Air mata Berlian tidak hentinya menetes tanpa aba-aba setelah kepargian Malik, dirinya tidak menyangka laki-laki yang selama ini baik kepadanya dan Juga selalu membelanya ketika banyak segelintir orang merendahkannya tapi sekarang dirinya pun sama merendahkan Berlian dan membuat hati Berlian hancur berkeping-keping tidak ada lagi yang akan membela dirinya selain bibi Ami.
"Baiklah ini hidupku yang harus aku jalani dengan kepala tegak walaupun tanpa orang yang akan membela diriku saat banyak orang yang merendahkan" gumam Berlian.
Bibi Ami yang sedari tadi mendengar percakapan Malik dan juga Berlian merasa sedih, apa yang selama ini ditakutkan olehnya akhirnya terjadi juga, saat Berlian sudah masuk kedalam rumah dengan segera bibi Ami langsung memeluk keponakannya dan membuat Berlian bertanya-tanya, kemudian Berlian melepas pelukan dari bibinya.
"Ada apa dengan bibi?"
"Bibi takut kamu merasa sedih dengan apa yang tadi diucapkan Malik" ucap bibi Ami sambil menatap kearah Berlian.
"Tidak, aku tidak merasa sedih, bibi tenang saja untuk apa aku harus bersedih, aku baru menyadari ketika ada seseorang yang baik didepan kita belum tentu bila dibelakang kita" ujar Berlian yang langsung masuk kedalam kamarnya dan keluar kembali sambil mengenakan switer dan juga membawa tas kecil yang dia kenakan di bahu sebelah kanannya.
"Bi aku ingin bertemu dengan Sabila, aku pamit dulu" ujar Berlian sebelum bibi Ami menanyakannya lalu bersalaman dan mencium punggung tangan bibinya.
Sabila teman Berlian yang mempunyai wajah yang cantik dan bekerja sebagai guru adalah salah satu teman Berlian yang mengerti bagaimana kehidupan yang dijalani Berlian tidak ada rahasia diantara keduanya mereka saling mengerti satu dengan yang lainnya hingga pertemanan semenjak duduk dikursi kelas dasar berlanjut hingga sekarang ketika keduanya menginjak usia dua puluh lima tahun.
"Assalamualaikum" ucap Berlian sambil mengetuk pintu rumah sederhana yang dihuni oleh Sabila, dan langsung mendapat jawaban dari dalam rumah.
"Oh dek Berlian silahkan masuk Sabila ada di kamarnya" ucap ibu paruh baya ibu dari Sabila sambil membuka pintu dan tersenyum ramah kepada Berlian memperlihatkan wajahnya yang begitu cantik diusianya yang tidak muda lagi dan tidak lupa Berlian bersalaman sambil mencium punggung tangan ibu dari Sabila.
"Dek Lian tidak bekerja malam ini tumben sekali datang kemari?" tanya bu Leli yang langsung mendapat jawaban dengan Berlian menggelengkan kepalanya.
"Bibi aku kekamar Sabila dulu ya" ujar Berlian yang langsung melangkahkan kakinya ke kamar Sabila.
"Sibuk sekali ibu guru satu ini" ujar Berlian sambil mendongakkan kepalanya di balik pintu.
"Berlian tumben sekali kamu datang malam begini apa kamu tidak bekerja?" tanya Sabila sambil menutup laptopnya dan menghampiri Berlian yang sudah duduk di atas ranjangnya, tapi tidak ada jawaban dari Berlian yang hanya memasang muka masamnya.
"Pasti ada hal penting yang membuat sahabatku datang ke sini tanpa mengabariku terlebih dahulu"
"Aku akan menikah dua hari lagi" ucap Berlian sambil tertunduk lesu yang membuat Sabila langsung menatap tajam kearah sahabatnya tersebut.
"Apa aku tidak salah dengar secepat itukah Malik ingin menjadikan kamu pendampingnya"
"Malik" ujar Berlian yang langsung menatap ke arah Sabila sambil mengangkat kedua alisnya.
"Iya Malik siapa lagi laki-laki yang kamu cintai selain Malik" ujar Sabila dengan tersenyum senang sambil menangkup wajah Berlian.
Berlian menghembuskan nafasnya dengan kasar dan beranjak dari tempat tidur Sabila menuju jendela kamar Sabila dan menatap keluar ketika hujan turun membasahi bumi dan air hujan mengalir menuju muara tapi tidak dengan Berlian yang tidak menemukan muara untuk hatinya karena laki-laki yang selama ini Berlian cintai telah menyakiti hatinya.
"Aku tidak akan menikah dengan Malik" ujar Berlian yang langsung membuat Sabila menghampirinya dan membalik tubuh Berlian menghadap ke arahnya.
"Apa aku tidak salah dengar dengan ucapanmu?"
"Tidak itulah faktanya." ucap Berlian singkat dan langsung menceritakan semua yang terjadi hari ini termasuk perkataan Malik terhadapnya dan membuat Sabila merasa prihatin dengan sahabatnya kemudian memeluk Berlian dan menenangkannya.
"Aku tahu manusia bisa berubah, mudah mudahan calon suami kamu pun sama nanti bisa berubah dengan berjalannya waktu dan ingat menikahlah hanya sekali seumur hidup, aku akan selalu ada bersamamu" nasihat Sabila untuk temannya yang malang.
"Terima kasih" ucap Berlian singkat sambil merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur Sabila.
Bersambung.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Ikbal Samija
😍
2023-07-02
0
Ikbal Samija
semangat
2023-07-02
0
Khodijah Cyti
semangat berlian, biarkan waktu yg menjawab
2022-12-08
0