Kafe Orient, pukul satu siang.
Seira memasuki bangunan mewah yang jelas hanya dipenuhi bos-bos itu, memakai rok span dan blazer sopan.
Setelah pintu kafe berdenting dan sosoknya masuk, pegawai kafe langsung menyambutnya dengan hangat.
"Sudah melakukan reservasi Nona?" gadis muda bertanya padanya.
Kafe ini memang didesain dengan ruangan seluruhnya tersekat untuk menjaga privasi tamunya, biasanya ini digunakan untuk pertemuan bisnis maupun pertemuan penting lainnya.
"Nomor tiga" ia menyebut ruangan yang di kirimkan Jevian lewat pesan singkat.
Pelayan itu langsung mengangguk dan mempersilakannya menyusuri lorong, lalu berhenti di pintu bertuliskan angka tiga.
Seira mengangguk dan mengucapkan terimakasih lalu memutar kenop pintu dengan gugup, ia nekat pergi dari rumah tanpa ijin pada Renald hanya demi pria ini. Dia pasti sudah gila.
Ruangannya berdekorasi seperti ruang minum teh khas jepang dengan satu meja rendah, tanpa kursi. Jevian duduk dengan tenang menyesap teh yang masih mengepul.
Didepannya sudah ada banyak makanan, mulai dari yang berat hingga camilan ringan.
Pria itu sudah mulai makan sedari tadi tanpa menunggu Seira lebih dulu.
"Mr. Jev" gadis itu masuk dan menutup pintu, gerakannya membuat sudut mata Jevian melirik ke arahnya.
"Duduk" Jevian hanya mengucapkan satu kalimat dengan mulut masih sibuk mencicipi makanan.
Seira menekuk kakinya, ia menyesali keputusannya karena mengenakan rok saat ini, membuatnya tidak bisa duduk di karpet kayu dengan leluasa.
Jevian juga menyadari kalau gadis itu sedikit kesusahan mengatur roknya, tangannya reflek menyambar jas di sampingnya dengan cepat dan menyebarkannya di paha Seira yang sedikit tersingkap.
Menelan ludah, ia berusaha mengusir pikiran kotor tentang betapa mulusnya kulit itu dibalik rok.
"Pakai itu" ia berkata sebelum akhirnya kembali makan dalam diam.
Seira hanya mengamati jas mahal buatan tangan yang kini digunakan untuk menutupi kakinya dengan linglung, bau parfum dari kain lembut itu begitu enak hingga ia ingin mengendusnya. Tidak hanya kaya dan tampan, seleranya juga sangat bagus.
Diam-diam ia memuji.
"Kenapa?" Jevian bertanya setelah ia menyadari ekspresi aneh Seira.
"Eh tidak" ia merapikan rambutnya dengan gugup, "Apa yang ingin kau katakan?" ia berusaha menghilangkan kecanggungan.
"Makan dulu," pria itu menjawab dengan cepat.
"Aku sudah makan dirumah"
Jevian memandang wanita yang duduk diseberangnya, "Aku tidak menawarimu makan, aku bilang biarkan aku makan dulu" ia berkata dengan gamblang.
"Apa?" mata wanita itu membesar mendengar kata-katanya, jadi maksudnya aku harus diam saja dan melihatnya makan?
"Aku akan selesai sebentar lagi" Jevian berkata lagi sebelum ia sempat protes, dan Seira terpaksa harus menggigit lidahnya agar tidak memaki saat ini. Wajahnya memerah karena menahan malu.
Apakah ia juga tidak ditawari minum sama sekali? Sial, dia haus karena berlarian kesini. Apakah konglomerat ini memang benar-benar sepelit itu.
"Kau boleh bergabung jika memang lapar" seakan tahu jeritan hatinya, Jevian menawari Seira meski hanya terdengar seperti basa-basi.
"Tidak!!" terlanjur kesal ia dengan cepat menolak.
Pada akhirnya ia sungguh menghabiskan beberapa menit yang berharga dalam hidupnya untuk mengamati makhluk didepannya makan dengan lahap.
Pesonanya tak luntur meski ia sedang makan seperti b*abi. Bulu matanya yang panjang dan lentik pasti membuat iri semua kaum wanita, bibirnya juga merah ranum namun tetap terlihat maskulin.
Seira mencocokkan kebiasaan makan Jevian dengan Kai, dan hasilnya mereka memang benar-benar jiplakan sempurna, bahkan cara mengunyahnya pun identik.
Bagaimana reaksi pria ini jika ia bertemu dengan anaknya? lagi-lagi ia bertanya dalam hati. Meski sedetik kemudian ia menepis pikiran itu.
