Undangan berwarna gold dengan stempel resmi di pojok bawah kanan itu mengalihkan fokus Jevian, tepatnya tergeletak bersebelahan dengan tumpukan berkas-berkas kantornya, diatas meja kayu berpelitur coklat tua. Sepertinya belum ada benda itu disana saat terakhir kali ia pergi dari ruangan ini kemarin sore, setelah sesi wawancara.
"Itu undangan untuk acara amal, Tuan. Baru diantar pagi ini" suara Martin terdengar saat Jevian sudah mengulurkan tangannya demi membaca kata perkata yang tercetak dengan emboss mewah di undangan.
"Haruskah aku datang?" pria itu bertanya, ia benci menghadiri acara seperti ini, akan ada terlalu banyak bau parfum wanita yang bercampur di ruangan.
Belum lagi dandanan seksi mereka, baju kemerlap bagai lampu disko, juga riasan mata gotik yang tampak menyeramkan jika terkena cipratan air. Ia benar-benar tidak sanggup satu ruangan dengan makhluk seperti itu.
"Sebagai perusahaan baru acara ini cukup bagus untuk menunjukan citra baik perusahaan. Meski basis perusahaan disini adalah perusahaan investasi, namun merk perhiasan Hugo Corp juga masih perlu diperkenalkan"
"Begitukah?" Jevian merenungkan kembali.
"Hubungi tim untuk mempersiapkan satu set perhiasan edisi terbaru untuk penjualan musim ini, aku akan memberikannya di acara amal" perintahnya singkat.
Asistennya itu akhirnya mengangguk dan berniat keluar ruangan untuk langsung menuju departemen terkait.
Sebelum melewati pintu, pria itu berbalik sejenak, "Haruskah aku mencari seseorang untuk mendampingimu Tuan?" ia bertanya dengan ragu.
Biasanya orang-orang akan membawa wanita cantik untuk menjadi pendamping, ini sudah seperti rahasia umum di kalangan pebisnis kelas atas.
Tapi karena bos nya berbeda ia jadi agak ragu. Setahun disisi pria itu terlalu singkat untuk memahami seluk beluk fikirannya, ditambah ia sebenarnya tidak benar-benar mendampingi Jevian disisinya karena ditugaskan untuk mengurus pembukaan cabang disini.
Satu kakinya bahkan sudah siaga untuk lari sekencang mungkin, jika saja Jevian melemparkan asbak kearahnya karena pertanyaan yang baru saja ia lontarkan.
"Pendamping apa?" Jevian malah bertanya dengan bingung,
"Itu.. Mungkin seorang wanita, kita bisa mengundang salah satu model kita untuk ikut"
Martin merasa benar-benar ingin lari kali ini, karena Jevian langsung melotot ke arahnya dengan jengkel. Namun kakinya serasa dipaku langsung ke lantai marmer dibawahnya.
Sial, ia ingin bersembunyi dibalik pintu.
Kenapa pria ini sering sekali melotot pada orang lain.
"Maaf Tuan, lalu haruskah aku mencari model pria?" karena panik ia hanya kembali melontarkan pertanyaan bodoh.
"Aku akan kesana sendiri!!" teriakan Jevian membuat asistennya itu berjingkat, melesat seperti kecepatan cahaya dan meninggalkan ruangannya.
"Bodoh, haruskah aku mencari asisten lain?" ia mendengus kesal.
Bertahun-tahun menjalankan perusahaan disana ia tidak pernah memikirkan hal-hal seperti ini, kenapa di negara ini menjadi lajang dipandang sangat aneh? apa gunanya membawanya wanita ke acara seperti itu?
Harusnya Martin langsung mengerti situasi, ia merindukan asisten pribadi lamanya di Italia. Namun tidak mungkin membawanya kesini karena ia hanya bisa bahasa Italia.
Pria itu mendesah.
Kapankah dia bisa hidup normal?
Sama seperti almarhum ayahnya, Jevian punya satu kelainan aneh yang mungkin tidak bisa diterima oleh dunia medis, ia tidak tahan di sekitar wanita. Mencium bau mereka, apalagi bersentuhan.
Toleransi terbesarnya adalah telapak tangan, bahkan ada beberapa wanita yang bisa menyebabkan tubuhnya memerah seperti terserang alergi kulit.
Sejak jaman ayahnya, sudah berpuluh-puluh dokter dari berbagai negara diundang namun hasilnya tetap sama saja. Mereka hanya bilang itu mungkin karena masalah psikologis seperti trauma.
Tapi dia tidak pernah punya trauma apapun, dia sudah seperti ini sejak lahir. Mungkin penyakit aneh ini diturunkan oleh gen ayahnya.
Kalian pasti penasaran kenapa ia bisa sampai lahir jika ayahnya bahkan tidak bisa menyentuh wanita, kan?
Jawabannya adalah karena bertahun-tahun yang lalu, keluarga Hugo menyewa rahim dan benih seorang wanita untuk melahirkan pewaris keluarga mereka tanpa harus adanya hubungan fisik antara ayahnya dengan wanita itu.
Sesuai perjanjian, ibunya itu harus menghilang setelah melahirkan bayi keluarga Hugo, dengan imbalan harta yang jumlahnya bahkan bisa membuat wanita itu kaya seumur hidup.
Keluarga Hugo tidak pernah memberitahu fakta ini, bahkan setelah ia masuk kuliah.
Jika saja ia tidak sengaja mendengar percakapan kakek dan neneknya, Jevian pasti masih mengira kalau ibunya sudah mati saat melahirkan.
