Sore berganti malam dan malam berganti pagi. Wanita itu kembali berkunjung ke rumah sakit. Dengan memantapkan hati nya, wanita itu mecoba menunggu Rasya keluar terlebih dahulu.
Cukup lama, bahkan jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang namun Rasya belum juga keluar. Arumi cukup gelisah, namun wanita itu masih sabar. Tak berapa lama Rasya keluar dan Arumi memastikan jika Rasya benar-benar meninggalkan rumah sakit.
Arumi berdiri tepat di depan pintu, wanita itu sejenak memejamkan mata lalu menata hati nya. Tangan nya memegang gagang pintu dan memutar nya.
Jelas tampak terlihat seorang wanita sedang tertidur dengan lemas nya di atas brankar. "Siapa kau?" tanya wanita itu.
"Apa kau yang bernama Nisya?" tanya Arumi balik pada wanita cantik yang terlihat pucat itu.
"Iya, siapa kau?" tanya nya sekali lagi.
"Tolong jawab aku dengan jujur, ada hubungan apa kau dengan suami ku?" tanya Arumi tanpa basa basi.
"Suami? suami yang mana?" tanya wanita itu tidak mengerti.
"Rasya! dia suami ku..." gumam Arumi membuat wanita itu terperangah.
"Tidak mungkin! mas Rasya belum menikah dan kami akan menikah setelah aku sembuh." ujar wanita itu.
"Apa yang tidak mungkin? kami sudah menikah hampir satu bulan. Lalu siapa kau?"
Wanita itu diam, air mata nya mulai mengalir. Hari ini ada dua hati wanita yang remuk redam akibat perbuatan satu laki-laki.
"Arumi...." lirih suara berat dengan wajah yang sangat kaget.
Arumi membalikkan tubuh nya lalu tersenyum, "Hai mas....." sapa Arumi dengan senyum kecut nya.
"Bagaimana kau tahu rumah sakit ini?" tanya Rasya dengan wajah pucat nya.
"Kenapa? apa kau takut belang mu ketahuan? kau dan adik mu sama saja, sama-sama perusak!" ucap Arumi geram.
"Aku bisa menjelaskan semua nya?" gumam Rasya.
"Menjelaskan apa? segitu gampang nya kah kau mempermainkan sebuah pernikahan? kau mengemis pada ku untuk menikah dengan mu namun apa hasil akhirnya? kau dan adik nu sama-sama saja!"
"Nisya tidak tahu apa-apa, jadi jangan bawa-bawa dia."
"Jika dia tidak tahu apa-apa, mulai sekarang dia harus tahu segala nya."
"Nisya sedang sakit. Jangan membuat nya tertekan." pinta Rasya.
"Lalu bagaimana dengan aku? apa hati ku tidak sakit? sungguh, aku membenci mu dan seluruh keluarga mu."
"Kita selesaikan di rumah." ujar Rasya lalu menarik tangan istri nya meninggal Nisya begitu saja.
Sepanjang perjalanan menuju rumah Hendra, hanya ada keheningan bahkan suasana di dalam mobil begitu mencekam. Wajah Arumi sudah tidak bersahabat lagi, sesekali Rasya melirik istri nya. Jujur jika saat ini hati Rasya sedang kalang kabut, hari ini bukan saat nya Arumi mengetahui semua rencananya.
Sesampainya di rumah, Rasya dan Arumi masuk untuk menunggu kepulangan Dirga terlebih dahulu.
"Jelaskan, apa maksud mu menikahi ku?" tanya Arumi dengan wajah dingin nya.
"Maafkan aku Arumi." ucap Rasya.
"Maaf...maaf...kalian pikir kalian siapa yang dengan mudah nya mempermainkan hidup ku?" ujar Arumi dengan suara tinggi nya.
"Arumi apa maksud mu?" tanya Dirga tidak mengerti.
"Kau dan kakak mu sama saja! sama-sama pengkhianat!" teriak Arumi emosi.
Rasya yang hendak memegang pundak istri nya untuk menenangkan wanita itu langsung di dorong kasar oleh Arumi.
"Nisya, dia perempuan yang sudah satu tahun ini menjalin hubungan dengan ku. Beberapa bulan yang lalu dia mengalami kecelakaan bahkan harus terbaring di rumah sakit hingga sekarang."
"Lalu kenapa kau menikahi ku brengsek?" umpat Arumi.
"Arumi tenang nak..." ujar Hendra menenangkan.
