Mobil mereka berhenti di salah satu rumah besar, tempat kediaman walikota sekaligus ayah Seira. Seperti biasa tempat itu dijaga ketat oleh petugas keamanan di depan gerbang.
Renald membukakan pintu penumpang istrinya sebelum menggandeng tangan wanita itu memasuki pelataran rumah yang berkonsep tradisional tersebut.
Sikapnya penuh kehangatan membuat pelayan dan orang-orang yang melihat mereka pasti berfikir kalau rumah tangga mereka berjalan harmonis.
Meski besar bangunan rumah didominasi kayu kokoh dengan ukiran tradisional yang terawat sangat apik.
Cahaya dari lampu taman yang redup dan suara gemericik air dari pancuran mini langsung menyapa mereka segera.
"Kalian datang,"
Suara ibu Seira langsung terdengar saat melihat kedatangan anak dan menantunya di sini.
"Bu, dimana ayah?" ia mencium tangan ibunya sesaat, diikuti Renald yang berada dibelakangnya.
Pria itu mengangguk sopan selayaknya menantu yang baik.
"Ada, dia akan turun sebentar lagi. Seira bisa bantu ibu sebentar?" wanita itu mengirim tatapan aneh yang mengisyaratkan agar anak perempuannya itu mengikutinya.
Seira mengangguk, ia melirik Renald dengan gugup.
Dua wanita itu naik ke atas, masuk kedalam kamar tidur lama Seira sebelum ia pindah ke rumah suaminya, setelah berdiri didepan pintu ibunya buru-buru mengunci engsel dan membawanya ke pojokan untuk berbisik.
"Aku sudah menelfon kemarin" wanita paruh baya itu tetap waspada mengatur suaranya agar hanya mereka berdua yang dapat saling mendengar.
"Bagaimana keadaannya?" Seira langsung mengerti maksud ibunya dan tidak bisa tidak khawatir.
Sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan bocah kecil itu.
"Tenanglah, dia baik-baik saja. Dia menanyakan kapan kau akan berkunjung lagi"
"Aku tidak tahu, Renald menekanku akhir-akhir ini. Aku tidak bisa keluar sama sekali" ia berkata dengan bingung.
"Aku merindukannya Bu"
"Aku mengerti. Ini tidak akan lama lagi, Sayang setelah kita mengumpulkan cukup uang dan menemukan koneksi kembali, kau pasti bisa pergi dengannya keluar dari negara ini, dan menjalani kehidupan baru"
Mata Seira berkaca saat menatap wajah ibunya, jika tidak ada wanita ini dia pasti sudah menyerah sejak dulu. Satu-satunya hal yang paling ia syukuri adalah memiliki wanita ini sebagai ibu.
Wanita yang akan terus mendukungnya sebesar apapun kesalahan yang pernah ia perbuat dimasa lalu.
"Terimakasih Bu," katanya serak lalu memeluk ibunya dengan erat.
Otaknya tiba-tiba teringat sosok Jevian, haruskah ia menceritakan perihal pertemuannya dengan pria itu dan latar belakangnya yang tidak biasa?
Tapi ini bukan waktu yang tepat sekarang, ia memutuskan untuk memberitahu ibunya nanti.
Dua wanita itu akhirnya turun dan melihat suami-suami mereka sudah duduk berbincang sambil bermain catur. Tidak ingin mengganggu, mereka memutuskan untuk ke dapur dan membantu menyiapkan makanan.
Berusaha untuk bersikap senormal mungkin.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Tuan, ada tamu" Martin masuk kedalam ruangan Jevian untuk melaporkan.
Pria itu melirik dengan malas, "Siapa?"
"Tuan Renald"
Alisnya naik lebih tinggi saat mendengar nama Renald, mau apa pria itu datang kekantornya pagi-pagi?
"Haruskah aku mengusirnya?" Martin melihat wajah bosnya tidak senang dan langsung menawarkan.
Sudah ada beberapa perusahaan yang datang kemari menawarkan kerja sama dan berharap Jevian mau berinvestasi di perusahaan mereka, namun hanya ada beberapa perusahaan yang ia terima selebihnya ditendang dengan sopan.
"Suruh dia menunggu sebentar, lima belas menit lagi suruh dia masuk ke ruanganku" jawaban pria itu mengejutkan sang asisten, namun Martin tidak bertanya lebih lanjut dan langsung pergi menyampaikan perintahnya pada Renald yang masih duduk di lobi perusahaan.
Jevian menyelesaikan semua hal sebelum beranjak dari mejanya, Martin mengetuk pintu tepat setelah lima belas menit seperti perintahnya.
Dibelakangnya ada Renald yang berpakaian rapih dan tersenyum sopan kearah Jevian, menenteng tas kerja berisi berkas-berkas.
