BAB 02 - Karena dia sahabatku

Ponsel Lusia terus berdering, panggilan masuk dari Reisa, sahabatnya, yang tiada henti. Dengan cepat, Lusia menjawab meski sedang mengemudi, memaksakan dirinya untuk tetap tenang. "Aku akan sampai, jangan panik, tenangkan dirimu, Reisa. Hanya 15 menit, oke?" katanya singkat sebelum segera memutuskan telepon dan fokus kembali pada jalan, berharap bisa sampai lebih cepat.

Lusia melirik ke luar jendela, melihat pepohonan di sepanjang jalan bergoyang kencang, tertiup angin yang semakin hebat. Langit yang sebelumnya cerah kini mulai mendung, menambah rasa cemas yang tak bisa ia hindari. "Apa akan turun hujan?" pikirnya, merasakan ketegangan yang meningkat di dalam mobil, seolah cuaca tak bersahabat dengannya.

Seperti yang dijanjikan, bahkan tidak sampai 15 menit, mobil box bertuliskan ‘Friends Cafe’ yang dikemudikan Lusia berhenti di area parkir Psithurism Art. Psithurism Art adalah sebuah galeri lukisan tempat Reisa bekerja.

Lusia langsung bergegas keluar dari mobil setelah meraih paper bag berisi baju dan sepatu hak tinggi milik Reisa dari bangku depan penumpang. Apron cafe masih tergantung rapi di tubuhnya, menunjukkan bahwa ia masih jam kerja.

"Ah, bodohnya... Kenapa juga aku masih memakainya?" ucap Lusia sambil berusaha melepas apron itu dan berjalan cepat menuju galeri.

Alasan Lusia berada di sana adalah karena ia menerima panggilan darurat dari Reisa, sahabat baiknya yang tiba-tiba membutuhkan bantuannya. Saat itu, Lusia masih sedang bekerja shift malam di cafe. Lusia tidak berpikir dua kali untuk mengorbankan waktu istirahatnya demi sahabat yang sangat berarti baginya.

“Selamat malam,” sapa petugas keamanan Psithurism Art, sambil membukakan pintu untuk Lusia. Lusia membalas dengan anggukan kepala dan senyuman tipis, lalu melanjutkan langkah cepatnya tanpa henti, masih dengan telepon di tangan.

“Kau di mana? Kukira kau akan menjemputku di depan galeri,” tanya Lusia, nada suaranya sedikit terdesak.

“Turunlah, aku sudah....” ucapan Lusia terhenti saat ia melihat Reisa, sahabatnya, berlari menghampirinya. Lusia langsung memutuskan sambungan telepon dan menyambut Reisa dengan tatapan lega.

“Oh… terima kasih, Lusia. Kau penyelamatku hari ini!” seru Reisa, langsung memeluk Lusia dengan rasa syukur yang besar.

Lusia melepas pelukan itu dengan lembut dan menatap sahabatnya itu dengan serius. “Menurutku setelan pakaianmu sudah cukup kok,” ujarnya, menatap Reisa dari ujung kepala hingga ujung kaki. Setelan kemeja putih dengan garis hitam vertikal, dipadukan blazer hitam dan celana palazzo yang dikenakan Reisa seharusnya sudah cukup pantas untuk acara kantor.

Reisa merasa penampilannya masih kurang. Ia menjelaskan pada Lusia, “Lihat, penampilanku ini terlalu formal. Big Boss sudah terbiasa melihatku dengan gaya seperti ini setiap hari. Malam ini aku harus tampil berbeda. Aku ingin membuat dia terkesan.” Reisa berbisik sambil memainkan alisnya, senyum nakal tersungging di bibirnya, perlahan meraih paper bag dari tangan Lusia.

“Apakah ini acara yang sangat penting?” tanya Lusia, sedikit khawatir.

“Tentu saja,” jawab Reisa, nadanya serius. “Kau tahu kan, sebelumnya setiap kali Big Boss mengajakku ke acara perusahaan, selalu ada saja yang menghalangi. Selalu ada yang salah, jadi kami gagal pergi bersama.” Reisa menghela napas, menyadari betapa ia merasa bersalah atas kegagalan-kegagalan itu.

“Dan itu karena kau sendirilah yang selalu mengacaukannya,” celetuk Lusia dengan nada bercanda.

