BAB 13 Menjahili Orang Edan

Di sebuah perusahaan yang bergerak dibidang perhotelan semua karyawan yang sudah datang langsung menatap heran dengan apa yang dilihatnya karena selama bekerja diperusahaan tersebut mereka tidak pernah mendapati pemilik perusahaan tempatnya bekerja datang ke perusahaan dengan tepat waktu.

"Kenapa kalian menatapku seperti itu, apa kalian sudah bosan bekerja di perusahaan ini?" tanya Varo ketika sudah berada di ruang rapat untuk memimpin rapat yang belum pernah sekalipun dirinya pimpin.

"Kalian duduklah berikan hasil laporan kalian" ujar Varo sambil mengangkat satu kakinya yang bertumpu di satu kakinya yang lain.

"Apa yang kalian berikan ini, aku tidak mau tahu bulan depan pendapatan harus lebih baik dari bulan ini, aku tidak mau tahu bagaimanapun caranya" ujar Varo sambil melempar berkas di meja rapat dan keluar dari ruangan rapat yang langsung diikuti oleh sekretarisnya.

"Kenapa kamu merusak pemandanganku kemana pakaian yang kemarin baru aku belikan?, sudah aku bilang aku ingin melihat pemandangan indah bila berada di kantor, apa ini" ujar Varo sambil memegang kerah kemeja yang sekretarisnya kenakan dan pandangannya beralih menatap rok yang dikenakan sekretarisnya.

"Maaf pak pakaian yang kemarin bapak belikan masih kotor belum saya cuci" ujar Putri sekretaris Nathan.

"Baiklah ayo ikut aku" ujar Varo sambil melangkahkan kakinya keluar dari dalam ruangan nya.

"Kita mau kemana pak?" tanya Putri sambil mengikuti Varo dibelakangnya.

"Membeli pakaian untukmu, apa kamu tidak ingin memperlihatkan pemandangan indah untukku saat berada dikantor, apa posisi kamu ingin digantikan?" tanya Varo yang membuat Putri langsung mengikuti kemanapun Varo pergi.

"Kira-kira aku harus membeli apa ya agar aku bisa menjahili orang edan itu" ucap Berlian saat sudah berada di sebuah pusat perbelanjaan elit di pusat ibukota dan mengingat saat Varo memberikan Black card kepadanya.

"Baiklah kita mulai dari sini" ujar Berlian sambil masuk ke sebuah toko tas yang satu tas harganya bisa untuk membeli satu buah mobil, setelah membeli tas yang harganya selangit Berlian langsung melangkahkan kakinya ke sebuah toko sepatu yang juga tidak kalah mahalnya dari tas yang sebelumnya Berlian beli.

"Baiklah sudah selesai, aku ingin melihat apa reaksi orang edan itu" ucap Berlian ketika baru keluar dari toko perhiasan yang terakhir kali dikunjungi setelah keluar masuk dari beberapa toko yang menjual barang-barang branded.

"Aku kira kamu berbeda tapi sepertinya sama saja dengan wanita yang lainnya" ujar Varo sambil tersenyum simpul ketika membuka pesan notifikasi dari Black card miliknya yang dirinya berikan tadi pagi kepada Berlian.

"Bagaimana pak dengan yang satu ini" ujar Putri sekretaris Varo yang baru keluar dari ruang ganti di sebuah toko pakaian ternama sambil memperlihatkan pakaian minim yang digunakannya dan memperlihatkan lekuk tubuhnya yang bagaikan gitar Spanyol.

"Ini baru pemandangan indah" ujar Varo mendekat kearah Putri sambil menatap ke arah gunung kembar sekretarisnya, dan dengan segera memeluknya dan menempelkan gunung kembar sekertarisnya di dada Varo sambil meremas bantalan empuk yang berada dibelakang Putri.

"Baiklah aku sudah tidak tahan mari kita lakukan senam siang hari ini" ujar Varo kepada sekretarisnya sambil keluar dari tempatnya berada sambil memeluk pinggul Putri.

"Tapi pak kita akan ada rapat lagi sekitar dua jam lagi dan ini……."

"Sudah jangan banyak bicara dan membuat fantasiku buyar, sebelum rapat dimulai kita sudah berada di kantor lagi tenang saja" ujar Varo memotong perkataan putri sambil terus berjalan keluar dari pusat perbelanjaan.

Brukkk…… semua barang belanjaan yang berada di tangan kanan dan juga kiri Berlian jatuh dan hampir saja dirinya ikut jatuh tersungkur ketika bertabrakan dengan seseorang.

"Punya mata buat lihat kamu tidak lihat barang belanjaan aku harganya mahal kamu tidak akan mampu membelinya" ujar Berlian langsung mengambil barang belanjaannya tanpa melihat siapa yang ditabraknya.