Saat Aurora meninggalkan kantornya, Prabu berusaha menelpon Aurora apa alasan dia pulang jam masih menunjukan pukul sepuluh Pagi.
Prabu mengikuti Range Rover milik Aurora, Aurora tinggal diapartemen kawasan Kuningan kenapa Aurora tinggal diapartemen, bukannya orang tuanya juga tinggal di Jakarta, Prabu tidak tahu alasan Aurora tinggal diapartemen ini.
Prabu mengikuti Aurora dari belakang, saat didepan pintu masuk. Ia langsung memeluk erat tubuh Aurora.
" Terima kasih sudah kembali" Prabu bisa merasakan tubuh Aurora menegang, dulu dia sering memeluk Aurora jika selesai konser amalnya.
"Rara please bicara sama Abang apa salah Abang please Ra..." teriak Prabu frustasi napas masih sesak atas penolakan yang dilakukan Aurora.
Dari pagi sampai malam pun Aurora tidak membuka pintu untuknya, Prabu akan berusaha untuk meraih hati Aurora, akhirnya dia pulang setelah seharian menunggu Aurora yang tidak kunjung membuka pintu untuknya.
Prabu memiliki rumah sendiri ketika pulang, Hari sudah malam, dia pergi ke kamar Arumi dilihat putri kecilnya tertidur lelap dengan guling kesayangannya.
"Prabu papa dengar kamu keluar kantor dari pagi, dari mana kamu?" Tanya Danu dari arah ruang tamu, Danu heran kenapa anaknya tidak bekerja hari ini.
"aku tidak kemana-mana pa.... aku mau istirahat dulu..." Prabu meninggalkan papanya.
Tadi siang Danu masuk keruangan Prabu mencari keberadaan anaknya, Danu tahu anaknya menghadapi tekanan saat ia masuk ruangan Prabu tercium bau alkohol.
" Prabu berhenti minum cairan itu, papa tidak tahu alasan kamu kembali minum.... Nanti membuat kamu menyesal... cukup teman dan sahabat kamu meninggal akibat minuman laknat itu"
"apa yang papa tahu.....semua orang meninggalkan ku...keluarga ku saja tidak pernah mengerti keadaan ku...." ucapnya meninggalkan Danu yang terpaku.
Masuk ke kamarnya Prabu kembali menangis, kekosongan selama empat tahun dilaluinya tanpa Wida istrinya.
"Wid...... kamu tahu dia kembali Wid...... kamu tahu perasaanku kini...... saat melihatnya aku merasakan jiwanya dingin, tidak ada kehangatan yang terpancar dari matanya.....dia tidak mempedulikan aku...... dia berubah.... Wida....... tolong aku bisa untuk mendapatkannya...."
Prabu tidak tahu apa kesalahannya kepada Aurora, wanita yang diharapkan membawa penerangan untuk jiwanya yang kosong pupus dengan sikap dinginnya.
Aurora ternyata pingsan, ibunya menemukan Aurora pingsan di dekat sofa televisi, keluarganya tahu Aurora memiliki Apartemen. Sarah masuk ke unit Aurora terlebih dahulu karena Raditya membeli kopi di cafe apartemen.
"Aurora....... Abang......" Sarah berteriak melihat Aurora pingsan tergeletak dilantai.
"Ada apa cinta..... Aurora....kenapa?" Raditya terkejut melihat anak dan istrinya.
Raditya dan Sarah tadi dari Mabes TNI menghadiri pelantikan Raditya sebagai Danjen Kopassus, bahkan Sarah masih memakai baju Kebaya.
"Abang bantu angkat Aurora bawa ke kamar biar aku periksa" Raditya langsung membopong tubuh Aurora.
Sarah langsung mengambil peralatan kedokterannya, mengukur tensi Aurora 110 per 80 suhu tubuhnya tinggi.
"Abang kita harus bawa Aurora ke rumah sakit ... tekanan darahnya rendah aku takut demam tinggi"
"Cinta..... Aurora sepertinya dalam keadaan tertekan...matanya bengkak seperti habis menangis"
Raditya tidak tahu apa yang terjadi dengan putri kesayangannya, Memanggil Ambulans dan membawa ke rumah sakit. Setelah satu jam pemeriksaan Aurora dinyatakan kelelahan dan stress sehingga ia harus istirahat.
"Abang baju gantinya ada di ruangan aku, bisa ganti dulu pasti gerah pakai seragam begini" Sarah menghampiri suaminya yang duduk di sofa ruangan perawatan.
"Cinta..... apa Aurora menyembunyikan sesuatu dari kita.... Abang khawatir kondisinya seperti sepuluh tahun yang lalu seminggu sebelum ke Amerika" kenang Raditya, Aurora pulang kehujanan dengan keadaan mata sembab akhirnya Aurora pingsan.
"Mungkin dia cuma jetlag karena Jumat baru datang dari Amerika, Senin masuk kerja... Abang tenang ya ada aku...." Sarah mencium pipi suami agar perasaannya tenang.
Mata Aurora terbuka saat melihat keadaan disekitarnya, ia berusaha untuk bangun.
"Gaat het lieverd?" ucap Sarah pelafalan bahasa Belanda karena ayah Sarah merupakan orang Eropa.
"mama ik ben oké" Aurora meminta minum karena haus.
"Ra seminggu ini kamu istirahat total, Ayah khawatir kondisi kamu pingsan tadi" Raditya menghampiri anaknya.
Aurora memberikan simbol untuk memeluknya akhirnya mereka bertiga berpelukan memberikan kekuatan satu sama lain.
Tiga hari Aurora menjalani perawatan di rumah sakit, diperbolehkan untuk pulang, Aurora mengajak Antariksa pergi ke puncak Bogor untuk refreshing.
