Married With MR.LEON S1 & S2
Pov Sara.
Namaku Sara Anjani Salim, aku Anak dari Ibrahim Salim, Dan Rianti.
Ayahku seorang GM diperusahaan nomor satu dikota metropolitan ini, Bisa dibilang hidup aku sangat baik. Aku memang tak pernah kekurangan sedari kecil, Bahkan sekarang aku kuliah di Universitas elit dikota ini, dan sekarang sudah masuk semester 4kuliah.
Aku juga memiliki teman yang bernama Amelia sari, Orang Palembang yang tiap balik mudik suka bawa Empek-empek.
"Sara, bangun ini udah siang. Katanya ada kuliah" Suara mamah yang selalu indah didengar setiap membangunkan tidur itu, setiap selesai sholat subuh, aku sering tidur lagi. Karna kuliah gue masuk jam 10pagi.
"Pagi mamah," serakkusambil mencium pipi Mamahku.
"Sanah mandi, bau iler. Kebiasaan anak perawan abis subuh suka tidur lagi."Omelnya, memang setiap hari begitulah, tapi aku yang manja dan keras kepala ini memang tak pernah mendengarkan mamah.
"Siap bos" Gue bangun dari ranjang empukku, dengan rasa malas aku membersihkan diri.
Setelah 25menit gue menjingjing tas kuliah gue lalu turun untuk makan.
"Mamah mau kemana" Tanyaku saat melihat Mamah sudah rapi.
"Mamah mau kepanti, Mau liat anak-anak panti" Ujar mamah.
"Mau aku anterin gak" Tawarku, sambil mengunyah sandwith buatan mamah.
"Aku juga berangkat sekarang"
"Kan beda arah ka"Jawab mamah.
"Gapapa mah cuman beda beberapa kilo meter aja, masih banyak waktu juga" Sekali lagi tawarku pada mamah.
"Oh ya udah kalau gak ngerepotin kamu" Mamah langsung menyeretku keluar, emang deh ah, tadi gak mau sekarang malah aku yang ditarik.
Aku pun mengantarkan mamah sebelum berangkat kuliah, mamah memang suka kepanti asuhan setiap 2minggu sekali.
'Disini aja ka, mamah mau beli maenan buat anak panti dulu" ujarnya menghentikan perjalanann..
"Gapapa, aku tungguin"
"Gak usah, nanti telat lagi" cegahnya.
Karna memang waktunya 30menit lagi terpaksa aku ninggalin mamah diMall itu.
Setelah 25menit aku sampai disekolahanku.
Brukkk...
"Ehh maaf," Ujarku sambil membantu mengambil buku-buku yang tidak sengaja aku tabrak orangnya itu.
"Iya tidak apa-apa" Timpalnya, Aku menadah kepalaku saat mendengar suara itu, ternyata sikutu buku yang tidak sengaja aku tabrak itu.
"Sekali lagi maaf ya" Ucapku, karna tak enak. Aku pun meninggalkan dia yang mau ke perpus itu.
"Baru nyampe ,Ra?Tanya Amel karna aku biasanya berangkat lebih awal dari dia.
"Iyaa, nganterin mamah dulu" Timpalku sambil menyimpan tas dimeja dan duduk.
Tak lama setelah itu jam pelajaran pertama pun dimulai..
Setelah sekitar satu jam setengah itu, dosen pun keluar dari ruangan.
"Ganteng banget sih kalau lagi gitu" Racau amel.
"Liat apaan sih?" Tanyaku sambil celingukan mencari objek yang dikagumi Amel itu.
"Itu si Ari" Timpalnya sambil senyum-senyum sendiri.
Aku pun menegok melihatnya, ya biasa aku menyebutnya sikutu buku. Pantes saja dia dapat beasiswa bahkan aku denger dia direkomendasikan ke Jerman. Dia tidak memakai kaca mata tebal atau baju yang seperi jaja miharja, cuman dia kemana-mana yang dibawa cuman buku, makannya aku menamainya sikutu buku.
Aku mengerjap saat menyadari kalau dia juga lagi liatin aku. Aku kembali menghadap kedepan dan membereskan buku-buku sebelum kekantin dan melanjutkan pelajaran ke 2.
