Tiit......Tiiittt...
Suara Elektrokardiogram terdengar melemah di ruangan milik Siska,pertanda jika wanita tua itu telah selesai menghembuskan nafas terakhirnya.
Suara isak tangis dari sanak keluarga yang sempat datang terdengar pilu oleh setiap pendengar nya menandakan jika mereka masih belum siap untuk di tinggalkan oleh wanita tua itu.
Celine menatap wajah kaku tak bernyawa itu dengan sendu,menyesal karna tidak bisa menemani wanita tua itu lebih lama tadi malam.
"Auntie..auntie" Seorang anak kecil yang tidak Celine ketahui namanya itu terlihat datang ke padanya dan menarik narik baju nya.
"Ada apa sayang?" tanya Celine ramah.
"Kenapa nenek tidur lama sekali?"tanya gadis kecil itu dengan wajah imutnya.
Walau pun Celine masih belum mengetahui siapa anak ini tapi dia benar benar sudah terpikat dengan gadis kecil itu.
"Nenek kamu dimana cantik?" tanya Celine,dia perlahan mencoba untuk mensejajarkan tubuhnya yang semampai dengan gadis kecil itu.
"kapan nenek akan bangun?" tanya gadis itu lagi tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan dari Celine.
"Mmm...Nama kamu siapa?" tanya Celine berusaha mengalihkan pembicaraan mereka karna dia tidak mengerti apa yang tengah di bicarakan oleh anak manis di hadapannya itu.
"Aku Ra-"
"Non Rara! Ayo kesana nanti daddy marah" ucap seorang wanita yang terlihat seperti baby sitter itu,dia bahkan terlihat sedikit tergopoh gopoh saat menghampiri mereka.
"Dada Auntie cantik" ucap gadis itu ramah sambil melambai lambaikan tangannya kepada Celine saat dia hendak kembali masuk ke dalam salah satu ruangan di samping kamar Siska.
"Rara? Nama yang cantik sesuai dengan kepribadiannya"ucap Celine,melihat gadis itu setidaknya mampu mengurangi sedikit rasa bersalah dalam dirinya kepada siska.
"Tapi siapa neneknya?" gumam Celine karna yang dia tahu ruangan yang dimasuki gadis itu tadi biasanya adalah ruangan yang hanya digunakan untuk keluarga pasien.
ooOoo
"Ini ada titipan surat untuk mu dari ibu Siska,pasien yang baru saja berpulang" ucap salah seorang resepsionis kepada Celine sesaat setelah mayat Si pemberi surat di kabarkan sudah sampai di kediamannya.
"Bu Siska?" tanya Celine heran,dia sama sekali tak menyangka Siska akan memberikan sebuah surat padanya.
"Iya.Tadi seorang pria paruh baya yang mengaku sebagai pengacara beliau yang menitipkan surat ini" ucap resepsionis itu sambil menyodorkan sebuah amplop berwarna putih kepada Celine.
Setelah mengucapkan kata terimakasih,Celine pun langsung berlalu dari hadapan lawan berbicaranya sambil membawa amplop putih itu.
Sesampainya di ruang peristirahatan yang ada di salah satu ruangan dirumah sakit itu Celine pun langsung membuka amplop itu dengan tak sabaran,penasaran dengan apa yang ada di dalam amplop misterius itu.
"Foto?" Celine mengerutkan keningnya saat melihat sebuah foto yang ada di dalam amplop itu.
"Bukankah ini Rara? Gadis kecil yang ada di depan ruangan tadi?" Celine terkejut saat mendapati fakta jika gadis yang ada di foto itu adalah gadis yang sama yang sudah dia temui di depan ruangan Siska pagi tadi.
"Selamatkan Rara,cucu ku?" Celine terkejut saat membaca sebuah pesan singkat yang ada di balik foto Rara.
"Jadi dia adalah cucu mama Siska? Jadi dia adalah anak....." Celine menutup mulutnya tak percaya saat satu persatu pengatahuannya menyimpulkan jika Rara adalah cucu Siska yang selalu di salah kan ayahnya atas kematian ibunya sendiri.
"Astaga...." Celine merasakan hatinya perlahan mengkerut saat menyadari jika gadis cantik nan imut yang baru saja dia temui adalah anak yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ayahnya sendiri.
Disisi lain di saat yang hampir bersamaan terlihat Putra dan juga pengacara kepercayaan ibu nya tengah duduk di ruang tamu sesaat setelah mayat Siska di semayam kan di tempat yang seharusnya.