Sejak kejadian diapartemen itu Prabu tidak melihat Aurora berada di kantornya, Prabu khawatir jika Aurora menghilang seperti sepuluh tahun yang lalu, dia terus mencoba menelpon Aurora tapi hasil nihil hanya suara operator seluler.
"Serena kamu tahu kabar Ditha sudah tiga hari Mas tidak melihatnya.... Karena rencana projects kedepannya belum kita bahas karena dia cancel terlambat 2 menit" keluh Prabu di ruangan adiknya Serena.
"aku juga bingung Mas kemana tuh anak... apa dia sakit ya.... tunggu...tunggu Mas lihat" Serena berteriak melihat postingan Aurora berada di puncak.
"Cantik" ucapan Prabu keluar dari mulutnya tanpa sadar, foto pertama Aurora tersenyum bahagia dengan rambut tergerai indah. foto Kedua digendong seorang Laki-laki.
"kamu tahu siapa ini ?" menunjuk laki-laki yang bersama Aurora, dia hanya pernah mencium kening Aurora, Prabu merasa iri dengan laki-laki itu.
"Oh dia adiknya Mas.... Antariksa itu yang aku tahu Mas...pernah ketemu dulu".
Prabu tersenyum bagaimana bocah ompong merusak rencananya untuk pergi dengan Aurora, dia akan selalu mengikuti kakaknya. Akhirnya dia sering membelikan makanan untuk bocah itu. Sekarang bocah itu telah tumbuh dewasa dan rupawan.
"Kenapa mas kamu senyam senyum ga jelas gitu... Naksir ya sama Reditha... Saingan kamu banyak mas" Serena melihat kakak tersenyum hangat.
"Kamu bisa aja.... laporan kemaren sudah selesai 10 menit lagi kita meeting dengan asisten manager IT" Prabu beranjak dari ruangan adiknya.
*******
Hari ini agenda pembahasan tentang teknik Teknologi terbarukan untuk perusahan properti, Kalandra Tecno bekerja sama dengan berbagai perusahan multinasional.
"Pak rapat sepuluh menit lagi" ucap Dimas masuk keruangan Prabu, Dimas keluar ruangan setelah Prabu memberikan simbol Ok.
Rapat dirancang khusus sehingga seluruh direktur ikut serta dalam rapat kali ini.
"Mas Prabu sudah siap?" Dian masuk ke ruangan Prabu tanpa mengetuk pintu.
"kamu tidak punya Etika ya. Saya paling tidak suka orang masuk tanpa permisi....dilingkungan kantor berbicara sopan panggil saya dengan formal" ucap dingin Prabu tanpa melihat wajah Dian yang memucat mendengar ucapannya.
"Ma...aaf Pak... saya duluan seperti rapat sudah dimulai" Dian keluar ruangan Prabu niatnya ingin menggoda Prabu pupus sudah bahkan dia sudah tampil dengan paripurna.
Rapat langsung dipimpin oleh Prabu sehingga para direktur akan mengetahui alur kedepannya.
"Bagian manajer IT mungkin tidak datang karena Ibu Raditha Senin malam masuk rumah sakit" ucap perwakilan dari IT.
Prabu terkejut mendengarkan kabar Aurora masuk rumah sakit.
"yessss semoga perempuan itu lama tidurnya" guman Dian memainkan rambutnya.
Belum lama Dian merasa bahagia pintu ruangan meeting terbuka, Aurora masuk keruangan meeting dengan penampilan baru mengunakan poni. Dari atas sempai ke ujung kaki bisa ditaksir harga yang dipakainya dari rumah mode Prancis.
"Maaf saya terlambat.. " hanya itu yang diucapkan Aurora lalu duduk didekat sahabatnya.
Semua orang yang berada diruangan meeting terpana dengan keanggunan seorang Aurora, memekai pakaian selalu tertutup tidak memperlihatkan lekuk tubuhnya. Aurora mengunakan atasan warna biru langit dipadukan celana katun warna Dongker.
Selama rapat berlangsung Prabu tidak mengalihkan pandangan kepada Aurora yang sedang presentasi didepannya memegang spidol dan menulis dipapan white board.
"Bagaimana pendapat bapak Prabu tentang rencana yang telah saya susun dengan tim" Aurora memberikan pertanyaan kepada Prabu yang memperhatikannya.
"Aduh.... ada apa Serena" Serena mencubit pinggang kakaknya karena tidak fokus.
"Mas...Ditha menunggu jawaban kamu tentang projects timnya" jelas Serena.
"Saya setuju dengan semua rencana kamu" tanpa mengalihkan tatapannya.
Semua orang sangat kaum bagaimana seorang Reditha Aurora menjabarkan perencanaan untuk masa depan Kalandra, perspektif yang akan didapatkan Kalandra Tecno.
Dian sangat jengkel semua orang mengagumi Aurora bahkan Prabu tidak mengalihkan tatapannya ketika Aurora Presentasi.
"Dit nanti lu datang ke ruangan gue, lu harus coba masakan gue yaaa" pinta Serena ketika rapat telah selesai.
"Ok gue kesana" Aurora pamit kepada bawahannya tidak bisa mengikuti makan siang bersama.
Dari dulu Serena senang makan bersama Aurora. "Gimana Ditha?" tanya Serena ketika ia melihat Aurora menutup mata.
"luarrrr biasa enak" ucap Aurora.
"Serena..... Mas.." ucapan Prabu terputus melihat seseorang ada di ruangan adiknya.
"Aunty....... Lumi...... kangen....." Arumi masuk ke ruangan Serena.
🌺🌺🌺🌺🌺
To be continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments