POV Pandu
Pertemuan dengan karyawan baru bernama Kiand sukses menguras kantongku, bodohnya aku, kenapa saat itu refleks merangkul Kiand. Aku ingin memperlihatkan pada Bintang jika aku bisa move on darinya, dan yang paling utama, aku ingin tahu apa Bintang akan cemburu, jika aku bersama wanita lain, tapi nyatanya dia terlihat santai, Candra memang pangeran yang Bintang gambar saat kecil dulu.
Setelah membelikannya beberapa setel baju, aku mengajaknya makan siang, bagaimanapun dia harus makan sebelum melanjutkan pekerjaannya. Aku membawanya ke salah satu Resto yang biasa ku kunjungi bersama Bintang.
Aku dan Kiand sudah berada di Dabiel Vigone Resto, Restoran bergaya Itali ini menjadi tempat favorite kami saat ingin melepas penat, atau hanya untuk mengisi perut yang berteriak karena kami terlalu sibuk dengan pekerjaan, Bintang sangat menyukai pasta itu alasan utama kenapa tempat ini menjadi tempat favorite kami.
"Pak! " panggil Kiand, dia tampak aneh berada di restoran mewah. terlihat dari matanya yang terus memutar, menatap sekeliling resto yang di dominasi dengan lampu gantung mewah dan elegan.
"Kenapa? " tanyaku menahan tawa
"Kenapa kita kesini sih? " Pertanyaan yang seharusnya tidak perlu di tanyakan menurutku, karena sudah jelas kita mau makan.
Aku mendengus pelan "Bodoh"
"Apa? bapak bilang saya bodoh? " Nadanya meninggi membuat beberapa pengunjung memperhatikan meja kami
"Bisa gak kamu pelanin suara kamu, liat deh, kita jadi pusat perhatian karena suara kamu yang pengang dan bikin telinga sakit! " titahku sedikit malu
"Yah... abis, tadi bapak bilang saya bodoh! " sahutnya sambil melipat kedua tangan dan menaruhnya di dada
"Yah jelas! kita ke tempat makan memangnya mau mancing, udah tau mau makan, pake nanya mau ngapain? " kataku kesal
"Yahh.. maksud saya kenapa kesini!" sahutnya "Liat deh, aku aja gak bisa baca menunya! apa lagi makannya! "
"Jadi, kamu belum pernah makan di restoran itali? " tanyaku heran, selama ini banyak wanita yang memilih restoran itali untuk mereka ngedate, atau makan bersama teman-temannya, dan ku fikir pasta sudah menjadi makanan yang lumrah di Indonesia terutama di kota besar seperti jakarta.
Dia menggelengkan kepala" Saya biasa makan di warteg, atau di pecel lele! "
"Ya udah, mulai sekarang, kamu harus terbiasa makan, makanan seperti ini!" tekanku
"Tapi pak! "
"Udah percaya aja sama saya! " potongku, saat dia mulai protes
Setelah melihat menu makanan, aku memanggil pelayan Resto untuk memesan beberapa makanan yang biasa ku pesan saat aku bersama Bintang. Aku berharap makanan itu bisa cocok di lidahnya
" Saya pesan Pasta Carbonara dan Risotto , hmm minumnya lime sitrose soda satu dan... " aku berhenti sejenak, menatap Kiand yang masih fokus pada buku menu "Kamu mau minum apa? " tanyaku pada Kiand
"Hmm apa ya pak? saya bingung pak! " Dia terlihat menggaruk kepalanya yang tak gatal, sedang matanya masih fokus pada buku menu
"Ya sudah Ice teanya satu! " jelasku pada pelayan resto yang berada di sampingku
"Ohh baik Pak! ada lagi? " tanyanya
"Itu aja! " jawabku
Pelayan itu meninggalkan meja, sedang Kiand masih bergulat dengan buku menu di tangannya, bibirnya terlihat berusaha mengeja nama makanan yang tertulis di buku menu
"Laaa-sag-naaa...! " ejanya terlihat begitu sulit
" Lah-Za-nya..! " sahutku membenarkan cara bacanya
Dia menganggukan kepala "Ohhhhhhh!!! "
"Bru-che-ta... " dia membaca menu lainnya
"Bukan begitu, Bru-sket-ta! " jelasku
"Ahhhh susah ahhh! enak juga di wateg tinggal tunjuk, ini, itu kenyang! " ujarnya menutup buku menu yang ia pegang dan menaruhnya di atas meja.