Tak lama aku dikantin, suara dering hpku terdengar diruang kantin itu, membuat seluruh penghuni kantin mentapku.
"Kenapa nada telponku kenceng sekali"Gumamku pelan.
"Biar kedengaren kalau gue telpon"Ujar Amel dengan santainya.
Oh ternyata itu kerjaan Amel, memang sahabatnya ini selalu saja usil padanya.
"Hallo" Ucapku saat menerima telpon itu.
" Benar dengan keluarga Salim" Ujar seseorang disebrang telpon itu.
"Iya benar, saya sendiri!! ada apa ya pak?" Tanyaku sedikit bingung.
"Nona, keluarga anda masuk rumah sakit" Ujarnya disebrang sana, Sara yang mendengar itu pun langsung syok. Bahkan dia langsung berlari meninggalkan kantin itu membuat penghuni kantin menatap padanya, begitu pun Amel yang masih bengong.
"Dirumah sakit mana?"
"........"
Sara langsung melajukan mobilnya kealamat rumah sakit yang disebutkan itu, tanpa butuh waktu lama dia sampai disana.
"Korban kecelakaan" Ucapnya keras pada suster yang berjaga itu.
"Atas nama si..
"Keluarga Salim" ucapku memotong omongan suster, aku sudah tidak bisa berpikir jernih lagi, bagaimana bisa Papah dan Mamah kecelakaan, pada jelas-jelas tadi pagi mereka baik-baik saja.
"Ruangan angrek no 10, lantai 2" Ujarnya, tanya babibu aku langsung menaiki lift untuk kelantai 2.
"Tolong, kalian harus baik-baik saja" Doanya dalam hati,
Sambil terus terisak, aku terus berjalan menelusuri lorong, mencari ruangan yang disebutkan suster tadi.Udah seminggu sekarang Mamah dan Papah dirawat diRumah sakit, Pengeluaran rumah sakit yang semakin hari semakin besar.
Bahkan uang tabunganku terkuras untuk bayar operasi mamah yang ke 5kalinya.
"Sara, Saya mau bicara sama kamu" Ujar Dokter yang merawat orang tua Sara itu.
"Ah iya dok" Sara pun mengikuti Dokter itu.
"Sara benturan yang terjadi pada Papah kamu cukup keras perdarahan yang ada dikepalanya pun cukup serius, saya ti.."
"Saya mohon dok, tolong selamatkan kedua orang tua saya.. Saya pasti cari uangnya untuk biayanya." Mohonnya. Sara tak mungkin rela kalau dia membiarkan orang tuanya pergi. Apalagi kasus ini yang belum jelas apa penyebab orang tuanya sampai masuk rumah sakit.
.
"Belom dapet topiknya, Ra.? Tanya Ari. Aku pun langsung tersadar dari lamunan itu setelah Gina ikutan menatap.
"Ehhh.. ituuu ..emmm iyaaa, pusing banget" Timpalku gugup.
"Ini bagus ko topiknya" Jawab Gina datar. Kadang aku bingung, biasanya dicerita novel sama drakor yang aku tonton, cowo yang biasanya datar gitu tapi kenapa dikehidupan nyata malah kebalik.
"Iyaa, bener kata Gina. Ini bagus ko" Jawabnya timpal. Aku pun menganguk-nganguk dan mulai mengerjakan deskripsi itu.
Waktu terus saja berputar tanpa sadar sudah jam 7malam.
"Gue pulang duluan ya,!!" Pamit Gina.
"Iya hati-hati ya" Timpalku.
"Ya udah aku juga ya" sekarang giliran Ari yang pamit.
"Oh iya" Jawabku.
Setelah teman-temanku pergi, aku pun merenggangkan pinggangku yang pegel ini, sebelum itu aku pun memesan makanan, karna perutku sudah keroncongan.
Ting.
Suara hp Sara berbunyi.
📱Amel Whatsap.
Dimana lu?
📱Gue..
Dicafe xxx..
Lagi makan gue laper abis ngerjain tugas.
📱Amel Whatsap..
Gue ke sana ya..
📱Gue..
Hmmmm....
Aku pun melanjutkan makan ku setelah membalas pesan Amel itu.
"Uhukkk.. uhukkkk" Gila siapa lagi yang nepuk aku.
