Tidak ada jawaban apapun yang terdengar, namun tangan berat itu masih tersampir di bahunya.
Ia menepisnya sekuat tenaga dan masih berusaha lari, namun jalan ini benar-benar berbatu kasar, membuatnya kesulitan menyeimbangkan tubuh dengan sepatu tinggi.
Benar saja, tubuhnya limbung dan terjungkal ke depan, telapak tangannya menabrak kerikil dan rasa perih langsung menyengat.
Ah sialan, dia tahu kalau dia memang tidak pernah berbakat melarikan diri, bagaimanapun situasi dan usahanya dia tetap akan mudah tertangkap.
Seira menelan ludah, salah satu dari mereka menghadang jalannya, menampilkan sosok tinggi besar dengan wajah lurus tanpa senyum sedikitpun.
"Aku hanya punya ini" ia reflek menyodorkan beberapa lembar uang ditangannya yang Renald berikan untuk ongkos naik taksi tadi, sambil menunduk.
Namun pria itu hanya menatap tangannya dengan bingung, "Nona," ia berusaha memanggil Seira yang tampak menciut ketakutan.
Bisa ia lihat wanita ini berkeringat deras.
"Aku putri walikota, kalian tahu? kalian bisa kena masalah besar jika menggangguku" ia masih sibuk dengan ketakutannya sendiri.
Dua pria itu saling memandang, siapa yang berniat mengganggu? mereka hanya diperintahkan untuk mengawasinya dan menolongnya jika ada kejadian buruk seperti sekarang.
Seira menyadari tidak ada pergerakan dari orang didepannya, ia akhirnya memberanikan diri untuk mengamati mereka.
"Nona, tanganmu terluka" pria di sebelah kiri terlihat cemas saat menyadari telapak tangan wanita itu memiliki darah yang merembes dan kulit yang sedikit sobek akibat tergores kerikil.
Dia bisa membayangkan bagaimana rupa bos nya jika dia tahu wanita yang diperintahkan untuk mereka jaga malah terluka saat mencoba melarikan diri. Tubuhnya seketika bergidik.
"Apa?" mata Seira membulat.
Apakah ada penculik yang begitu perhatian seperti ini? gumamnya dalam hati.
"Nona tolong berdiri dulu, kami tidak punya niat jahat" mereka berusaha menjelaskan.
"Kalian bukan penculik?"
Dua pria itu mendesah, bukankah dia putri walikota. Kenapa pria hebat sepertinya bisa punya putri bodoh seperti ini?
"Bukan, percayalah kami bukan penculik atau orang jahat" jawab mereka sekali lagi meyakinkan.
Seira akhirnya mencoba bangun, ia mengibaskan roknya yang terkotori tanah dan debu. Melepas Sepatunya yang makin terasa tidak nyaman, benar saja tumitnya sudah lecet.
"Lalu kenapa kalian mengejarku?"
"Nona berlari jadi terpaksa kami harus mengejar"
Satu orang lainnya membungkuk, memungut tas kecil Seira yang tercecer di jalan.
"Nona, kami hanya ingin menawarkan tumpangan. Sungguh" mereka mengulurkan tas itu dengan sopan.
Namun mendengar itu mata Seira menyipit sejenak, sejak menikah dengan Renald ia sadar tidak ada yang gratis di dunia ini. Penawaran yang tampak menggiurkan hanya akan menyisakan penyesalan di akhir.
Dulu Renald juga menawarkan pertolongan dengan senyum tulus, untuk memikat Seira ke sarang serigalanya.
"Nona, naiklah ke mobil. Kami akan mengantarmu"
"Kalian mengenalku?" ia menjadi waspada kembali.
"Tidak, iya. Maksudku, kami tahu identitasmu sebagai putri walikota" pria yang lebih tua menjawab dengan gugup.
Mereka hanya saling mengamati beberapa detik sebelum dering ponsel terdengar.
Pria jangkung yang lebih muda melihat layar ponselnya dengan alis berkerut, ia melirik temannya sebelum menjauhi mereka untuk mengangkat telfon.
"Bagaimana keadaannya?" suara Jevian terdengar diujung sana.
"Hmm.. Bos, Nona Seira masih tidak percaya dan menolak untuk ikut" katanya.
"Dia juga sedikit terluka saat mencoba lari" tambahnya ragu.
Ia bisa mendengar suara Jevian mendengus kesal dari seberang sana.
"Tarik paksa, dan bawa kesini" pria itu akhirnya memberi perintah setelah terdiam beberapa detik.
"Bawa kerumahku bagaimanapun caranya" ia menekankan kata itu kembali dengan suara rendah.
