bukan kesedihan

Hujan yang tadinya rintik-rintik, tiba-tiba berubah menjadi deras. Mau tak mau fira mempercepat langkahnya agar tubuhnya tidak menjadi kebasahan.

"Sial!" omel Fira, ia menyesal mengikuti ajakan Alya, dan sekarang gadis itu pulang lebih dulu karena dipanggil sang mama. Tinggallah dirinya yang terkepung oleh hujan, mau tidak mau ia harus menerobos hujan, jika tak ingin kakaknya nanti mengomel karena pulang telat.

Setelah tiba didepan rumahnya, barulah Fira Menarik nafas lega. Baru ingin membuka pintu rumah, tapi pintu sudah didorong dari dalam. Fira memekik keras saat merasa hidupnya terbentok pintu, memang gak ada akhlak orang yang mendorong pintu rumah mana kencang lagi.

Tunggu... itu yang keluar bukan kakaknya, tapi pria tampan dengan sejuta pesona sedang memandang dirinya. "Apa kau istri Abi?"

Pertanyaan itu membuat Fira sadar dari lamunannya. Dia bilang apa tadi? istri? Abi?!

"Ahh... tidak, tidak tuan! aku...." Belum juga menyelesaikan ucapannya, teriakkan Abi sudah memenuhi gendang telinganya.

"Fira! kau baru pulang jam segini?!” tuh kan marah, udah ia tebak dari tadi.

Tatapan yang penuh memuja tadi berubah menjadi wajah pucat, pasti kakaknya mengamuk, apalagi dia muncul dengan tatapan mematikan. Bahkan rasa sakit di hidung dan keningnya sudah ia lupakan karena cemas di marahi sang kakak.

"Ohh Anda masih disini?" Abi langsung merasa kikuk melihat tamunya masih ada didepan rumah.

"Ya... kalau begitu saya permisi," ia berjalan meninggalkan dua anak manusia itu, yang masih ia sangka pasangan suami istri.

Fira masuk ke dalam rumah dengan tampang takutnya, melihat sang kakak yang berwajah muram sepertinya tidak akan berakhir baik. Fira meneguk air liurnya dengan susah payah, tatapan tajamnya Abi seolah bisa membukanya merinding. Tak biasanya sang kakak seperti ini, pasti sudah terjadi sesuatu sebelum ia pulang tadi.

“Dari mana saja kamu?” tanya Abi penuh dengan ancaman.

“Itu ... Aku pergi bersama Alya,” cicit Fira hampir tak terdengar.

Abi tahu siapa Alya, saat mendengar nama itu ia tidak lagi merasa kawatir. Tapi dirinya masih kesal dengan Fira yang pulang terlambat, padahal tadi ia sudah sangat cemas, apalagi ponsel adiknya itu tak bisa di hubungi membuat ia benar-benar murka.

Dan ditambah kedatangan tamu yang tak diundang tadi, kekesalannya dan kecemasan itu menjadi satu. Ia hanya tak ingin Fira terluka, ditambah hujan yang sangat besar.

“Terus, kenapa kakak nelpon kamu gak di angkat?”

“Kan hujan kak, mana bisa Fira main ponsel. Mana ada petir juga tadi,” keluh Fira.

Abi mengangguk mengerti, ia langsung menyuruh adiknya membersihkan tubuh dan beristirahat. Sekarang ia merasa tenang, setelah itu ia pun kembali ke kamar nya untuk berisi.

*****

Lagi-lagi Fira harus dikecewakan, ia tak bisa bekerja di perusahaan kakak sahabatnya. Mau tak mau sekarang ia harus berusaha sendiri. Tapi sekarang ia tidak cemas lagi, karena ia sudah diterima di sebuah perusahaan yang cukup besar. Awalnya Fira hanya iseng mendaftar sambil menunggu kabar dari Alya, tapi sekarang malah sebaliknya, ia ditolak oleh kakak Alya dan diterima di perusahaan besar, sangat hebat bukan?

Awalnya Fira Sangat terkejut, bahkan saat mengajukan lamaran ia tidak begitu yakin. Tapi siapa sangka ia diterima, dan dengan waktu dekat ia sudah bisa bekerja.

Besok ia sudah mulai bekerja sebagai asisten tuan Kaivan Dia tidak kenal dengan nama itu, tapi yang dia dengar bosnya galak. Bagi Fira tak masalah seperti apa bosnya, yang terpenting ia bekerja dengan baik, tidak urusannya juga mengurus sifat seseorang.

"Kak... Adek udah dapat pekerjaan," ucap Fira disela-sela makannya.

"Oh ya? memangnya perusahaan bodoh mana yang mau memperkerjakan gadis seperti mu?"

Astaga... jika utusan mulut pedas memang kakaknya juara, tidak pernahkah dia berpikir perasaan adiknya.

"Kakak, kok mulut kakak kayak emak-emak ya? pedas amat!" Sungut Fira tak terima.

"Ya, terpaksa menjelma menjadi emak-emak, karena ada anak gadis nakal gak ketulungan disini!" Fira memutar matanya malas.

"Kapan aku nakal kak? Aku ini gadis terbaik tahu," ucap Fira bangga dengan dirinya sendiri. Sedangkan Abi sudah mencibir mendengar ucapan adiknya.

"Baik apanya? Siapa orang yang setia hati berantem sama teman disekolah? Siapa yang Hormat bendera sampai dua jam? Siapa juga yang sering cabut sama pak Tomi?" Abi membuka semua aib yang dilakukan Fira selama ini.

Ya gadis itu memang nakal, tapi ia melakukan semua itu ada alasannya, dia tidak akan membuat marah guru jika dia menyukai guru itu. Contohnya pak Edi, ia guru yang paling ditakuti semua murid, tapi dia malah dekat dengan guru galak itu. Karena apa? Karena pak Edi tidak seperti guru yang lain, suka membedakan status murid. Sedangkan guru yang selalu bermasalah dengan Fira adalah guru yang sok berkuasa dan malah membedakan antara murid membuat Fira merasa jijik. Jadilah ia seorang murid yang suka memberontak.

"Gak usah ungkit masa lalu kak ... Iya, iya deh ... Pokoknya kakakku orang paling terbaik, gak papa cerewet kayak emak-emak." Fira menyengir tanpa dosa setelah mengucapkan pujian bercampur ejekan untuk kakaknya.

Gak ada yang bisa menandingi kasih sayang kakak... kau bahkan rela menukarkan kebahagiaan mu hanya demi aku, adikmu! Kau adalah malaikat pelindung ku kak, cinta pertama ku! Mengalahkan cinta untuk ayahku yang sudah tak ku ingatkan wajahnya yang selalu tersenyum Lembut pada ku....

Untuk menelan makanannya Fira merasa tak kuat, ia ingin sekali menangis dan memeluk kakaknya itu. Hanya saja ia tidak ingin kakaknya melihat ia menangis, Abi hanya boleh melihat senyumnya bukan tangisan!

*****

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***