Flash Back
"Yang kamu mau pesen apa?" ucap Iman lembut pada kekasih di sampingnya.
"Samain aja bang," ucap cewek berambut hitam lurus sepinggang, ia nampak sibuk memencet tombol pada ponsel BlackBerry miliknya.
"Mbak seperti biasa, Ramen dan just jeruk dua ya" ucap laki-laki tampan yang dengan melihat wajahnya saja orang lain akan tahu jika dia pinya keturunan Jepang.
"Maaf mas, ngak ada Ramen," ucap pelayan itu heran, karna di Resto mereka tidak pernah menyediakan ramen.
"Maksudnya Spageti Mbak, ah si mbak pura-pura ngak paham deh," ucap Iman.
"Ok, baiklah mas."
Iman menikmati memandangi wajah Sahira yang manis tanpa Sahira tahu karna dari tadi ia hanya sibuk memainkan ponselnya.
"Yang, kamu selingkuh," ucap Iman dengan bibir di majukan.
" Apaan sih Bang, aku lagi ngeliatin chat di grup, lagi seru nih tanggung," Sahira menatap Iman sejenak lalu kembali menatap ponselnya.
"Masak aku di cuekin sih sayang, nanti aku ngambek lo," Iman bersuara manja.
"Apaan sih bang. Kita itu bukan anak kecil lagi pake' acara ngambek segala," Sahira menaruh ponselnya di meja.
"Gitu donk, dari tadi juga.Sayang kalau kamu main ponsel terus, aku di sini jadi nyamuk, ngiu...ngiu..ngiu," ucap Iman menirukan suara nyamuk dan memainkan tangannya kesana kemari.
"Emang bunyi nyamuk kayak gitu?" Sahira terkekeh.
"Anggap aja samalah."
"Mana ada nyamuk kayak gitu, haha."
" Terus bunyi nyamuk itu gimana?"
"Ciut, ciut, ciut,... gitu."
"ciut? Kamu kira nyali, ciut. Hahaha."
Mereka berdua berbincang layaknya anak muda yang sedang kasmaran.
Sesekali Iman merayu Sahira sehingga meembuat wajah Sahira berasa kebas dan merasa sedang terbang di atas awan.
Flash Back Off.
Agatha berada di ruangannya, memandang kota Jakarta dari balik kaca jendelanya, membayangkan sejenak isi percakapannya dengan Sahira siang tadi.
"Oh aku baru ingat," ucap Agatha memukul kepalanya.
Agatha mencari berkas lamaran Sahira yang lupa ia taruh di mana.
Setelah beberapa menit mencari, ia menemukannya.
Agatha membuka lembaran Riwayat Hidup yang di lampirkan di berkas surat lamaran Sahira.
"SMA Bakti. Sudah ku duga," Agatha membaca lembaran Riwayat hidup Sahira.
SMA Bakti adalah SMA yang sama dengan Agatha.
Kemudian Agatha melihat tahun lulusnya. Dan persis setahun di bawahnya.
"Sahira, kamu begitu berbeda sekarang. Kamu semakin cantik," ucap Agatha dalam keheningan malam.
Mungkin seluruh karyawannya telah pulang, hanya ia dan Satpam di luarlah yang masih di kantor.
"Sadar Agatha, sadar. Kamu ngak boleh terpesona olehnya," Agatha memukul-mukul kepalanya dengan tidak keras.
"Tok.. tok..tok," ketukan pintu mengagetkan Agatha.
"Masuk!"
Muncul sosok gadis berkerudung dari balik pintu.
"Sahira, kamu kenapa belum pulang?" Agatha kaget, dia pikir seluruh karyawannya sudah pulang.
"Mana berani saya, kalau Bapak belum pulang. Bapak biasa pulang jam berapa?"
Sakarang sudah menunjukkan pukul 21.30.
"Harusnya kamu minta izin ke saya tadi buat pulang duluan," ucap Agatha yang membalik kursi Rodanya menghadap ke Sahira
"Ngak enak aja Pak, Hehe," Sahira cengengesah seolah sedang menghadapi seorang kakak.
"Udah kita pulang sekarang, kamu perginya tadi naik apa?" Agatha mendekati Sahira.
"Naik Ojol Pak," ucap Sahira polos.
"Ya sudah, kamu pulang bareng saya aja ya." Agatha menaruh berkas yang di pegangnya ke dalam laci.
"Saya bisa naik Ojol lagi Pak," Sahira takut bila bersama dengan Agatha dari pagi sampai malam ia tidak bisa menahan untuk tidak mengajak Agatha menikah.
