Pisang Molen

🌸🌸🌸

"Selama menunggu paspormu jadi, kita tinggal disini dulu," ucap Bara.

Kini mereka ada di sebuah apartemen kecil milik Bara, karena rumah dan beberapa aset pentingnya sudah disita bank. Dengan sisa uangnya dia menyewa apartemen.

"Baik Tuan."

"Kamarnya cuma ada satu, pakailah kamar itu. Aku akan tidur di sofa," ucap Bara.

Fely mengangguk dan menuju kamar yang di tunjuk Bara sebelumnya.

Sementara Bara berbaring di sofa sambil memikirkan langkah selanjutnya yang akan dia ambil. Uangnya hanya sisa untuk hidupnya untuk setahun kalau dia pertaruhkan itu semua jika dia kalah pasti dia akan menjadi gelandangan.

Bara mengacak rambutnya kasar, dia merutuki dirinya sendiri yang terjebak di dunia perjudian.

"Aku hanya ingin menunjukkan pada mereka jika aku itu bukan 'The Loser' seperti yang mereka bilang," gumam Bara.

Malam pun tiba Bara mulai membuka matanya, ternyata dari tadi dia ketiduran di sofa. Dengan langkah gontai dia masuk ke kamar dan melupakan jika Fely ada disana.

Bara membuka pintu kamar dengan setengah sadar dia membuka semua bajunya karena memang dia sudah terbiasa hidup sendiri.

Tubuh kekar nan six packnya membuat kaum hawa pasti akan menatap dengan tatapan lapar jika melihatnya.

Tujuannya saat ini untuk membersihkan dirinya di kamar mandi tanpa dia duga Fely sedang mulas sedari siang tadi saat baru sampai di apartemen itu.

Fely bolak balik ke kamar sampai lemas mungkin dia alergi oleh makanan yang dia makan di hotel sebelumnya.

Saat melihat Bara masuk ke kamar mandi tubuh Fely menjadi panas dingin bagaimana tidak Bara masuk tanpa sehelai benang pun.

Dan tanpa malu dia mengguyur tubuhnya di bawah pancuran shower yang mana letaknya ada di depan closet yang Fely duduki saat ini.

Fely diam membeku, otaknya serasa berhenti melihat pemandangan yang baru pertama kali dilihatnya. Dia memejamkan matanya dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya takut Bara akan menyadari akan keberadaannya saat ini.

Tapi, perutnya tidak bisa diajak kompromi.

"Duuuuuuuttttt"

Fely kentut dibarengi dengan suara simfoni indah sesuatu benda yang terjatuh ke dalam kloset.

Sontak Bara menoleh ke belakangnya dan benar saja Fely masih duduk di kloset sembari menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Mata Bara membulat melihat pemandangan yang di depannya saat ini.

Buru-buru dia mengambil handuk dan melilitkan ke tubuhnya bersamaan dengan ingatan tentang Fely muncul di otaknya.

"Astagaaa.. aku lupa ada Ucil disini," gumamnya.

Dia segera keluar dari kamar mandi dengan cepat. Sementara Fely yang melihat Bara sudah keluar cepat-cepat membersihkan dirinya.

Fely mengintip dari balik pintu kamar mandi apakah Bara ada di dalam kamar? Setelah dirasa tidak ada dia dengan pelan membuka pintu dengan jalan jinjit dia melangkahkan kakinya keluar.

"Ehem.. " Tiba-tiba suara deheman terdengar di telinga Fely. Sontak dia menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah sumber suara.

Ternyata Bara duduk di sofa kamar sedari tadi menunggu Fely keluar dari kamar mandi.

Fely segera menghambur mendatangi Bara dan duduk berlutut di depannya.

"Maafkan saya, Tuan. Saya tidak sengaja melihatnya," ucap Fely dengan menahan tangisnya.

"Memang apa yang kau lihat?"

"Ngh, saya juga tidak tahu. Saya baru pertama kali melihatnya seumur hidup saya."

Bara memijit pelipisnya," Kau tidak tahu sistem reproduksi pria?"

"Saya berhenti sekolah dari 5 tahun lalu, Tuan. Jadi saat pelajaran itu saya tidak tahu."

Bara mendengus lega," Ya sudah. Kita lupakan kejadian tadi."

"Tapi saya tidak bisa melupakannya, Tuan. Benda itu mengingatkan saya pada pisang molen."

Mata Bara membulat seketika," Punyaku mirip pisang raja ukuran jumbo bukan pisang molen."

"Tapi saya tadi melihatnya seperti pisang molen, Tuan."