Reisa hanya tersenyum mendengarnya. “Karena itu, kali ini aku akan melakukan yang terbaik,” jawabnya dengan penuh semangat. “Tapi, kau tahu, Lusia...” lanjutnya, suaranya berubah lebih misterius, sambil melirik ke sekeliling.

“Tahu apa? Katakan langsung, tanpa basa-basi,” jawab Lusia, sudah siap mendengarkan.

“Hufft...” Reisa menghela napas pendek, seolah-olah mempertimbangkan kata-kata yang tepat.

Dengan isyarat, Reisa meminta Lusia untuk lebih mendekat. “Kau tahu, ini pertama kalinya Big Boss mengajakku ke acara gathering tanpa pemberitahuan sebelumnya. Tanpa pesan, tanpa tanya-tanya, dan tanpa banyak basa-basi,” ucap Reisa dengan nada sedikit kesal, seolah ia masih tak percaya dengan sikap Big Boss yang tiba-tiba.

"Lalu, apa masalahnya dengan itu? Tinggal pergi saja, ikut saja dia," ucap Lusia dengan santai, seolah itu bukan masalah besar.

“Yaaa...!” Teriak Reisa seketika, hampir membuat telinga Lusia terasa berdenging. Setelah itu, Reisa menarik napas dalam-dalam dan melanjutkan, “Kau nggak mengerti, Lusia. Wanita itu harus siap! Kalau tidak, lihatlah... penampilanku sekarang biasa saja. Tidak ada yang spesial. Bahkan aku sampai merepotkanmu datang kemari hanya untuk ini!” ucapnya dengan kekesalan, tapi juga terlihat penuh semangat.

“Apa kau baru saja menyindirku karena aku nggak punya pasangan?” Lusia menyipitkan mata, lalu menyengir jahil. “Lagipula, situasi ini terasa seperti drama cinta... kau pemeran utamanya, dan aku cuma figuran. Jadi kenapa aku harus paham? Cukup jalani peranku saja, bukan?”

Reisa sempat terdiam, lalu buru-buru membela diri. Bukan itu maksudnya, jelas bukan. Lusia tertawa kecil dan menepuk lengan sahabatnya, menenangkan.  “Haha, baiklah, baiklah... aku hanya bercanda," ucapnya santai, namun penuh ketulusan.

Lusia meminta Reisa tak perlu panik lagi. Ia sudah berada di sini, tepat waktu, lengkap dengan seluruh perlengkapan tempur yang diminta, tak satu pun tertinggal.

Reisa tersenyum lega, membentuk simbol hati dengan jarinya. “Kau memang yang terbaik.”

Namun seperti biasa, Reisa masih sempat-sempatnya meminta maaf karena merasa sudah merepotkannya.

Lusia tersenyum kecil, ia tak pernah benar-benar merasa direpotkan. Reisa adalah satu dari tiga sahabat yang dimilikinya sejak masa SMA. Mereka tumbuh bersama, saling mengenal lebih dari sekadar permukaan sehingga dijuluki tiga sekawan.

Lusia tahu betul bahwa Reisa bisa panik hanya karena hal kecil dan sering kali berlebihan dalam mencemaskan sesuatu. Sifat manjanya pun bukan hal baru, membuatnya tak segan mengandalkan Lusia dalam situasi genting seperti malam ini. Dan meskipun begitu, Lusia tidak keberatan. Karena bagi Lusia, membantu sahabat bukanlah beban. Itu bagian dari persahabatan mereka yang sudah teruji waktu.

Reisa masih terlihat bersalah dan tak berhenti menebus kekurangannya. Ia berjanji akan langsung memesankan sandwich kesukaan Lusia secara online, sebagai bentuk permintaan maaf. Lusia hanya tersenyum dan mengangguk kecil, sebuah isyarat bahwa ia menerima niat baik itu tanpa perlu banyak kata.

“Pergilah,” ujar Lusia, suaranya tenang tapi cukup tegas. “Kau tidak ingin mengacaukannya lagi kali ini, bukan?”