Alasannya kabur beberapa tahun yang lalu, ia ingin mencari ibu kandungnya sendiri di negara ini, yang malah menjadi pertemuan singkat dengan seorang gadis unik, gadis berkulit eksotis yang punya aroma tubuh menenangkan. Untuk pertama kalinya ia menemukan wanita yang membuatnya menjadi pria normal.
Apa parfum yang dia pakai waktu itu? kenapa Jevian merasa tidak mual saat bersentuhan dengannya secara langsung.
Ada banyak pertanyaan yang ingin ia ajukan.
Jika saja, jika saja ia diberi satu kesempatan untuk menemukannya kembali.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jevian benar-benar datang sendirian, ia bahkan tidak mau diantar Martin. Asisten bodoh itu hanya membuat suasana hatinya jelek seharian.
Mobil melaju ke arah gedung pertemuan dengan cepat, pukul tujuh malam ketika ia sampai dan disapa senyum sopan resepsionis gedung.
Sudah ada banyak orang yang hadir, memakai tuksedo rapih dengan wanita pendamping cantik disisi mereka. Bisa istri, sekretaris, atau hanya seorang wanita bayaran.
Namun karena baru sebulan ada disini dia tidak punya terlalu banyak kenalan. Setelah mengkonfirmasi undangan ia akhirnya melangkah masuk kedalam ruangan, sementara supirnya telah pergi untuk mengantarkan set perhiasan yang akan dijadikan lelang amal.
Meski dengan embel-embel amal, ini tetaplah acara bisnis kelas atas, dimana seisi ruangan berdekor mewah itu dipenuhi makanan lezat dengan satu panggung lelang di ujung.
"Apakah ini Mr Jevian" salah seorang pria berusia empat puluhan langsung menghampirinya dengan wajah manis.
Jevian tersenyum tipis, ia tidak mengenal pria tua ini.
"Aku dari perusahaan Xenox, bulan lalu aku mengirimi Mr. Jevian sebuah kesepakatan bisnis setelah tahu perusahaanmu membuka cabang disini"
Ia mengenalkan diri, mengulurkan tangannya ke arah Jevian.
"Oh, aku akan mengingatnya dan mempertimbangkan proposalmu" Jevian berkata basa-basi.
"Terimakasih Mr. Jevian" raut wajahnya langsung sumringah.
"Panggil aku Jev saja,"
"Baiklah Mr. Jev. Apakah kau datang sendirian ke acara ini?"
Pria jelek ini bisakah kau minggir dari hadapanku. Bau wanita disampingmu benar-benar menggangguku.
"Hmm.. aku terbiasa datang sendirian" ia menjawab dengan singkat.
Satu tangannya memanggil pelayan yang sedang berkeliling mengantar minuman, ia mengambil segelas lalu menghirup aromanya. Berusaha menetralkan hidungnya.
"Aku harus pergi dulu, permisi" katanya sambil melewati pria itu, mengamati seisi ruangan dan mencari tempat disudut yang sepi. Ia hanya ingin tidak tampak mencolok.
"Tunggu, tunggu Mr. Jev, aku ingin mengenalkanmu pada seseorang" pria itu masih berusaha menghalangi Jevian agar ia tidak bisa pergi kemanapun.
"Bisakah kita membicarakannya nanti?"
"Tapi.. tolong beri aku waktu lima menit" pria itu tampak gugup dan berusaha mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan, mencari seseorang.
Senyumnya mengembang saat ia menemukan sosok keponakannya baru saja masuk, Renald menggandeng tangan istrinya memasuki ruangan besar itu.
"Renald, disini" pria itu melambai dengan semangat.
Mendengar namanya dipanggil, sosok yang baru tiba itu langsung menghampirinya.
Jevian sendiri sudah merasa pusing, ada banyak orang yang mulai mengerumuninya meski mereka masih menjaga jarak.
Namun tetap saja bau wanita. Masalahnya adalah bau wanita disamping mereka membuat kepalanya berdenyut.
Ia menyibukkan diri dengan minuman ditangannya, berkali-kali menghirup aroma pekat red wine di tangannya.
"Ini Mr. Jev," pria tua itu menyuruh keponakannya untuk menyapa Jevian.
Ia sendiri masih menunduk mengamati gelasnya saat sebuah tangan terulur ke arahnya, Jevian memaksakan diri untuk mengangkat kepalanya.
Menatap siapa sebenarnya orang yang datang.
"Perkenalkan namaku Renald,"
Dua sosok berdiri menyapa pandangan matanya, satunya adalah pria dan tentu saja seorang wanita disisinya.
Tadinya ia tidak terlalu peduli dan hanya ingin berbasa-basi singkat sebelum pergi menjauhi mereka. Namun wanita yang mengenakan gaun panjang sopan itu mengalihkan perhatiannya.
Sesaat Jevian merasa ia mungkin sudah berhalusinasi, pegangan di gelasnya bergetar saat menyadari wajah wanita disamping pria itu tidak asing.
Sama seperti dirinya, wanita itupun terlihat sedikit kaget, matanya melebar meski sedetik kemudian kembali normal.
Ini adalah wanita itu. Seratus dua puluh persen ia yakin pada ingatannya, meski tujuh tahun berlalu dan gadis itu sekarang menjadi wanita dewasa namun Jevian langsung sadar aroma unik itu kembali menyapa indra penciumannya setelah bertahun-tahun yang lalu menghilang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Endang Sulistia
kaburrrr.....
2025-02-26
0
Lutfy Hutapea
terbaik
2023-09-09
0
Surati
akhirnya ketemu jga ya. setelah 7 tahun msh hafal baunya yg unik. wow amazing😃😃😃
2022-12-11
0