itu dan membersihkannya dengan handuk, ia mengoleskan obat luka dengan hati-hati tanpa bersuara.
Selama hidupnya Seira tidak pernah diperlakukan selembut ini, ia merasa hatinya menghangat. Melihat wajah tampan yang serius mengobati lukanya, seperti adegan film romansa.
Jevian tidak melihat ekspresi wanita itu, ia terlampau serius membersihkan kulit mulus yang sekarang tergores, melapisi plester anti air di atasnya.
Masih ada luka di tumit.
"Kakimu juga"
"Aku bisa mengobatinya sendiri"
"Kenapa harus melakukannya sendiri saat ada orang lain yang mau melakukannya untukmu" usai berkomentar ia langsung mengangkat kaki Seira. Meletakkannya dalam pangkuan.
Luka di tumitnya tidak terlalu parah, itu hanya karena gesekan sepatu yang dipaksakan.
Butuh waktu tujuh menit saat semua lukanya terplester dengan rapih. Namun Seira masih diam mematung seolah roh nya hilang setengah.
"Kau mulai menyadari pesonaku? tawaranku masih berlaku jika kau berminat, Nona Sei" goda pria itu sambil beranjak membereskan P3K di atas meja.
Wajah Seira sontak memerah, ia mengalihkan pandangan dan mengedarkannya ke seisi ruangan dengan nuansa abu-abu itu. Dari luar jendela ia bisa melihat balkon dan teras besar dengan pemandangan langsung jalanan ramai dibawah sana.
Jevian menghilang sekali lagi, pria itu datang beberapa menit kemudian dengan pakaian santai membawa segelas jus dan sekaleng minuman bersoda yang sudah ia tenggak.
"Aku ingin pulang" Seira langsung merengek.
Pria yang baru duduk disampingnya itu menatapnya tanpa ekspresi.
"Telfon suamimu dan minta dia menjemput kesini. Jika dia bersedia, aku akan mempersilakan kau pergi dengan senang hati" jawabnya, ia mengambil tas Seira dan mengulurkan ponsel milik gadis itu, menyuruhnya menelfon Renald.
Seira menggigit bibirnya, tangannya memegang ponsel dengan gugup. Ia akhirnya mencari nomor Renald dan memutuskan untuk memanggil suaminya.
Namun berkali-kali mencoba, ia hanya mendengar nada monoton operator kalau nomor suaminya itu tidak dapat dihubungi.
Jevian menatapnya dan bertanya dengan nada sarkastik. "Bagaimana?"
"Aku bisa pulang sendiri" Seira tahu meminta Renald menjemputnya adalah hal yang mustahil.
"Aku tidak akan membiarkannya, jika dia menjemputmu kau boleh pulang sekarang. Jika tidak, maka kau tidur disini malam ini" katanya tegas, tidak menyisakan ruang untuk diskusi.
"Kau benar-benar menculikku?" Seira bertanya dengan kesal. Dia bukannya orang lumpuh yang tidak bisa pulang sendiri, kenapa pria ini semakin tidak masuk akal.
"Tidak, aku bilang aku akan membiarkanmu pergi jika Renald memang menjemputmu kesini. Aku tidak memaksamu untuk tinggal"
Apa bedanya, Hei!
Jevian tidak mempedulikan wajah protes Seira, ia dengan santai membawa kaleng kosongnya ke dapur, sementara jus yang tadi ia bawa sudah tergeletak di meja, didepan Seira.
Dari arah dapur ia bisa melihat bayangan gadis itu berlari ke arah pintu lift, berusaha membukanya namun tidak bisa. Seira berdecak beberapa kali, jelas-jelas ia keluar dari pintu ini sewaktu datang, kenapa sekarang ia tidak bisa keluar?
"Menyerah saja, pintu itu tidak akan terbuka sampai besok. Simpan saja tenagamu Nona"
Suara Jevian terdengar dari arah dapur, membuatnya semakin kesal.
Dia benar-benar tidak bisa menang melawan pria gila itu. Tapi bagaimana jika Renald sampai tahu kalau dia tidak ada dirumah malam ini? ia hanya bisa menendang pintu dengan frustasi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sementara di rumah besar itu Renald baru saja turun dari mobilnya dengan wajah lelah, ia mengantar Cindy ke apartemennya dan langsung pulang, ternyata ini sudah tengah malam.
Seira pasti sudah sampai sejak tadi, kan?
Masuk kedalam ia bertemu pelayan yang masih terjaga, "Nyonya sudah pulang?" ia bertanya sekilas sambil menguap.
"Sudah Tuan, Nyonya langsung ke kamar dan bilang ingin istirahat karena tidak enak badan"
Renald mengangguk, ia berjalan ke arah kamarnya sendiri setelah memastikan itu. Ia juga sangat lelah hari ini, karena Cindy membuat masalah dan ia harus membereskannya dengan cepat sebelum rumornya menyebar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Lutfy Hutapea
kena kau suami bisnis ha ha ha
2023-09-09
0
botak
Cindi si jlangnya Rey yaaa😂😂😂
2022-10-17
0
Ririn Tyo9
masalah Cindy, Jevian yang buat ya ?
2021-12-18
0