...Dukung karya pertama aku ya😊 Dengan cara like, komen, vote...
...Juga pencet tombol hati❤...
...Selamat membaca📖...
......................
Pikiran Andra menerawang pada waktu 12 tahun yang lalu.
"Aku nggak mau ikut ke tempat mbah putri Bun, aku itu selalu di jahilin sama anak-anak disana.
Mereka itu nakal-nakal banget!"
Andra yang waktu itu masih berusia empat Belas tahun dan sedang liburan sekolah. Menolak ketika diajak untuk berkunjung ke rumah neneknya yang berada di Semarang.
"Terus kalau kamu nggak mau ikut, kamu mau dirumah sama siapa Nak? Kamu mau berdua aja sama Pak Santo dirumah?
Soalnya cuma dia yang Bunda minta buat jaga rumah, sementara Mbak Asih sedang pulang kampung juga." Jawab sang bunda.
"Lagipula mbah putri sama mbah kakung itu sudah kangen banget sama kamu Ndra. Tadi mereka menelfon kami." Ayah Herman pun ikut membujuk.
"Oke, tapi nggak usah lama-lama disana!" Andra menjawab sambil cemberut.
"Oke, tos dulu dong! Jagoan ayah nggak boleh ngambek, masak gitu aja cemberut." Goda sang ayah sambil mengarahkan telapak tangannya untuk tos dengan Andra.
"Mas Angga nggak ikut, Bun?"
"Kan Mas Angga lagi nyari Kampus, dia lagi sibuk dan katanya mau nginep di rumah temennya." Jawab bunda Ratih sambil tersenyum.
Setelah semuanya siap, mereka mulai berangkat menuju kota Semarang.
Ayah Herman menyetir mobil sendiri karena Pak Santo harus menjaga rumah. Sesampainya di Semarang, Andra sudah disambut oleh mbah putri dan mbah kakung.
"Cucu kesayanganku sudah besar sekarang ya." Mbah putri tersenyum dan langsung memeluk Andra.
"Iya Mbah." Jawab Andra mencium punggung tangan kakek dan neneknya bergantian dengan ayah dan ibunya.
Lalu mereka semua masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu.
"Kalian ini keterlaluan, Jogja sama Semarang kan dekat. Kenapa jarang sekali kesini? Lalu, kenapa Si Angga juga ndak ikut?" Ucap mbah kakung memulai percakapan.
"Ini saja kalau tidak dirayu dulu panjang lebar kali tinggi Andra nggak mau Pak." Jawab Bunda Ratih menanggapi ucapan mbah kakung.
Andra hanya mendengus mendengar jawaban ibunya.
"Kalau Angga, dia lagi sibuk mencari Kampus Pak, Buk. Dia kan sudah mau kuliah." Kali ini ayah yang menjawab.
"Yasudah, kalian istirahat dulu saja sana. Nanti dilanjut lagi ngobrolnya."
Timpal mbah putri.
......................
Sebenarnya Andra senang dengan suasana persawahan yang ada di desa neneknya itu. Dia hanya tidak mau saja kalau harus bertemu dengan anak-anak disana yang selalu menganggapnya sombong.
Andra bukannya bermaksud sombong, hanya dia tidak terlalu terbiasa bermain kotor-kotor. Seperti permainan sepakbola yang dilakukan di lapangan yang becek, atau bahkan menangkap serangga. Karena Andra memiliki alergi terhadap serangga juga sesuatu yang kotor.
Alhasil anak-anak itu selalu mengerjai Andra dengan hal-hal yang tidak disukai Andra.
Sejauh ini masih wajar saja yang dilakukan, seperti menyembunyikan sandal Andra. Atau bahkan manceburkannya ke dalam empang ikan.
......................
Hari itu, Andra bersama dengan Mbah Kakung dan Pakde Kemis sedang memberi makan ikan-ikan yang ada di empang milik mbah kakung.
Anak-anak sebaya Andra mendekatinya.
"Mau ngapain kalian? Mau nyeburin aku ke empang lagi?"
Ucap Andra setengah berteriak, dia masih kesal karena kemarin dia di dorong sampai tercebur ke dalam empang.
Dia sampai teriak-teriak karena merasa geli juga takut karena di dalam empang itu terdapat ikan nila yang sangat banyak. Bahkan tubuhnya menjadi gatal-gatal setelahnya.