"Hahahaha"Tawa Amel pecah.
"Gila ya lu, mau bikin gue mati ya" Omelku karna kesal.
"Sorry,hehehe"
"Eh, gue nginep dirumah lu dong" Ujar Amel sambil memakan makananku.
"HAH!! ngak bisa deh Mel, gue masih ada urusan," Ujar Sara, sambil meninggalkan Cafe itu dan membayar makanannya. Dia belom bisa cerita yang sebenarnya sama Amel, apa yang terjadi pada keluarganya.
Dengan mobil yang hanya tersisa satu dirumah, menjadikan satu-satunya alat tranfortasiku.
Pembantu-pembantu dirumah pun terpaksa aku pecat, karna aku gak bisa bayar mereka lagi, duniaku benar-benar hancur dalam satu kejap mata.
"Apa yang harus aku lakukan" Tanya Sara pada dingding yang hening. Rumah besar dengan yang dulu begitu hangat dan ramai berubah seketika.
"Apa tuhan sedang menghukumku"
Tanpa sadar Sara terlelap karna lamunannya.
Tok
Tok
Tok
"Suara apaan sih pagi-pagi gini" Sara mengeliat dari tidurnya, karna mendengar suara rusuh diluar rumahnya itu.
Ceklekkk..
"Selamat pagi, Kami dari pihak bank ingin menyampaikan bahwa semua fasilitas Atas Nama Ibrahim Salim, kami sita" Ujar Petugas bank.
" Kenapa disita pak?" Tanyaku tak terima, ada hutang apa papah sampai harus disita begini.
"Papah kamu korupsi"
Sara menengok melihat siapa yang bicara begitu, mana mungkin papahnya berbuat begitu.
"Papah kamu mau kabur, tapi naas malah kecelakaan" Ujarnya lagi.
"Gak mungkin"
"Paman, papah gak mungkin begitu, Sara kenal ko seperti apa papah" Racaunya, dia benar-benar tak bisa menahan air mata yang terus keluar itu.
" Tapi emang itu kenyataannya"Jawabnya santai, sambil tersenyum menyerigai.
Sara masih saja terisak didalam pelukan pamannya itu, dia masih berharap semua ini hanyalah mimpi. Iyaa ini mimpi,, tapi kenapa sakitnya terasa nyata.
"Tolong beri saya waktu buat ambil barang-barang saya" Ujarnya sambil melepaskan pelukanya itu.
"Baik"
Setelah 35menit Sara merapihkan barang-barangnya,
"Termasuk mobil dan kartu kredit Anda juga kami sita nona"
"Hah, tapi" Dengan terpaksa Sara memberikan kunci mobil dan semua kartu berduitnya itu.
"Maafin Paman ya Sara, om gak bisa bantu kamu" Ujarnya menenangkan.
"Gapapa ko paman" Ucapnya, sambil memperlihatkan sedikit senyumannya.
"Sekarang kamu mau tinggal dimana?"
"Maaf Nona, tuan Kami permisi dulu" Pamit pekerja Bank, yang sudah menyelesaikan tugasnya itu.
"Oh iya pak"
"Aku gak tau paman, aku mau kerumah sakit dulu" Jawabnya lesu.
Paman Santoso pun mengeluarkan Dompet dari dalam sakunya itu.
" Ini paman ada sedikit uang, Bisa buat cari kontrakan sama makan kamu" Ujarnya sambil menyodorkan Uang itu pada Sara. Santosa buat saudara keluarganya, dia adalah teman papah yang sudah mereka anggap saudara sendiri.
"Makasih paman"
"ya sudah, biar paman antar ya kerumah sakitnya" Tawarnya, Sara pun hanya menganguk.
Rasanya jiwanya terlepas dari raganya. Tidak punya gairah hidup, benar-benar seperti mayat hidup.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Heri Mahesa
yaaa baca ulang LG Thor,biar gak lupa 😛😛😛
2021-04-05
2
Hana Saanah
eeh
eeh
eeh
ak cari"ada di sini rupanya
2021-03-25
1
Chauli Maulidiah
waaaahhhh... tak cari2 in, ternyata ganti judul toh thor.... untung ktmu.. hmmmmm
2021-03-12
0