"Ada apa?" tanya Putra acuh tak acuh.Dia yang tidak mengetahui sama sekali tentang wasiat ibunya terlihat sangat santai saat menghadapi pengacara kepercayaan dari ibunya.
"Saya datang kemari untuk menyampaikan wasiat dari ibu Siska" pengacara itu mengatakan tujuan dia datang kemari.
"Wasiat? Tidak bisakah kau membicarakannya saat suasana sudah mulai membaik? Tidak bisakah kau melihat jika saat ini kami sedang bersedih? Aku tahu kau gila harta tapi bukan kah ini sudah berlebihan?" Putra terlihat sangat kesal kepada sang pengacara.
"Saya juga berharap bisa demikian tuan,tapi jika saya menunda ini akan berakibat buruk pada Anda" ucap pengacara itu masih dengan nada tenangnya tanpa terpengaruh dengan hinaan yang di berikan oleh Putra padanya.
"Maksud mu?" tanya Putra,dia memicingkan matanya kepada sang pengacara.
"Ini tuan" ucap si pengacara lagi sambil menyodorkan sebuah dokumen yang Putra tidak ketahui apa isinya itu.
Dengan enggan putra pun perlahan menggapai dokumen itu dan membukanya.Matanya langsung membulat sempurna sesaat setelah dia membaca beberapa kata yang tertera di sana.
"Apa ini? Menikah dengan seorang suster bernama Celine? Apa kau sudah gila?!" marah Putra kepada pengacaranya yang masih terlihat santai meminum kopi yang baru saja di sodorkan oleh salah satu pembantu di rumah itu.
"Itu adalah murni permintaan dari ibu Siska,dan sebaiknya anda segera melakukannya karna saya sudah menyiapkan dokumen untuk menyerahkan harta kepada masyarakat" ucap pengacara itu terdengar mengancam di telinga Putra.
"Shit!" umpat Putra lagi.
"Seperti yang anda lihat,jangka waktu yang tertera di sana hany tujuh hari dan saya sarankan anda agar segera melaksanakan nya" pengacara itu kembali mengingatkan.
"Aku mengerti! Kau pikir aku bodoh?" kesal Putra lagi.
"Baiklah jika anda mengerti,kalau begitu saya pamit" ucap si pengacara.Setelahnya pria yang sudah terlihat ber uban itu pun langsung berdiri dari duduknya dan pergi dari kediaman Putra.
Putra meremas kepalanya yang terasa langsung berdenyut saat membaca wasiat dari ibunya tersebut.Dia benar benar tidak menyangka jika ibunya akan berbuat seperti itu.
"Daddy daddy daddy" pangil gadis kecil itu dengan senyuman yang tak pernah lepas dari bibirnya.
"Ayo main" ajak nya lagi sambil perlahan menarik tangan Putra agar mengikutinya.
"Daddy lagi sibuk Rara" tolak Putra.
"Ayo dad" ajak Rara lagi.
"Udah di bilang daddy sibuk! Kamu tuh ga bisa di bilangin banget ya!" bentakan Putra berhasil membuat Rara melepaskan tangannya.
"Hiks hiks" gadis kecil nan malang itu perlahan menangis,takut dengan amarah dari ayahnya.
"Diam! Jangan nangis" bentak Putra lagi.
"Huaaaa hiks hiks hiks" Rara semakin menjadi dan semakin pula membuat Putra kesal.
"Bi!!! Bibi!!! urus Rara! Kalo dia nangis lagi awas aja!"ucap Putra pada salah seorang wanita tua yang sudah bekerja lama dengan keluarga nya.
"Yaampun neng geulis,kasian banget" ucap ibu tua itu sambil perlahan membawa Rara ke dalam kamarnya.Dia sangat menyayangkan ke tidak pedulian Putra kepada anaknya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
ardiani 2087
sadarlah Putra,,,Rara itukan anakmu darah dagingmu,,, lembut sikit napa sih... geram aku bacanya...
2021-05-18
0
MakMak sholehot_69 mahahiya 💫
pengen dah cepet2 nikah ama celine,,, biar dia jdi pria lembut,, jdi hot husband dan hot daddy😁😁
2021-04-03
0
MakMak sholehot_69 mahahiya 💫
wahhh,,, bukan sugar daddy nih putra😁😁
2021-04-03
0