"Saya sedang memerintah Sahira," Agatha berkata tegas.
"Maaf Pak, Iya terserah Bapak saja," ucap Sahira pasrah.
'Gitu donk,' batin Agatha.
Tanpa basa-basi Agatha keluar ruanga di ikuti oleh Sahira.
Agatha mengeluarkan ponselnya.
"Hallo, Bapak dimana?" Agatha menelpon seseorang.
"Oh Ya sudah, tunggu saya di parkiran ya!"
Sahira yakin yang di telpon Agatha adalah supirnya, meskipun Sahira tidak tahu jawaban dari seberang ponsel.
Agatha mengunci ruangannya sebelum pergi, Agatha dari dulu memang selalu teliti dalam semua hal. Itulah sebabnya Agatha lebih di percaya memagang peruhaan utama dari pada Kakaknya yang menjadi Direktur di Perusahaan cabang.
#
"Rumah kamu dimana?" tanya Agatha namun ia memandang jendela kaca mobil.
"Daerah Nusa Indah ya Pak," ucap sahira yang malah berbicara dengan Pak Sopir.
"Oh ya, Mbak," jawab Pak Adi supir setianya Agatha.
Seketika setelah percakapan antara Sahira dan Pak Adi tadi suasana berubah menjadi hening.Baik Agatha ataupun Sahira sibuk dengan pemikirannya masing-masing.
Agatha yang menghadap ke jendela sebelah kanan dan Sahira yang menghadap ke jendela sebelah kiri.
'Mungkin Pak Sopir ini adalah orang yang paling tepat untuk aku berikan banyak pertanyaan soal Pak Direktur Nantinya. Mengapa Bang Iman sekarang duduk di kursi roda dan apakah ini permanen atau untuk sementara saja?' batin Sahira
'Sahira, ternyata benar kamu Sahira yang dulu. Lantas aku masih bisa merasakan jikalau kamu adalah Sahira yang tidak ingin ku temui lagi. Tapi mengapa sekarang aku terjebak dalam situasi ini. Sahira sulit bagiku untuk bersamamu namun sulit pula untuk melepasmu. Tapi aku tidak mungkin memecatnya lalu menyakiti hatinya lagi, sudah cukup dulu dia ku sakiti dan bahkan aku belum pernah meminta maaf padanya,' batin Agatha.
"Pak saya sudah sampai, terima kasih Pak," ucap Sahira yang sudah berada di pintu mobil.
Agatha tersentak kaget.
Mengapa begitu cepat, bahkan ia tidak menyadari jalanan apa saja yang di lewatinya tadi dan di daerah mana dia sekarang.
"Oh,..." ucap Agatha linglung.
Sahira menutup pintu mobil dan kembali mengagetkan Agatha karna Sahira terlalu keras menutupnya.
Agatha dengan cepat membuka kaca jendela mobil untuk melihat pemandangan di luar dan seperti apa rumah Sahira.
Ia melihat bahwa mereka sedang ada dalam kompleks perumahan.
"Dimana kita sekarang Pak?" tanya Agatha pada Pak Adi.
"Di Perumahan daerah Nusa Indah Mas," ucap Pak Adi mulai melepaskan Rem yang ia injak dan seketika mobil metiknya berjalan.
"Oh," ucap Agatha yang mengambil ponselnya dari saku.
Agatha ingin melihat lebih jelas di mana posisinya dalam google maps.
"Mas kita langsung pulang atau ada mau mampir ke mana?" tanya Pak Adi yang melihat majikannya dari kaca dalam mobil.
"Ngak ada, langsung ke apatemen aja," Agatha memasukkan ponselnya kembali.
Agatha tinggal di apartemen miliknya sendiri. Walaupun punya ketebatasan tapi ia tidak ingin merepotkan orang lain, ia ingin hidup mandiri tanpa bayangan Ibunya yang selalu akan menghawatirkan kondisinya.
Pak Adi akan pulang setelah mengantar Agatha pulang, dan Bi Inah istri Pak Adilah yang berberes dan masak di apartemen Agatha. Namun Bi Inah biasanya pulang setelah beres-beres dan masak jikalau Agatha meminta karna Agatha jarang sekali makan di rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Yuni Radja Leba
malas baca, masa sih cinta monyet masa SMP sulit dilupakan..
lebaiiii..
2021-05-27
0
Happy♡~
Like
2021-04-23
0
Ita Sinta
visual thor
2021-04-07
0