Pria itu menelan ludah sebelum menjawab dan mematikan ponselnya.
Ia menghampiri Seira dan temannya kembali, lalu berbisik pada rekannya itu yang disusul anggukan mengerti.
"Nona, maaf kami harus membawamu bagaimanapun caranya"
Seira belum sempat mencerna kata itu sebelum mereka memperpendek jarak dan tengkuknya dipukul dengan keras, ia sontak tidak sadarkan diri.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Wanita itu terbangun dengan rasa sakit menyengat di belakang lehernya. ia telah terbaring di kursi belakang dengan selimut nyaman yang menutupi tubuhnya. Dua pria didepan itu masih sibuk mengemudi.
Sudah berapa menit ia pingsan? dan kemana mereka akan membawanya.
"Bukankah kalian bilang bukan penculik?" ia bertanya sambil berusaha untuk duduk, kepalanya seperti dipukul dengan gas elpiji.
"Kami memang bukan penculik Nona,"
"Lalu kenapa membawaku dengan paksa?"
Bukan penculik tapi memukulnya sampai pingsan.
Mereka tidak menjawab dan hanya terus menyetir memasuki kawasan elite di pusat kota. Tepatnya parkiran sebuah gedung apartement mewah berlantai 60.
Mobil melaju ke area parkir ekslusif dan masuk ke sana. Karena itu merupakan kawasan pribadi, jadi ia tidak melihat banyak mobil terparkir. Hanya ada beberapa, tidak lebih dari lima.
Namun salah satu mobil mencuri perhatiannya, Rolls Royce yang pernah ia tabrak ternyata terparkir disana, itu milik Jevian.
Jangan-jangan.
"Kalian orang suruhan Jevian kan?" ia bertanya dengan kesal.
Pintu mobil terbuka dan mereka mempersilakannya untuk turun, Seira memandangi dua pria itu dengan tajam. Ia curiga Jevian menguntitnya.
Pria itu keterlaluan dan gila.
Dua orang itu tidak sempat menjawab saat pintu lift pribadi terbuka, itu adalah Martin yang keluar masih mengenakan jas nya yang rapih.
"Nona, Tuan sudah menunggu di atas untuk membicarakan sesuatu" ia membungkuk dengan sopan.
"Jevian benar-benar menguntitku?" gadis itu malah baik bertanya dengan galak.
"Nona bisa menanyakannya pada tuan secara langsung"
Martin tersenyum tipis, sekali lagi menyuruh Seira untuk memasuki lift dan naik ke penthouse milik Jevian.
Gadis itu dikelilingi tiga pria, mustahil juga untuk kabur. Jadi ia memutuskan untuk menemui Jevian dan memintanya mengantar ke rumah.
Tiga pria itu menghela nafas lega saat Seira melangkah menuju lift, akhirnya mereka terbebas dari tugas ini dengan selamat.
"Kau tidak ikut?" Seira bertanya pada Martin yang masih berdiri tegak.
"Nona, lift akan langsung membawa ke unit pribadi Mr. Jev, tugasku sudah selesai dan aku akan pamit pulang" ia tersenyum bertepatan drngan pintu lift yang tertutup otomatis.
Seira melihat hanya ada satu tombol yang menuju langsung ke lantai tertinggi di gedung ini. Dia benar-benar tinggal di penthouse mewah, komentarnya dalam hati.
Jantungnya masih berdetak kencang, teringat kembali pada lata-kata Jevian di kafe beberapa hari yang lalu.
Apakah dia serius saat mengajaknya berselingkuh tempo hari.
Belum sempat menenangkan fikirannya pintu lift sudah berdenting dan terbuka. Dia keluar dan melihat sekelilingnya dengan takjub. Jadi begini rasanya tinggal di penthouse mewah.
Pintunya otomatis masuk kedalam ruangan berfurniture minimalis yang luas dan dikelilingi kaca dari berbagai sisi, menampilkan langit malam.
"Kau sudah datang"
Suara serak pria itu membuatnya berjingkat, ia dengan reflek mundur ke belakang.
Rambut tembaga setengah basah dengan kulit madu itu hanya dibungkus bathrobe seadanya. Pria itu berjalan dari arah pantry sambil menyesap minuman di tangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Lutfy Hutapea
asik main deh
2023-09-09
0
botak
ou mnisnyaaa kwkwkkw
2022-10-17
0
Ririn Tyo9
Tulisan ini mengandung candu ya ?
Gimana ini, tugas emak2 jadi terbengkalai 🤪
2021-12-18
0