Pria itu mempersilakannya untuk duduk dan menyuruh Martin memesan teh dari pantry.
Ia duduk seperti kaisar yang menemui rakyat jelata, hanya terus menatap Renald tanpa berniat mengajak pria itu bicara lebih dulu.
Setelah bermenit-menit dalam keheningan akhirnya Renald tidak sanggup lagi dan berdeham beberapa kali sebelum mengutarakan niat aslinya datang kesini.
"Tuan Jev, aku berniat mengajakmu untuk bekerjasama dan menanam investasi pada perusahaanku" ujarnya.
"Apa yang membuatku harus memberi perusahaanmu dana investasi?"
Renald menelan ludah, pria didepannya ini sama sekali tidak bisa diajak berteman.
"Perusahaanku pasti bisa menjadi perusahaan terbaik, dan akan menguntungkanmu dimasa depan"
Pintu terketuk dan seorang Office boy masuk mengantarkan dua teh hangat diatas meja.
Renald menautkan alisnya, menyadari kantor ini jarang sekali ia temui wanita dari lobi depan hingga pegawai, mereka di dominasi laki-laki.
Orang seperti Jevian sudah pasti punya ketertarikan pada wanita cantik, satu ide bagus muncul di kepalanya, ia punya banyak stok artis baru yang cantik untuk bisa dikirimkan sebagai hadiah pada pria ini.
"Tuan Jevian. Aku melihat di acara terakhir kali kau datang sendirian"
"Lalu?" Jevian menyerngit sambil menyesap tehnya.
Ia semakin tidak suka pada nada penjilat pria didepannya, kenapa wanita itu bisa menjadi istri dari pria menjijikan seperti ini. Jika dibandingkan Jevian jauh lebih baik dalam segala hal.
Harusnya Seira bisa punya standar pria yang tinggi setelah ia bertemu Jevian, kenapa standar prianya malah merosot jauh.
"Hmm.. aku punya beberapa kenalan wanita cantik, mungkin kau belum sempat menemukannya karena sibuk mengurus perusahaan"
"Tidak perlu, selera wanitaku tinggi" ia berkata dengan angkuh, menolak mentah-mentah ide Renald.
"Tentu saja, tentu saja. Kenalanku adalah semua wanita dengan kualitas tertinggi. Sebutkan saja tipe idealmu aku pasti akan membantu" Renald tersenyum akrab namun membuat Jevian semakin ingin menonjok wajahnya.
"Benarkah?" ia berpura-pura tertarik.
Pria itu mengangguk senang, merasa telah berhasil.
"Carikan yang seperti istrimu, aku suka wanita seperti itu"
"Apa?" kata-kata Jevian membuat Renald hampir tersedak teh ditangannya.
"Kenapa?"
"Tidak, Hm.. istriku memang cantik dan berasal dari keluarga yang hebat. Tentu saja dia wanita yang luar biasa"
Renald merasa gugup, ia melirik wajah serius pria didepannya. Apakah Jevian bersungguh-sungguh tertarik pada istrinya? apa bagusnya wanita menjijikan itu?
"Aku hanya bercanda" Jevian tersenyum tipis, ia bisa melihat ekspresi Renald berubah-ubah.
"Kau pasti sangat mencintai istrimu" ia berkomentar singkat.
"Iya, aku dan dia sudah dekat sejak kecil"
Renald menjelaskan dengan tenggorokan kering meski ia sudah menghabiskan setengah gelas teh.
Pembicaraan ini tidak seperti rencananya, ia berniat menjalin hubungan baik dengan Jevian namun sepertinya pria inj punya selera humor yang aneh.
"Aku akan mempelajari berkas perusahaanmu, tinggalkan saja."
"Baik" Renald mengeluarkan map berisi proposalnya, perusahaan butuh suntikan dana yang sangat besar. Bahkan perusahaan ayahnya tidak sanggup menjadi investor utama jadi ia membutuhkan bantuan pria ini.
"Undang aku makan dirumahmu jika kita bekerja sama dimasa depan"
"Tentu saja, kau bebas mengunjungiku Mr Jevian"
Senyum Renald tidak menghilang bahkan setelah ia keluar dari ruangan Jevian, ia punya firasat yang baik kalau pria itu akan memberinya suntikan dana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Lutfy Hutapea
suami pebisnis hanya bisa jual is
2023-09-09
0
Surati
wow kejutan yang manis, apa Seira punya anak dari Jevian
2022-12-11
0
botak
tuh kan dah punya anak,anak di sembunyiin..uuhh kasian anak kecil itu...inilah rahasia besar yg disembunyikqn,pantesan lakinya kecewa....yaah mau diapaaa..dong,
2022-10-17
0