Wanita itu masih berdiri diam memandangi mobil Jevian yang sudah hilang di tikungan jalan. Ia lalu mengamati segepok uang ditangannya dengan aneh, kenapa pada akhirnya ia malah diberi uang oleh pria itu? meski katanya ini dianggap hutang juga.
Seira memang tidak punya uang untuk membawa mobil Renald ke bengkel, berfikir sejenak ia lalu memutuskan untuk naik taksi setelah memperbaiki penyok mobil lebih dulu dan akan mengambilnya kembali nanti sore setelah pulang dari sana.
Untung saja itu tidak terlalu parah, masih ada sedikit uang sisa yang Jevian berikan padanya.
Menjelang siang wanita itu akhirnya tiba di depan sebuah gedung besar, dipinggir kota.
Tidak ada banyak polusi di daerah ini dan udaranya masih terasa sejuk, bangunan tiga lantai itu juga tampak terawat dengan baik.
Ada plang besi besar di sudut kanan depan yang terpampang, bertuliskan 'Yayasan Kasih'. Sebuah panti asuhan yang menampung anak-anak terlantar.
Ia tidak masuk melalui gerbang depan melainkan masuk ke gang kecil disamping, berjalan beberapa meter dan menemukan rumah yang tidak terlalu besar di belakang yayasan.
Menekan bel dan menunggu beberapa menit sebelum akhirnya pintu gerbang rumah itu terbuka. Seorang wanita paruh baya tersenyum ke arahnya.
Tidak ada yang akan percaya kalau wanita sederhana ini sebenarnya adalah pemilik yayasan yang lumayan besar. Daripada hidup mewah ia lebih memilih menghabiskan uangnya merawat anak-anak terlantar.
"Kau datang" sapanya sambil membuka gerendel pintu.
"Bibi" Seira menyapa wanita didepannya dengan seulas senyum dan memeluknya sekilas.
Dua orang itu memasuki teras rumah, meski dari luar tampak sederhana namun sebenarnya didalam sana rumah itu tampak sedikit mewah, dengan halaman dan taman yang luas.
"Bagaimana kabar Bibi?" gadis itu bertanya dengan tidak sabar setelah mereka duduk.
"Aku baik-baik saja, Kai juga baik-baik saja. Beberapa hari kemarin dia merengek, jadi aku terpaksa menelfon ibumu"
Seira mengangguk, ibunya sudah memberitahunya saat ia makan malam di rumah kemarin.
"Duduk dulu, aku akan menelfon dan menyuruh mereka mengantarnya kesini" ujar wanita itu lalu beranjak sejenak menghampiri telfon rumah.
Seira mengangguk dan menunggu dengan tenang.
Hanya butuh waktu beberapa menit saat suara tapak kaki kecil terdengar dari pekarangan belakang, yang terhubung langsung dengan gedung yayasan tadi.
"Mommy!!" suara itu indah dan ceria seolah ia terdengar langsung dari surga.
Seira berbalik dan menatap anak laki-laki yang menghampirinya dengan setengah berlari, berusua sekitar 6 tahun dengan wajah tampan, menyunggingkan senyuman penuh kebahagiaan.
"Kai senang melihat Mommy?" tanyanya saat bocah itu sudah menempel di pelukannya seperti permen karet.
Ia mengangguk, rambut tembaga dan mata coklat terangnya benar-benar mencolok, membuatnya terlihat sangat lucu sekaligus tampan.
Pantas saja bocah ini menjadi kesayangan semua orang di yayasan. Hanya dengan melihat wajahnya saja membuat hati mereka terasa meleleh.
Itu adalah duplikat sempurna dari seseorang yang tadi pagi ia temui di jalan, wajahnya, bahkan senyumnya terlampau mirip dengan orang itu.
Tidak usah diragukan lagi dua puluh tahun kemudian Kai pasti akan terlihat seperti Jevian dari segi manapun. Seolah-olah itu memang sudah cetakannya dari dalam kandungan. Sama sekali tidak ada yang terlihat mirip dengan Seira. Putranya hanya mirip seperti ayah kandungnya.
Menekan rasa sedih di hati ia akhirnya menarik anaknya kedalam pangkuan.
"Mommy membawa kue" ia mengeluarkan sekotak cupcake dari tas plastik, sudut matanya melihat Kai tersenyum gembira melihat kue warna-warni itu.