"Tenang? bagaimana aku bisa tenang jika je dua anak laki-laki anda sudah mempermainkan hidup ku bahkan pernikahan ku."
"Apa maksud semua ini kak?" tanya Dirga juga emosi.
"Sebenarnya aku menikahi Arumi agar kau dan Arumi bisa bersatu kembali. Kakak berharap jika kalian bisa membesarkan Aidan bersama-sama."
Arumi tertawa keras, wanita itu sudah terlihat gila. "Kau pikir aku pel*cur? yang begitu mudah nya naik ranjang turun ranjang? ceraikan aku!" teriak Arumi.
Dirga yang mendengar alasan kakak nya hanya bisa mengusap wajah kasar. "Kau sudah menghancurkan segala nya kak.." lirih Dirga.
"Kalian laki-laki biadap! tidak punya hati...." teriak Arumi kembali. Hendra dan Dina hanya bisa diam saja karena mereka sadar jika cara mereka salah. "Orang kaya seperti kalian tidak pantas mendapatkan kebahagiaan. Aku bersumpah, suatu saat kalian akan sama menderita nya dengan ku. Dan kau Rasya, siapa pun wanita itu, aku akan membalas perbuatan kalian semua." ucap Arumi dengan derai air mata nya.
Wanita itu kemudian pergi dan jelas di susul oleh Rasya dan Dirga. Untung saja Arumi masih menyimpan nomor tukang ojek untuk menjemput nya. pertengkaran demi pertengkaran terjadi di jalanan komplek perumahan, Arumi yang sudah kehilangan akal langsung menampar wajah Rasya dan Dirga bergantian.
Hanya butuh waktu sepuluh menit untuk mas ojek menjemput Arumi. Wanita itu kembali hotel dan langsung berkemas kemudian pulang. Dengan menggunakan mobil grab Arumi berharap bisa lebih cepat tiba di rumah nya.
Pukul enam sore Arumi baru tiba di rumah. Wanita itu langsung memeluk bu Yuni dan menumpahkan semua keluh kesah juga masalah yang ia alami. Sebagai seorang wanita Yuni bisa merasakan apa yang sedang di rasakan oleh Arumi.
Bu Yuni bahkan menangisi kemalangan Arumi. Di usia nya yang masih sangat muda ia sudah mengalami hal menyakitkan seperti ini.
Di luar, ternyata pintu di ketuk beberapa kali oleh Rasya dan Dirga. Namun Arumi dan bu Yuni tidak mau membuka pintu untuk mereka.
"Apa yang akan kau lakukan selanjutnya?" tanya bu Yuni.
"Besok aku akan mengurus surat perceraian dengan Rasya lalu menjual rumah dan ruko kemudian aku akan pindah jauh lebih jauh dari sini." ujar Arumi membuat bu Yuni sedikit terkejut.
"Apa kau sudah yakin?" tanya bu Yuni memastikan.
"Aku yakin bu! mereka sudah sangat keterlaluan dan aku tidak bisa memaafkan itu."
Masih terdengar suara ketukan dan panggilan dari luar namun tak sedikit pun Arumi terenyuh untuk membukakan pintu.
Di pandang nya wajah Aidan, air mata Arumi kembali jatuh dan hati nya semakin teriris perih.
"Ibu tidak punya saudara dan kamu sudah ibu anggap sebagai anak sendiri. Kemana pun kamu pergi ibu akan ikut Arumi." ujar ibu Yuni.
"Tapi aku tidak bisa menggaji ibu sebagai mana pak Hendra menggaji ibu."
"Ibu tidak butuh gaji. Yang penting ibu bisa dekat sama kamu dan Aidan."
Arumi langsung memeluk bu Yuni, tangis mereka pecah bahkan Rasya dan Dirga dapat mendengar tangisan itu. Dirga yang kesal langsung menghajar kakak nya. Rasya yang merasa bersalah hanya bisa pasrah menerima pukulan demi pukulan dari adik nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Whaty Talle Whaty Talle
sedihx..kurang ajar si Rasya..😡😭
2022-11-08
0
💐Tuti Komalasari💐
sungguh keluarga yang kejam anak dan bapak sama saja sama2 mempermainkan satu wanita yaitu Arumi, kasihan sekali Arumi😥
2022-11-02
1
yuliana
makanya anjing suami sendiri gk di kasih kesempatan makan tu nikah bodoh banget
2022-08-01
0