Reisa mengangguk dan berbalik, namun percakapan mereka terpotong oleh kehadiran seorang pria. Ia datang dengan balutan jas rapi dan langkah mantap, langsung menghampiri mereka. Tatapannya tertuju pada Lusia sejenak, kemudian ia memberi isyarat kepada Reisa dengan menunjuk jam tangannya, kode halus agar Reisa segera mengambil tas dan bersiap.

Setelah meminta maaf sekali lagi, Reisa berpamitan sebentar dan naik ke lantai atas untuk berganti pakaian, meninggalkan Lusia bersama pria yang baru datang. Dia adalah David, pria yang mereka Big Boss. Pria itu mengenakan jas rapi, wajahnya santai meski tampak sedikit kebingungan.

“Reisa tidak bilang kau akan datang,” ucap David membuka percakapan.

Lusia menyambutnya dengan senyum, tapi raut wajahnya berubah menjadi penuh sindiran. Tanpa ragu, ia menegur, “Apa kau tidak merasa keterlaluan?”

David terkejut. “Keterlaluan? Aku? Maksudmu apa? Apa Reisa mengadu padamu?”

David memang bukan orang sembarangan. Ia adalah pemilik Psithurism Art Gallery, bos besar di tempat Reisa bekerja dan sekaligus sahabat Lusia, salah satu orang dari tiga sekawan saat SMA. Namun, kali ini, bahkan status ‘Big Boss’ tak membuatnya kebal dari sindiran sahabat Reisa itu.

Dengan gaya santai namun penuh sindiran, Lusia menyampaikan keluhan Reisa nyaris kata per kata. Ia menggambarkan betapa paniknya Reisa karena diajak ke acara penting tanpa pemberitahuan, dan betapa repotnya ia harus datang jauh-jauh hanya untuk mengantarkan pakaian dan sepatu hak tinggi demi penampilan yang sempurna.

David hanya mengangkat alis, masih terlihat bingung. “Jadi, kau datang ke sini hanya untuk itu?”

Lusia tertawa lebar. “Kalau bukan untuk itu, masa aku ke sini cuma buat menyapamu?”

David menatap Reisa yang berdiri menunggu lift terbuka. Tatapannya tampak lirih, seperti ada sesuatu yang tidak terucap. “Padahal aku sudah berencana membawanya ke butik dulu sebelum ke acara...” gumamnya pelan, nyaris hanya untuk dirinya sendiri. “Harusnya aku memberitahunya lebih awal,” lanjutnya, menghela napas dengan nada sesal.

Lusia menyilangkan tangan di depan dada, memperhatikan sahabat prianya itu dengan ekspresi setengah geli. “Kalau saja para wanita yang tergila-gila padamu tahu betapa tidak peka dirimu, David... mereka pasti langsung patah hati. Impian mereka untuk menjadi Cinderella akan sirna seketika,” ucapnya setengah mencibir, setengah menggoda.

David mengangkat alis, ekspresinya dibuat serius, meskipun nada suaranya menyimpan canda yang terselubung. “Aku...? Apa menurutmu aku harus memahami setiap isi hati wanita yang tergila-gila padaku? Bolehkah aku mulai melakukannya... pada wanita lain?” tanyanya pelan, seolah ingin mengetes reaksi Lusia.

Lusia menyipitkan mata, wajahnya berubah menjadi ekspresi mengancam. “Silakan saja, kalau kau ingin wajah tampanmu itu berubah bentuk dalam hitungan detik,” balasnya tajam, penuh peringatan.

Tawa David meledak, namun segera mereda saat matanya bertemu pandang dengan milik Lusia. Tatapannya berubah, lebih dalam, lebih serius. “Aku bukan tidak peka... atau tidak berperasaan. Kau... tidak tahu jika aku....”

Kalimatnya menggantung di udara, saat Lusia melanjutkan perkataannya, “Coba katakan pembelaanmu.” Lusia mendongak, menantangnya untuk melanjutkan kalimatnya, wajahnya begitu dekat hingga David bisa merasakan napasnya. Sesaat, mata David membulat, terkejut tapi tak bergeming.

Lalu dengan satu gerakan cepat, ia mengakhirinya dengan jentikan ringan ke kening Lusia. Tek!

“Hyaaaa… !!!” teriak Lusia, sedikit kesakitan karena ulah David. Seketika, David mengalihkan tatapannya, disertai batuk kecil yang tertahan, lalu melanjutkan ucapannya. “Tentu saja, aku bisa menjadi pria romantis dengan caraku sendiri. Bahkan, kau pun bisa sampai terpesona!” katanya dengan senyum nakal.

