part 1.

Pagi ini, Cuaca sedang gerimis, tapi tidak menyurutkan semangat Mala untuk berangkat ke kampus impiannya.

Di halte busway, berkali-kali Mala merapikan rambutnya yang sudah rapi. Gadis ramping berkulit kuning langsat dengan rambut sedikit bergelombang itu selalu menggerak-gerakkan jari-jari kakinya tanda dia sedang gelisah. Dia khawatir kalau sampai terlambat.

Mala tidak melepaskan tas jinjingnya yang berisi atribut perlengkapan Ospek. Dia kembali merapikan rambutnya, meraba-raba saku celananya mencari ikat rambutnya.

"nah.. ini." kata seorang pria tampan yang sedang mengulurkan ikat rambut berwarna hitam.

"oh,, trimakasih." jawab Mala mengambil ikat rambutnya. Entah kapan ikat rambut itu terjatuh dari sakunya.

Akhirnya bus yang ditunggu-tunggu datang juga, dengan segera Mala melangkahkan kakinya masuk kedalam bus.

Keadaan didalam bus sudah penuh, dengan terpaksa Mala berpegangan pada sebuah tiang dan berusaha menjaga keseimbangannya agar tidak jatuh. Mengingat barang bawaannya yang sangat banyak.

Setelah hampir 20 menit, bus yang membawa Mala berhenti di halte yang berada tepat di depan kampus. Dan Mala bersiap untuk turun.

"sini, biar aku bantu,," pria tampan tadi menawarkan diri.

"oh, tidak usah mas, biar saya bawa sendiri."

Tapi pria tampan itu tidak mengindahkan penolakan dari Mala, dia merampas tas jinjing yang di bawa Mala dan keluar lebih dulu dari halte. Dengan terpaksa Mala mengikuti pria itu.

Setelah sampai di gedung fakultas, pria itu menyerahkan tas jinjing kepada Mala.

"trimakasih ma...." belum sempat menyelesaikan kalimatnya, pria itu sudah pergi meninggalkan Mala yang nampak sangat sebal karna ditinggalkan begitu saja.

"wahhh... Angkuh sekali.." gumam Mala

"Mala.! Sini,, cepat.!" panggil Dewi. Teman Mala yang baru beberapa hari ini dikenalnya.

Mala langsung berlari menghampiri Dewi. Dan bergabung dengan barisan

Kegiatan ospek hari terakhir ini lumayan melelahkan. Mala dan Dewi sedang selonjoran diatas lantai didepan kantin. Keduanya menepuk-nepuk kaki mereka yang terasa pegal.

"ahhh... Akhirnya selesai juga..." kata Dewi

"iya. Mulai sekarang kita sudah bisa tenang Wi. Gak ribet lagi.. Hehe..." jawab Mala dengan tersenyum lebar.

"nanti kamu jadi mau lihat kos ku kan?" tanya Dewi mengingatkan Mala.

"jadi dong,, karna lusa udah aktif kuliah, kalo cocok besok bisa langsung cusss pindahan."

"pasti cocok La,, kos nya super nyaman kok."

"iya deh percaya."

"lihat tuh La,, siganteng lagi dikerubutin ciwi-ciwi." ujar Dewi menunjuk dengan dagunya.

Malapun melihat kearah yang ditunjuk Dewi.

"lho.? Itu kan..."

"kenapa La? Kamu kenal sama mas Micko?"

"enggak,, bukan, tadi kebetulan satu bus bareng." jelas Mala.

"satu bus bareng? Dari prambanan?" tanya Dewi heran. Karna setaunya si mas ganteng itu kosnya pas didepan kos Dewi.

"he em.." jawab Mala menganggukkan kepalanya.

"jadi namanya Micko.?" gumam Mala dalam hati.

Micko yang sedang dikerubutin nampak tidak nyaman dengan situasi itu. Pria tinggi dengan kulit putih yang nampak keren itu meraih kaleng minuman yang belum sempat diminumnya dari atas meja kantin. Dia berjalan keluar dari kantin dan menghampiri Mala dan Dewi.

"nah. Buat kamu" kata Micko melemparkan minuman kaleng itu dan terjatuh di pangkuan Mala.

"apa ini?" tanya Mala heran tidak mengerti kenapa Micko memberikannya minuman.

Micko tidak menjawab pertanyaan dari Mala. Lagi-lagi Micko langsung pergi begitu saja meninggalkan Mala dan Dewi yang saling menatap bingung.

"dasar aneh.!" gerutu Mala.