Mereka jarang bertemu jadi ia tidak mau perasaan sedih mengganggu momen ini.
"Kenapa Mommy baru datang? Kai rindu Mommy"
"Benarkah, maaf Mommy sibuk sekali. Mommy sedang mengumpulkan uang agar kita bisa pergi bersama"
Kai sudah bosan mendengar alasan itu berulang kali, namun ia tidak bisa berbuat apapun selain menunggu sang ibu menjemputnya selama bertahun-tahun.
Lagipula tinggal disini juga tidak terlalu buruk karena bocah kecil itu punya banyak teman. Ditambah para perawat di yayasan menyayanginya seperti anak mereka sendiri.
Suasana di panti asuhan ini tidak mirip seperti yang lain, karena ini adalah yayasan pribadi milik seorang wanita yang kebetulan adalah teman ibu Seira. Mereka tidak kekurangan dana sedikitpun untuk mengurus puluhan bahkan ratusan anak di yayasan. Ibu Seira pernah bilang kalau Bibi Yu punya aset kekayaan rahasia yang jumlahnya sangat besar.
"Ini manis, Mommy makan juga" tangan kecil yang gempal itu terulur ke arah Seira, memaksanya memakan cupcake dengan krim biru diatasnya.
"Mommy akan lebih sering kesini dan membawakanmu lebih banyak" janjinya setelah ia melihat anak itu makan dengan lahap.
"Sister mengajariku berhitung sampai dua puluh kemarin, tapi aku bisa berhitung sampai lima puluh. Dia kaget sekali Mom, katanya Kai anak pintar karena punya Mommy yang pintar juga"
Ia berceloteh dengan gembira, ditimpali tawa Seira yang terdengar tanpa beban. Selang beberapa jam Kai akhirnya mengantuk dan bergelanyut di pelukannya, hampir tertidur.
Bibi Yu menghampiri mereka dan duduk di sofa, Ia mengamati pasangan ibu dan anak itu dan merasa sedih karena mereka harus berpisah dan baru bisa bertemu sesekali.
"Seira"
"Ya?"
"Menurutku akan lebih baik jika kau pergi lebih cepat" ia menyarankan.
Seira menggigit bibirnya, ia juga ingin seperti itu. Tapi keadaan sekarang memaksanya untuk sedikit lebih bersabar.
"Jika masalahnya uang aku bisa meminjamkannya lagi" Bibi Yu kembali mendesak. "Kai sudah semakin dewasa, dia tidak bisa terus hidup bersembunyi seperti ini"
Seira juga mengerti itu, tapi untuk saat ini dia benar-benar tidak punya solusi lain. "Bukan seperti itu, hanya saja aku harus punya rencana jelas. Jika tidak kejadiannya akan sama seperti tiga tahun lalu"
Ia menikah dengan Renald karena salah perhitungan saat itu, membuatnya terjebak pada pernikahan ini. Jika saja tiga tahun lalu ia lebih bersabar, mungkin saja sekarang Seira dan Kai sudah hidup tenang di negara lain.
"Aku tahu pasti rumit karena keluargamu adalah keluarga politisi yang harus menjaga nama baik, jika begitu aku tidak bisa membantu apapun. Aku hanya bisa menjaga Kai dengan baik sampai waktunya tiba" wanita itu mendesah.
Ada berbagai pengorbanan yang harus di perjuangkan hanya demi menjaga nama baik, padahal manusia tidak bisa terlalu sempurna dalam hidup. Alih-alih menjadi sempurna mereka harusnya belajar menerima kesalahan.
Seira menatap mata putra kecilnya yang sudah tertidur pulas di pangkuannya, jika Jevian tahu makhluk kecil ini berasal dari kesalahan mereka tujuh tahun lalu, bagaimana pria itu akan berekspresi? apakah dia akan menolaknya atau malah merebut Kai darinya?
Ah hidupnya tambah rumit saja karena pria itu kembali lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Lutfy Hutapea
ngomong ja saira
2023-09-09
0
Umi Umi
mungkin yg punya panti adalah ibunya jevian ya thpr
2022-12-03
0
botak
huuff kasiaannyaaa ccu seorang yg kaya dan kluarga yg lengkap knpa hrus hidup dipanti asuhan....uuh LG n lg kake jahat dalangnyaaa,ego sekali kau kake tuo,
2022-10-17
0