“Wahhh…, kau membuatku merinding,” balas Lusia sambil menggosok kedua lengannya, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan oleh pria berparas tampan yang kini berdiri di hadapannya.

Perbincangan mereka berlanjut, dengan David terus menemani Lusia sembari menunggu Reisa selesai berganti pakaian dan berdandan. Lusia menatap David yang tengah berbicara kepadanya, pikirannya melayang sejenak.

“Meskipun aku sering merasa iri dengan romantisnya pasangan lain, untuk kalian berdua, aku justru merestuinya dengan sepenuh hati. Kau adalah pria impiannya, dan aku bisa tenang melepaskan Reisa, sahabatku, untuk menjadi orang yang sangat istimewa bagimu. Aku percaya, kau bisa menjaganya dengan baik dan menjadikannya wanita yang sangat beruntung. Aku sangat bahagia untuknya, karena dia adalah sahabatku,”

.

***To Be Continued***

Hallo para pembaca setia Rayn & Lusia 👋😃

✅ Terus Dukung Karya ini dengan menjadikan FAVORITE yah..

❤ Berikan Like kalian hanya dengan klik Like pada symbol Love, GRATIS 😍

📝Lengkapi kehaluan Author dengan KOMENTAR kalian di setiap BAB nya ya…. ( saran dari kalian juga bisa menjadi inspirasi cerita Author)

🎀 PLEASE BERIKAN VOTE pada karya ini agar semakin di Up Up Up dan Up lagi oleh platform.

Terima Kasih atas semua dukungannya 🙆

Terpopuler

Comments

@InunAnwar

@InunAnwar

masih menyimak, blm bisa komentar gimana²...

2021-12-01

0

Meimawati

Meimawati

msih nyimak thoor

2021-09-24

0

skz_0428

skz_0428

masih penasaran

2021-07-14

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 01 - Prolog
2 BAB 02 - Karena dia sahabatku
3 BAB 03 - Lotus
4 BAB 04 - Pertemuan Malam Itu
5 BAB 05 - Terjebak Pelukannya
6 BAB 06 - Tidak tahu Terima Kasih
7 BAB 07 - Horor
8 BAB 08 - Psikopat
9 BAB 09 - Malam Yang Panjang
10 BAB 10 - Bromance
11 BAB 11 - Cemburu
12 BAB 12 - Negoisasi
13 BAB 13 - Kopi dari Sang Pangeran
14 BAB 14 - Bunga Misterius
15 BAB 15 - Awal Dari Semua
16 BAB 16 - Maafkan Aku Ibu
17 BAB 17 - Perasaan Kelvin
18 BAB 18 - Flahsback
19 BAB 19 - Diasingkan
20 BAB 20 - Kesepakatan
21 BAB 21 - Raihlah Tanganku
22 BAB 22 - Panggilan untuk Bos baru
23 BAB 23 - Jalan Hidupku Miliku
24 BAB 24 - Mobil Baru
25 BAB 25 - Mobil Misterius
26 BAB 26 - BodyGuard Baru
27 BAB 27 - Kencan Romantis
28 BAB 28 - Hiburan Malam
29 BAB 29 - Pertolongan
30 BAB 30 - Siapa dia ?
31 Bab 31 - Penguntit ?
32 BAB 32 - Netizen Maha Benar
33 BAB 33 - Mabuk
34 BAB 34 - Terlalu Rupawan
35 Bab 35 - Percayalah Padaku
36 BAB 36 - Anak AYam
37 BAB 37 - Kejamnya Haters
38 BAB 38 - Ingatan Yang Menyiksa
39 BAB 39 - Gadis Kuncir Kuda
40 BAB 40 - Fakta Yang Tak Terungkap
41 BAB 41 - Kau Kekasihku
42 BAB 42 - Demi Lusia
43 BAB 43 - Tertipu
44 BAB 44 - Kabar Baik
45 BAB 45 - Di Salahpahami
46 BAB 46 - Yang Tidak Mickey Ingat
47 BAB 47 - Dia Gadis Berkuncir Kuda
48 BAB 48 - Sup Kerang
49 BAB 49 - Impianmu adalah Milikmu
50 BAB 50 - Bahagia diatas Penderitaanku
51 BAB 51 - Orang Pertama Bagiku
52 BAB 52 - Apa Dia Pacarnya? (Misi ke-3 Part 1)
53 BAB 53 - Baby Sister Bayi Raksasa ( Misi ke-3 Part 2 )
54 BAB 54 - Cemburu?
55 BAB 55 - Terlalu Lemah
56 BAB 56 - Dervilia
57 BAB 57 - Siapa wanita itu?
58 BAB 58 - Aku pun ingin menyerah
59 BAB 59 - Dr. Leona
60 BAB 60 - Colokan Listrik
61 BAB 61 - Dicemaskan 2 Pria
62 BAB 62 - Karena Aku Suka
63 BAB 63 - Kembang Api
64 BAB 64 - Pria Misterius yang Kejam
65 BAB 65 - Kau Segalanya Bagiku.
66 BAB 66 - Dia Wanitaku
67 BAB 67 - Kegiatan Romantis di pagi hari
68 BAB 68 - Tidak Ingin Menyerah
69 BAB 69 - Jangan Pergi
70 BAB 70 - Aroma Petrichor
71 BAB 71 - Derita Mickey Kecil
72 BAB 72 - Cahaya dan Luka Mickey
73 BAB 73 - Hantu Putri Duyung
74 BAB 74 - Menjadi Istriku
75 BAB 75 - Aku Mencintaimu Lusia
76 BAB 76 - Semak-Semak
77 BAB 77 - Siapa Dia (Part2)
78 BAB 78 - Cinta Mickey
79 BAB 79 - Cara Kencan Kami
80 BAB 80 - Cemburu ?
81 BAB 81 - Malam Kecelakaan
82 BAB 82 - Ibu
83 BAB 83 - Bukan Salahmu
84 BAB 84 - Kenapa Harus Dirimu
85 Pengumuman
86 BAB 85 - Mustahil itu Ayahmu
87 BAB 86 - Louis, Narapidana 7007
88 BAB 86 - Dia, Si Pria Pembunuh
89 BAB 87 - Kau Bukan Dewa atau Tuhan
90 BAB 2 - Tergoda Sang Penggoda
91 BAB 91 - Kesempurnaan Hatimu
92 BAB 92 - Garis Takdir
93 BAB 93 - Hatiku Selalu Miliknya
94 BAB 94 - Melepaskan Rasa
95 BAB 95 - Si Kembar Yang Jahat
96 BAB 96 - Aku Ingin Tubuhmu
97 BAB 97 - Dia Si Pria Misterius
98 BAB 98 - Sang Psikopat
99 BAB 99 - Selamatkan Dia
100 BAB 100 - Bukan Salahmu
101 BAB 101 - Masih Menunggumu
102 BAB 102 - Little Mermaid
103 BAB 104 - Keputusan Yang Sulit
104 BAB 103 - Aku Tanpamu
105 BAB 104 - Keputusan Yang Sulit
106 BAB 105 - Bukan Mimpi
107 BAB 106 - Menjadikanmu Takdirku
108 BAB 107 - Lebih dari Kekasihku
109 BAB 108 - Ketangkap Basah
110 BAB 109 - Menipu Dunia
111 BAB 110 - Dia Masih Hidup
112 BAB 111 - Kenyamanan
113 BAB 112 - Keluarga Bahagia
114 BAB 113 - Kebahagian Yang Sederhana
115 BAB 114 - Ketakutanku
116 BAB 115 - Bersamamu Seperti Ini
117 BAB 116 - Melindungnya Dengan Caraku
118 BAB 117 - Drama Romansa Canada
119 BAB 118 - Pilihan Yang Ku Pilih
120 BAB 119 - Will You Merry Me
121 BAB 120 - Restu Darinya
122 BAB 121 - Warna Hidupku Darinya
123 BAB 122 - Duniaku Bersamanya
124 BAB 123 - Wedding Day
125 BAB 124 - Malam Yang Tertunda
126 BAB 125 - Melindungi Perasaanmu
127 BAB 126 - Wanita Yang Menungguku Pulang
128 BAB 127 - Menjadi Suami Yang Sempurna
129 BAB 128 - Dia Suamiku
130 BAB 129 - Menuju Surga Dunia
131 BAB 130 - Incredible Night
132 BAB 131 - Melindungi Adikku, Ryan
133 BAB 132 - Cucu Team Kesebelasan
134 BAB 133 - Aku Memilihmu
135 BAB 134 - Sikap Yang Ku Pilih
136 BAB 135 - Selamat Tinggal
137 BAB 136 - Rahasia Tanpa Diriku
138 BAB 137 - Dia Ayahku
139 BAB 138 - Apa Kau Baik-Baik Saja ?
140 BAB 139 - Tatapan Itu Lagi
141 BAB 140 - Aku Selalu Ada
142 BAB 141 - Aku Tidak Bisa Membencimu
143 BAB 142 - Satunya Yang Melindungimu
144 BAB 143 - Kau Tidak Mencintainya
145 BAB 144 - Terhanyut
146 BAB 145 - Jangan Menahannya
147 BAB 146 - Cinta Sejati itu Dirimu
148 BAB 147 - Dewa Takdir
149 BAB 148 - Langit Senja
150 BAB 149 - Drama Romantis
151 BAB 150 - Undanga Reuni
152 BAB 151 - Gosip Menikah
153 BAB 152 - Reuni Terburuk
154 BAB 154 - Dia Pemenangnya
155 BAB 155 - Circle
156 BAB 156 - Menjadi Ayah
157 BAB 157 - Racikan Derward
158 BAB 158 - Rencana Derward, Goal !
159 BAB 159 - Kesetiaan Leona
160 BAB 160 - Picnic Day
161 BAB 161 - Kesetian Arka
162 BAB 162 - Hanya Ingin Melindungimu
163 BAB 163 - Cemburu Kekanakan
164 BAB 164 - NK Group ?
165 BAB 165 - Perihnya Kekuasaan
166 BAB 166 - Keputusan Leona
167 BAB 167 - Lie
168 BAB 168 - Percayalah Padaku
169 BAB 169 - Undangan VVIP
170 BAB 170 - Siapa Lotus ?
171 BAB 171 - Dia adalah Lotus
172 BAB 172 - Dia Wanitaku
173 BAB 173 - Destiny
174 BAB 174 - Berita Besar
175 BAB 175 - Kaburnya Louis
176 BAB 176 - Dendam Mike
177 BAB 177 - Menghibur
178 BAB 178 - Dibodohi
179 BAB 179 - Putra NK Group
180 BAB 180 - Sepatu Bayi
181 BAB 181 - Jawaban Penantian
182 BAB 182 - Tunggu Aku
183 BAB 183 - Selamatkan Dia
184 BAB 184 - Katakan Padaku
185 BAB 185 - Buah Hati
186 BAB 186 - Ironis
187 BAB 187 - Kebebasan Mickey
188 BAB 188 - Apa Itu Dirimu ?
189 BAB 189 - Jangan Pernah Melepasku
190 BAB 190 - Cukup Hanya Kita
191 BAB 191 - Kembali Muda
192 BAB 192 - Ice Cream
193 BAB 193 - Tentang Kita Berdua
Episodes

Updated 193 Episodes

1
BAB 01 - Prolog
2
BAB 02 - Karena dia sahabatku
3
BAB 03 - Lotus
4
BAB 04 - Pertemuan Malam Itu
5
BAB 05 - Terjebak Pelukannya
6
BAB 06 - Tidak tahu Terima Kasih
7
BAB 07 - Horor
8
BAB 08 - Psikopat
9
BAB 09 - Malam Yang Panjang
10
BAB 10 - Bromance
11
BAB 11 - Cemburu
12
BAB 12 - Negoisasi
13
BAB 13 - Kopi dari Sang Pangeran
14
BAB 14 - Bunga Misterius
15
BAB 15 - Awal Dari Semua
16
BAB 16 - Maafkan Aku Ibu
17
BAB 17 - Perasaan Kelvin
18
BAB 18 - Flahsback
19
BAB 19 - Diasingkan
20
BAB 20 - Kesepakatan
21
BAB 21 - Raihlah Tanganku
22
BAB 22 - Panggilan untuk Bos baru
23
BAB 23 - Jalan Hidupku Miliku
24
BAB 24 - Mobil Baru
25
BAB 25 - Mobil Misterius
26
BAB 26 - BodyGuard Baru
27
BAB 27 - Kencan Romantis
28
BAB 28 - Hiburan Malam
29
BAB 29 - Pertolongan
30
BAB 30 - Siapa dia ?
31
Bab 31 - Penguntit ?
32
BAB 32 - Netizen Maha Benar
33
BAB 33 - Mabuk
34
BAB 34 - Terlalu Rupawan
35
Bab 35 - Percayalah Padaku
36
BAB 36 - Anak AYam
37
BAB 37 - Kejamnya Haters
38
BAB 38 - Ingatan Yang Menyiksa
39
BAB 39 - Gadis Kuncir Kuda
40
BAB 40 - Fakta Yang Tak Terungkap
41
BAB 41 - Kau Kekasihku
42
BAB 42 - Demi Lusia
43
BAB 43 - Tertipu
44
BAB 44 - Kabar Baik
45
BAB 45 - Di Salahpahami
46
BAB 46 - Yang Tidak Mickey Ingat
47
BAB 47 - Dia Gadis Berkuncir Kuda
48
BAB 48 - Sup Kerang
49
BAB 49 - Impianmu adalah Milikmu
50
BAB 50 - Bahagia diatas Penderitaanku
51
BAB 51 - Orang Pertama Bagiku
52
BAB 52 - Apa Dia Pacarnya? (Misi ke-3 Part 1)
53
BAB 53 - Baby Sister Bayi Raksasa ( Misi ke-3 Part 2 )
54
BAB 54 - Cemburu?
55
BAB 55 - Terlalu Lemah
56
BAB 56 - Dervilia
57
BAB 57 - Siapa wanita itu?
58
BAB 58 - Aku pun ingin menyerah
59
BAB 59 - Dr. Leona
60
BAB 60 - Colokan Listrik
61
BAB 61 - Dicemaskan 2 Pria
62
BAB 62 - Karena Aku Suka
63
BAB 63 - Kembang Api
64
BAB 64 - Pria Misterius yang Kejam
65
BAB 65 - Kau Segalanya Bagiku.
66
BAB 66 - Dia Wanitaku
67
BAB 67 - Kegiatan Romantis di pagi hari
68
BAB 68 - Tidak Ingin Menyerah
69
BAB 69 - Jangan Pergi
70
BAB 70 - Aroma Petrichor
71
BAB 71 - Derita Mickey Kecil
72
BAB 72 - Cahaya dan Luka Mickey
73
BAB 73 - Hantu Putri Duyung
74
BAB 74 - Menjadi Istriku
75
BAB 75 - Aku Mencintaimu Lusia
76
BAB 76 - Semak-Semak
77
BAB 77 - Siapa Dia (Part2)
78
BAB 78 - Cinta Mickey
79
BAB 79 - Cara Kencan Kami
80
BAB 80 - Cemburu ?
81
BAB 81 - Malam Kecelakaan
82
BAB 82 - Ibu
83
BAB 83 - Bukan Salahmu
84
BAB 84 - Kenapa Harus Dirimu
85
Pengumuman
86
BAB 85 - Mustahil itu Ayahmu
87
BAB 86 - Louis, Narapidana 7007
88
BAB 86 - Dia, Si Pria Pembunuh
89
BAB 87 - Kau Bukan Dewa atau Tuhan
90
BAB 2 - Tergoda Sang Penggoda
91
BAB 91 - Kesempurnaan Hatimu
92
BAB 92 - Garis Takdir
93
BAB 93 - Hatiku Selalu Miliknya
94
BAB 94 - Melepaskan Rasa
95
BAB 95 - Si Kembar Yang Jahat
96
BAB 96 - Aku Ingin Tubuhmu
97
BAB 97 - Dia Si Pria Misterius
98
BAB 98 - Sang Psikopat
99
BAB 99 - Selamatkan Dia
100
BAB 100 - Bukan Salahmu
101