"kamu belum coba aja makanan itali! " gumamku
"Yahhh pak! saya harus mikir ribuan kali untuk beli pizza, atau spageti, " jelasnya membuatku miris
"Permisi ini pesananya! " Seorang pelayan menaruh sepiring pasta carbonara, dan risotto di atas meja, serta minuman ice tea, dan lime sitrose soda.
Kiand nampak semakin bingung saat semua menu yang ku pesan sudah berada di atas meja
Aku menyodorkan sepiring pasta untuknya " Ini namanya Pasta Carbonara"
"Cara makannya gimana? " tanyanya
"Yah tinggal di makan, masukin ke mulut! " jawabku "Kamu pernah makan mie instankan? "
"Pernah " jawabnya manja
"Ya udah sama aja, kamu bisa makan pakai garpu atau pake sumpit " jelasku sambil menyodorkan garpu dan sumpit yang sudah di sediakan "Gitu aja repot, udah jangan banyak tanya saya lapar, energi saya terkuras kalau dekat kamu! "
Aku segera mengambil sepiring Rissoto dan melahapnya dengan kesal, Ku lihat Kiand masih belum menyentuh makanannya dia, dia masih memperhatikan pasta itu dengan wajah bingung
"di makan bukan di liatin! " sahutku sambil menyantap makananku
"Pak! disini gak ada ayam goreng, atau mie goreng gitu? " tanyanya seperti tidak selera
"Ada! " jawabku
"Ya udah pesen itu aja pak! " pintanya
"Di warung tenda depan! " sahutku
"Ihhh, saya serius! " ujarnya kesal
"Saya juga serius, di depan biasanya suka ada warung tenda yang jual pecel ayam atau mie goreng! " jelasku
"Saya gak mau makan! " Dia mendorong piring menjauh darinya
"Orang tuh kalau nemu sesuatu yang baru di coba dulu, jangan langsung menolak, dan beranggapan kamu gak suka ! " kataku sambil menatapnya dengan kedua tangan yang masih memegang sendok dan garpu
"Iya deh! " Dia kembali menarik piringnya, dan memakan selembar pasta menggunakan garpu
"Hmmm gimana? " tanyaku setelah pasta itu sudah berada di dalam mulutnya, Dia hanya mengagguk, keningnya berkerut, seperti sedang membayangkan sesuatu
"Kaya spageti ya pak! cuman memang bentuknya lebih lebar, sama sausnya agak aneh! " jelasnya
"Namanya juga pasta Kiand, masih satu familly cuman beda bentuk! " jawabku sedikit kesal.
"Ohhhh...! " jawabnya panjang.
Kami menikmati makan siang dengan sepiring risotto dan pasta carbonara, Kiand adalah wanita kedua setelah Bintang yang bisa duduk berdua bersamaku di sebuah meja makan, Entah kenapa aku melihat ada sisi berbeda dari Kiand, kepolosannya, sikapnya yang sedikit bertingkah , dan kecerobohannya justru membuat aku melihat sudut pandang lain dari seorang wanita.
Terkadang ekspetasi seorang pria pada wanita itu terlalu tinggi, terutama untukku yang terbiasa melihat Bintang, yang canyik, pintar, dan lemah lembut, dan saat ini aku di hadapkan oleh wanita yang berbeda 180 derajat dengan Bintang, tapi entah kenapa aku merasa tahan, dengan semua sikapnya yang aku fikir itu menyebalkan
"Pak, ini udah jam dua, aku pasti di cariin! " Kiand terlihat panik sambil menatap jam dari ponselnya
"Kamu tenang aja, bilang saja kamu pergi sama saya! " jawabku
"Ohh gitu, tiap hari aja pak kaya gini! " sahutnya, dan ku balas dengan tatapan setan yang langsung tepat pada bola matanya yang hitam
"Jangan ngarep kamu! " sahutku
"Iya.. iya..! " dia menundu kan kepala sambil menyesap ice tea yang ku pesan
Setelah selesai makan siang dan membayar tagihan, aku kembali ke kantor, banyak orang yang memperhatikanku dan Kiand, mungkin mereka berfikir bagaimana aku bisa bersama karyawan seperti Kiand, sedang semua orang kantor tahu, tidak biasanya aku membawa wanita lain kecuali Bintang.