"Ora kok, aku sak konco arep njalok ngapuro. Wingi Heru ra sengojo nabrak kowe pas mlayu-mlayu sampek kowe kecebor nang kolam iwak."
(Enggak kok, kami semua mau minta maaf. Karena kemarin Heru nggak sengaja nabrak kamu pas kita main lari-lari sampai kamu kecebur di empang ikan). Jawab Bagas yang mewakili sekumpulan anak-anak itu seraya mengulurkan tangannya kepada Andra.
"Yaudah aku maafin, tapi jangan diulangi lagi!" Andra menerima jabatan tangan dari semua temannya itu.
"Berarti besok kamu mau to main lagi sama kami semua?" tanya Bagas lagi.
"Iya." Jawab Andra malas.
"Jangan lupa bawa bekal yang banyak ya, dan juga peralatan-peralatan canggihmu itu. Soalnya kita mau berpetualang, pasti seru!" Ucap Bagas dengan banyak ide terlintas di kepalanya.
Setelah mengucapkan itu Bagas dan yang lainnya pun berlalu.
***
Keesokan harinya, anak yang berjumlah lima orang termasuk Andra itu sudah siap dengan ransel yang lumayan besar di punggung masing-masing. Mereka berjalan kaki melewati jalan setapak di perkebunan menuju sungai yang berada di ujung desa.
Pemandangan di sungai itu indah, airnya yang jernih sehingga terlihat ikan-kecil berkejaran kesana kemari. Di sungai itu juga banyak terdapat bebatuan yang besar-besar.
Mereka semua duduk di pinggir sungai yang ada pohon besarnya untuk berteduh dan membuka bekal masing-masing.
Ada yang membawa singkong rebus, jagung rebus, ubi, nasi jagung, bahkan juga ada yang membawa nasi dan belut goreng.
Berbeda dengan temannya yang lain, Andra membawa roti dan berbagai macam sanck juga coklat, mereka pun menyantap makanan itu bersama-sama dengan senang.
Disela-sela makannya Bagas berkata.
"Mana perlatan canggihnya Ndra?" Pinta Bagas.
"Maksudmu ponsel?" Jawab Andra sambil mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya.
"Iya itu, apalah namanya yang bisa buat foto-foto sama menonton tivi." Ucap Bagas antusias menerima ponsel itu karena pada saat itu anak-anak tersebut belum ada yang mempunyai ponsel.
Saat mereka semua sedang asyik melihat film kartun yang ada di ponsel Andra, tiba-tiba ada seekor ular yang lumayan besar dari atas pohon yang menuju ke arah Andra.
Bagas yang melihat ular itu dari bayangan ponsel pun langsung berbalik dan menangkap ular tersebut, dia memang tidak takut karena sudah terbiasa dengan ular.
Tetapi lain halnya dengan Andra yang sangat takut dengan hewan melata itu, dia langsung berteriak-teriak panik melihat ular yang ada dalam genggaman Bagas sedang mencoba melilit tangan Bagas.
"Toloooong, toloooooong!
Ada ular besar, toloooong!!
Andra berteriak sekuat tenaga.
Teman-temannya yang lain ikut panik, mereka semua bingung harus bagaimana. Mereka juga takut kalau sampai ada yang mendengar teriakan Andra, maka orang-orang akan merasa salah faham pada mereka.
"Diam Ndra!"
"Kenapa kamu malah teriak?"
"Menengo! (Diamlah!)"
"Ojo mbengok-mbengok! (Jangan teriak-teriak!)"
Sahut yang lain ikut berteriak.
Bahkan ada yang mencoba untuk menutup mulut Andra dengan menggunakan kedua tangannya.
Tapi Andra tetap tidak mau diam, ia masih saja terus berteriak minta tolong.
.
.
Bersambung.
Mari kita saling dukung karya masing-masing🥰
Maturnuwun sedoyo mawon🙏🙏
Terimakasih semuanya🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Yoanita_Situmorang
Salken thor mari saling dukung😊
kalo ada waktu mampir y thor ke audiobook baru aku hehe
2022-11-22
1
Mommy QieS
sama,aku juga phobia sama ular, Kak.
2022-10-12
0
ZasNov
Waduh Andra keburu ketakutan, padahal Bagas dan yang lainnya tidak bermaksud mengerjai Andra 😣
2022-10-11
1