Kai adalah satu-satunya harta paling berharga dalam hidupnya, katakanlah dia egois namun Seira benar-benar tidak rela berbagi Kai meski dengan ayah kandungnya sendiri. Ia ingin memiliki anak itu sepenuhnya, sendirian.
"Apakah kita sudah bisa bicara sekarang?" ia bertanya dengan tidak sabar saat Jevian sedang mengusap bibirnya dengan tisu. Menyelesaikan acara makannya.
"Kapan kau membayar hutangmu?" ia akhirnya berkata dengan asal.
Seira mengepalkan tangannya, pria ini benar-benar tidak tahu malu. Apakah dia harus menagih berulang kali hanya untuk uang yang tidak seberapa itu? Seira tahu uang itu bisa didapatkan Jevian hanya dalam beberapa menit sambil melamun.
Namun ia memang ingin mengembalikan uang itu secepat mungkin, tangannya merogoh tas dan mengeluarkan segepok uang dibungkus amplop coklat.
Perkiraannya uang itu ada lebih dari cukup untuk biaya reparasi mobil Jevian dan hutangnya.
"Jadi kau sudah berbaikan dengan suamimu?" Jevian mengangkat satu alisnya.
"Bukan urusanmu, ambil saja dan jangan ganggu aku lagi" gadis itu menyalak dengan galak.
"Baiklah" pria itu menerima uang didalam amplop dengan wajah lurus.
"Sekarang aku tidak punya hutang apapun jadi sebaiknya kau jangan menghubungiku lagi"
"Kau takut suamimu cemburu?"
"Mungkin. Aku sudah bersuami jadi tidak pantas jika kita bertemu seperti ini. Orang-orang bisa salah faham mengira kita selingkuh" Seira mencoba menahan nada suaranya namun tetap saja ia terdengar sedikit emosional.
Jevian mengangguk, ia menatap mata wanita itu selama beberapa detik, bahkan ia melihat ada pantulan dirinya didalam sana.
"Aku memang berniat mengajakmu berselingkuh, mau berselingkuh denganku?" katanya serius, benar-benar serius hingga membuat bulu kuduk Seira merinding.
"Kau gila?!!" ia tidak bisa tidak berteriak kali ini.
Suaranya mungkin terdengar hingga ke lorong tadi, meski kedap udara disini bagus.
"Tidak, aku sangat waras. Aku sedang menawarimu sebuah tawaran yang sangat menggiurkan"
Menggiurkan matamu!!
Dada Seira naik turun, demi langit dan bumi ia sama sekali tidak percaya pria penuh wibawa didepannya bisa menyemburkan kata-kata tidak tahu malu seperti itu.
Jika saja ia punya sedikit keberanian, Seira pasti sudah menyiramkan seteko air panas ke wajahnya.
"Nona Seira, bagaimana? aku akan memenuhi semua hal yang kau butuhkan, hal yang mungkin tidak pernah kau bayangkan dalam hidup"
"Kubilang tidak, aku mencintai suamiku" ujarnya beralasan.
Jevian ingin tertawa keras namun ia menahannya meski perutnya bergejolak. Jika ia tidak tahu fakta bahwa pernikahan Seira palsu mungkin ia akan menyerah, namun saat ini pria itu hanya merasa lebih dan lebih tertarik
Andrenalinnya terpacu lebih cepat untuk menaklukan istri orang didepannya ini. Tidak peduli bagaimana Seira mencoba melepaskan diri dari jeratannya, Jevian akan mengikatnya lebih kencang setiap kali ia kabur.
Seira harus mencobanya sendiri, Jevian tidak pernah main-main dengan kata-katanya, jika dia bilang ingin menjadi selingkuhannya maka ia akan membuat itu menjadi nyata.
Namun tidak terlalu menyenangkan jika ia membongkar fakta pernikahan Seira, jadi ia hanya akan berpura-pura tidak tahu sampai saatnya tiba.
"Nona Seira, aku tidak pernah di tolak dalam hidup. Lihat saja nanti"
.
.
.
Kalian tim pebinor atau tim suami sah nih? xixixi
VOTE jika memang kalian suka saja ya, author ngga maksa.
Tapi maaf sekali karena keterbatasan waktu Chanchan ngga bisa crazy up kaya author lain, tapi tetap diusahain bakal up rutin tiap hari. Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Salsa Dilla
Aku dukung pebinor semangat ayah kai yesss
2022-12-23
0
botak
q mau..q mau..kwkwkkwk....knpa g nawarin akoh si....kwkwk
2022-10-17
0
Umi Kalsum Siahaan
aku pebinor🤣🤣
2022-09-24
0