Setelah semua rangkaian acara Ospek selesai, Mala dan Dewi melangkahkan kakinya menuju ke tempat kos Dewi.

Bangunan dua lantai yang terdiri dari beberapa kamar itu nampak bersih dan terawat. Setelah menemui ibu penjaga kos, Mala diantarkan ke kamar yang masih kosong. Kamar itu berjarak dua kamar dari kamar Dewi yang berada di lantai 2.

Setelah melihat-lihat isi kamar, Mala merasa puas dengan fasilitas yang disediakan. Kamarnya juga lumayan luas dengan kamar mandi didalam. Ada tempat tidur dan juga meja beserta rak buku yang sudah tersedia.

"bagaimana Mbak?" tanya ibu kos.

"saya suka bu, besok saya langsung pindahan." jelas Mala bersemangat.

Membayangkan akan segera pindah ke tempat kos yang lebih dekat dengan kampus membuat Mala sangat bersemangat. Selama ini dia masih tinggal menumpang bersama pakdenya yang jarak rumahnya lumayan jauh dari kampus.

Dewi mengantarkan Mala sampai didepan pintu gerbang kos. Selebihnya Mala berjalan sendiri ke shealter bus karna memang jaraknya tidak terlalu jauh.

Sesampainya di shealter, mala masuk dan duduk di kursi yang masih kosong. Dia sedang asyik memainkan ponselnya sampai-sampai tidak menyadari kalau Micko tengah memperhatikannya dari samping.

Bus yang ditunggu datang juga, dan Mala segera berlari masuk kedalam bus.

Brukkk..!!

"au.!!"

Mala menabrak seorang pria paruh baya. Pria itu dan juga Mala sedang terburu-buru sehingga saling bertabrakan.

Micko yang berada tepat dibelakang Mala reflek menangkap tubuh Mala.

Dan Mala segera kembali berdiri, wajahnya memerah karna malu.

"maaf mbak." seru pria paruh baya itu.

"tidak apa-apa pak, saya juga salah.." jawab Mala, merasa tidak enak.

Setelah masuk kedalam bus, hanya ada satu kursi tersisa. Mala dan Micko saling pandang seperti akan memperebutkan kursi itu.

Ternyata tebakan Mala salah, Micko hanya berjalan santai dan meraih pegangan yang menggantung di langit-langit bus. Sementara membiarkan kursi itu kosong.

Mala bertambah malu karna mengira Micko akan duduk dikursi itu dan membiarkannya berdiri.

Dengan menundukkan wajahnya, berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah, Mala terpaksa duduk dikursi itu.

"kenapa dia harus berdiri disitu sih? Kan masih banyak tempat.." gerutu Mala dalam hati. dia tidak berani mengangkat wajahnya karna Micko berdiri tepat didepannya.

Drttt... Drttt...

Mala mengangkat ponselnya. Telfon dari Ayah.

"iya Yah..." sapa Mala.

"bagaimana kabarmu nak?" tanya Ayah dari seberang

"Mala baik Yah, Ayah bagaimana? Ibu?"

"kami disini juga baik."

"Ayah, mala sudah dapat kos. Besok mala sudah bisa pindah. Kosnya bersih dan nyaman, juga tidak jauh dari kampus."

"syukurlah kalau begitu nak, jaga diri baik-baik disana ya, ingat kalau kamu itu sudah menikah," tegas pak Hadinoto.

"iya Yah... Mala tau.."

Mala menutup obrolan itu dengan sedih. Diam-diam Micko memperhatikan raut wajah Mala yang tertunduk lesu.

"ya,, aku sudah menikah, aku hampir melupakan itu." gumam Mala dalam hati. Dia menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan kasar.

Setelah sampai di shealter tujuan, Mala segera turun. Sesaat dia sempat menoleh kearah Micko yang tidak juga turun sampai bis kembali berjalan kearah kota.

"aneh,," fikir Mala. Kenapa Micko tidak turun dan malah ikut kembali ke kota? Tapi Mala tidak mau dipusingkan dengan hal itu.

Masalah pernikahannya sajapun sudah rumit dan menguras fikiran. Jujur dia sangat ingin tau seperti apa rupa suaminya. Tapi harga diri Mala tidak membiarkan hal itu terjadi.

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

ya cwo itu lioh mal suamimu 🤭
dia sengaja mungkin ngawal kamu tuh makanya ngikutin trus balik lg 🤣

2024-10-17

0

ike

ike

jangan2 micko suaminya Mala 😁

2023-12-29

0

Maminya Nathania Bortum

Maminya Nathania Bortum

semangat upnya thor

2022-04-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!