BAB 101 - Masih Menunggumu
102
BAB 102 - Little Mermaid
103
BAB 104 - Keputusan Yang Sulit
104
BAB 103 - Aku Tanpamu
105
BAB 104 - Keputusan Yang Sulit
106
BAB 105 - Bukan Mimpi
107
BAB 106 - Menjadikanmu Takdirku
108
BAB 107 - Lebih dari Kekasihku
109
BAB 108 - Ketangkap Basah
110
BAB 109 - Menipu Dunia
111
BAB 110 - Dia Masih Hidup
112
BAB 111 - Kenyamanan
113
BAB 112 - Keluarga Bahagia
114
BAB 113 - Kebahagian Yang Sederhana
115
BAB 114 - Ketakutanku
116
BAB 115 - Bersamamu Seperti Ini
117
BAB 116 - Melindungnya Dengan Caraku
118
BAB 117 - Drama Romansa Canada
119
BAB 118 - Pilihan Yang Ku Pilih
120
BAB 119 - Will You Merry Me
121
BAB 120 - Restu Darinya
122
BAB 121 - Warna Hidupku Darinya
123
BAB 122 - Duniaku Bersamanya
124
BAB 123 - Wedding Day
125
BAB 124 - Malam Yang Tertunda
126
BAB 125 - Melindungi Perasaanmu
127
BAB 126 - Wanita Yang Menungguku Pulang
128
BAB 127 - Menjadi Suami Yang Sempurna
129
BAB 128 - Dia Suamiku
130
BAB 129 - Menuju Surga Dunia
131
BAB 130 - Incredible Night
132
BAB 131 - Melindungi Adikku, Ryan
133
BAB 132 - Cucu Team Kesebelasan
134
BAB 133 - Aku Memilihmu
135
BAB 134 - Sikap Yang Ku Pilih
136
BAB 135 - Selamat Tinggal
137
BAB 136 - Rahasia Tanpa Diriku
138
BAB 137 - Dia Ayahku
139
BAB 138 - Apa Kau Baik-Baik Saja ?
140
BAB 139 - Tatapan Itu Lagi
141
BAB 140 - Aku Selalu Ada
142
BAB 141 - Aku Tidak Bisa Membencimu
143
BAB 142 - Satunya Yang Melindungimu
144
BAB 143 - Kau Tidak Mencintainya
145
BAB 144 - Terhanyut
146
BAB 145 - Jangan Menahannya
147
BAB 146 - Cinta Sejati itu Dirimu
148
BAB 147 - Dewa Takdir
149
BAB 148 - Langit Senja
150
BAB 149 - Drama Romantis
151
BAB 150 - Undanga Reuni
152
BAB 151 - Gosip Menikah
153
BAB 152 - Reuni Terburuk
154
BAB 154 - Dia Pemenangnya
155
BAB 155 - Circle
156
BAB 156 - Menjadi Ayah
157
BAB 157 - Racikan Derward
158
BAB 158 - Rencana Derward, Goal !
159
BAB 159 - Kesetiaan Leona
160
BAB 160 - Picnic Day
161
BAB 161 - Kesetian Arka
162
BAB 162 - Hanya Ingin Melindungimu
163
BAB 163 - Cemburu Kekanakan
164
BAB 164 - NK Group ?
165
BAB 165 - Perihnya Kekuasaan
166
BAB 166 - Keputusan Leona
167
BAB 167 - Lie
168
BAB 168 - Percayalah Padaku
169
BAB 169 - Undangan VVIP
170
BAB 170 - Siapa Lotus ?
171
BAB 171 - Dia adalah Lotus
172
BAB 172 - Dia Wanitaku
173
BAB 173 - Destiny
174
BAB 174 - Berita Besar
175
BAB 175 - Kaburnya Louis
176
BAB 176 - Dendam Mike
177
BAB 177 - Menghibur
178
BAB 178 - Dibodohi
179
BAB 179 - Putra NK Group
180
BAB 180 - Sepatu Bayi
181
BAB 181 - Jawaban Penantian
182
BAB 182 - Tunggu Aku
183
BAB 183 - Selamatkan Dia
184
BAB 184 - Katakan Padaku
185
BAB 185 - Buah Hati
186
BAB 186 - Ironis
187
BAB 187 - Kebebasan Mickey
188
BAB 188 - Apa Itu Dirimu ?
189
BAB 189 - Jangan Pernah Melepasku
190
BAB 190 - Cukup Hanya Kita
191
BAB 191 - Kembali Muda
192
BAB 192 - Ice Cream
193
BAB 193 - Tentang Kita Berdua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!