"Saya langsung ke ruangan.hutangku sudah lunas ya! jadi jangan berfikir untuk pecahin kaca mobil saya! " tegasku
"Heheh siap pak! " jawabnya sambil menaruh ujung jari di keningnya
Aku bergegas ke ruangan kerja menggunakan lift khusus direksi sedang Kiand menggunakan lift satunya, saat aku masuk ruangan ku lihat Candra sudah duduk di sofa panjang, sambil membaca majalah
"Ngapain lo mas! " tanyaku terkejut
"Gak boleh mas main ke ruangan kamu? " tanyanya sambil menutup majalah dan menaruhnya di atas meja
"Boleh! tumben aja! " jawabku sambil menghempaskan tubuhku di atas kursi hitam di balik meja kerja
Mas Candra berjalan dan duduk di kursi sebrang meja kerja "Cewek itu, beneran pacar kamu? " tanyanya penuh curiga
"Iya! kenapa? "
"Gak papa, cuman aneh aja, dia sangat berbeda dengan Bintang sepertinya? "
"Maksud lo apa? " tanyaku. Saat itu penampilan Kiand memang jauh dari kata baik, rambut acak-acakan, baju kotor, dan tak ada make up seperti yang biasa Bintang pakai
"Yah, mas kok liatnya, dia kaya karyawan baru ya? " tanyanya
"Dia memang karyawan baru" jawabku "dia orang fit out! "
"Ketemu dimana kamu? "
"Bukan urusan lo! " jawabku ketus "Kalau gak ada yang di tanyain lagi, mending pergi deh! " usirku geram
"Lo masih marah sama mas?" tanyanya, sebenarnya aku gak mau membahas masalah Bintang atau hubungan mas candra dengan Bintang, itu sama aja menggoreskan luka di tempat yang sama "Mas minta maaf! mas gak pernah bermaksud, ngerebut Bintang dari lo, mas fikir lo sama bintang hanya berteman gak lebih" penjelasan yang sudah sering aku dengar. Mas candra memang tak sepenuhnya salah, Hubunganku dan Bintang memang tidak ada yang tahu, karena kebersamaan kita yang intense dan kebiasaan orang memandang kami hanya bersahabat, padahal kami sudah komitmen tapi sayang, Perasaan Bintang sama seperti pandangan orang hanya sahabat
"Udah lah mas! gue lagi gak mau bahas! " ujarku
Mas Candra menatapku, dia menepuk punggung tangaku yang ku taruh di atas meja "Jangan pernah mencari pelampiasan , karena luka di hati kamu! "
Dia beranjak dan meninggalkan ruangan kerjaku. Rasanya hatiku semakin sakit, rasa sayangku untuk bintang sudah terlalu besar, bagaimana mungkin aku bisa melihat mereka di acara pertunangannya nanti. Minggu depan adalah hari dimana dunia ku runtuh, harapanku musnah dan impianku hancur. Wanita yang ku impikan akan menjadi pasangan hidupku akan bertunangan dengan laki-laki lain, yang adalah kakak kandungku, orang yang dulu selalu aku banggakan, orang yang tak pernah lelah melindungi ku, di saat aku selalu melakukan kesalahan.
"Aggghhhhhhhh! " aku melempar buku agenda yang berada di atas meja
Sulit untuk bisa menerima keadaan yang terjadi saat ini. Ku usap wajahku beberapa kali, berharap emosiku mereda. Di saat seperti ini, alkohol adalah sebaik-baiknya penenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
BirVie💖🇵🇸
buruan move on Pandu ..
lagian Candra mau aja yaa sama Bintang yg notabene adalah pacar Pandu 🤔
2022-12-27
0
yu2nnh
kasian banget kamu kiand..weh masih polos nih pandu..sikaat
2021-09-18
0
lyani
pakai pepatah dong Ndu....hilang satu bertunas ribuan 😂😂😂
2021-02-15
1