(Jane...)
Dean menarikku ke arah papan pengumuman sekolah yang berada di pertengahan lorong antara murid spesial dan murid umum. Mataku menatap Dean pasrah dan menggeleng saat melihat sebuah brosur yang sangat dinanti Dean terpajang rapi di dalam sebuah kaca. "Aku tidak bisa.." kataku begitu ia menunduk sedikit untuk melihatku.
Matanya menatapku dengan datar dan sedikit terganggu dengan perkataanku. Aku memutar kepalaku dengan cepat dan mengangkat jemariku untuk menunjuk tanggal dan jam yang ada pada brosur tersebut. "Ayahku memintaku untuk melakukan sesuatu hari itu." Aku tidak berbohong kali, ayahku memintaku untuk mendatangi CCC untuk meneliti segala berkas yang akan dilenyapkan oleh ayahnya Dean. Dean menatapku dengan wajahnya yang kecewa, ia tahu jika ayahku sudah mengeluarkan perkataan apapun itu, pasti aku akan menurutinya. "Aku ikut denganmu?" katanya singkat.
Aku menggeleng dengan cepat dan menatapnya. "Nope.."
Dean membuka mulutnya dan hendak berbicara namun terhenti saat James menepuk pundaknya pelan dan membetulkan tasnya yang hendak jatuh. "Hai!"
Life Saver! kataku dalam hati sambil tersenyum dan melepas tangan Dean yang dari tadi masih berada di pergelanganku.
Dean menepuk pundak James pelan dan menjauhkan James yang berada di dekatnya dengan tampang terganggu. Aku nengambil langkahku pelan dan berjalan mundur selagi mereka berbicara dan begitu kusadari aku sudah berada di dekat tangga, aku berlari dengan cepat menuju ruang kepala sekolah dan membuka pintu kayu besar yang ada di depanku.
"Mom.." kataku pelan begitu melihat ibuku berdiri di dekat jendela.
Wajahnya berputar ke arahku dan menatapku dengan bola mata birunya yang sangat membuatku iri! Tahukah kalian kenapa alasan sebenarnya aku iri? Aku dan Jack berasal dari keluarga yang sama dengan aliran darah dari ayah dan ibuku tapi hanya Jack yang menuruni bola mata berwarna biru laut ibuku. Ayahku berwarna hijau cerah seperti rumput hijau yang ada di halaman rumah kami, sedangkan aku memiliki bola mata berwarna coklat gelap seperti batang pohon yang kokoh.
“Bisakah aku menghubungi dad?”
Pertanyaan itu membuat ibuku berjalan ke arah salah satu rak buku yang tepat berada di belakang meja kerjanya. Ia menarik salah satu tablet yang ada di sana dan menyalakannya. Aku melihat layarnya menyala gelap dan muncul tulisan ZO-1 yang merupakan nama agensi kami. Ibuku menekan 8 digit angka yang ada di kolom password dan beberapa saat kemudian scan jemari di butuhkan. Ia menekan beberapa menu hingga akhirnya aku melihat sebuah nama di layarnya. Nicholas Andrew Berrlyne.
“Ya Kate?” suara berat muncul di layar beserta gambar ayahku.
Good, video call...!
“*Dad*!” aku tersenyum melihat ayahku tertawa kecil dan memperlihatkan deretan giginya yang putih dan rapi. “Hai Sweetheart! Ada apa?”
“Hmm aku hanya ingin bertanya tentang kegiatan besok, aku harus mencari data apa?” Aku mengeluarkan handphone-ku yang bergetar di saku blazerku.
Dean.
Aku menghela nafas dan memasukkannya lagi di saku blazerku.
“Dean?” ayahku melihat ke arahku dengan senyum usil yang menghias wajahnya.
“Sudah kubilang Nick! Dean dan Jane sangat cocok!” kali ini giliran ibuku mengibas-ngibas tangannya di udara dan tertawa kecil. Aku menatap mereka berdua secara bergantian dan menggeleng. “Mustahil.” kataku dengan tegas membuat mereka berdua berhenti dan kembali serius.
“Data yang kau butuhkan adalah sebuah file print out dan file di folder rahasia mereka. Jack dan Nathaniel akan membantumu mengakses ke database CCC.”
Hacker... Aku memutar kedua bola mataku dan mengangguk.
Tuk Tuk Tuk..
Aku dan ibuku menoleh ke arah pintu dan membalik tablet di meja dengan cepat saat melihat kepala Dean mengintip dari celah pintu. Ia menatapku dengan pandangan yang tergolong mengangguku. “Jane..” katanya pelan.
“Oh! Dean! Ayo masuk-masuk! Aku baru saja ingin membuat teh untuk Jane..”
Aku memutar kepalaku dan melihat ibuku menuang teh di cangkir putih bercorak bunga-bunga kesayangannya.
Nice.. pikirku sambil tersenyum kecil.
Dean berjalan masuk dan meraih bahuku. Aku dapat merasakan tangannya mencengkram bahuku dengan keras dan hal itu membuatku yakin ia kesal karena aku menjauhinya seharian ini. “Tidak, terima kasih Mrs. Bells. Bolehkan aku membawa Jane sekarang?”
Aku memberi kode pada ibuku untuk menolak permintaan Dean tapi ibuku mengabaikanku. Ia menatap Dean dengan senyumnya yang lebar dan mengangguk. Hal ini membuat Dean melihat ke arahku yang dari tadi memunggunginya. “Ayo kita pergi Jane.” katanya dengan senyum paksaan yang di pasang di wajahnya sebagai topeng dan memaksaku berdiri. Tanganya meraih pergelangan tanganku dan menarikku keluar ruangan.
Aku merasa terseret kali ini. Kakinya yang panjang membuat langkahnya sulit untuk diikuti. Tangannya terus menerus mencengkram pergelangan tanganku dengan sedikit kasar. Berkali-kali aku menghentakan tanganku supaya ia bisa melepaskannya tetapi selalu gagal. Ia terus menerus menarikku hingga kami berada di taman belakang dekat pohon rindang yang biasanya menjadi tempat kami untuk makan siang saat istirahat. Ia melepaskan tanganku dan berbalik melihatku dengan sedikit amarah yang terpancar dari kedua bola matanya. “Aku sudah bilang jangan pergi kemanapun tanpa aku Jane!” Bentaknya dengan nada kesal.
Aku menarik nafasku dan mencoba mendinginkan kepalaku. Aku tidak ingin bertengkar dengannya, aku menatap kedua bola matanya dengan serius. “Dean. Aku sudah berumur 18 tahun. Aku bisa menjaga diriku.”
Tangan besarnya meraih kedua pipiku dan memaksa wajahku untuk menghadap wajahnya begitu aku ingin menatap kearah lain dan beranjak pergi. “Ingat hari dimana kau nyaris diculik Jane?”
Perkataannya membuatku berpikir kembali tentang kejadian itu. Beberapa bulan lalu, saat aku mendapatkan tugas rahasia tentang rencana perusakan sebuah perusahaan nuklir terbesar di kota ini. Beberapa pembunuh bayaran di sewa hanya untuk membunuhku karena aku memegang folder rahasia mereka. Pembunuh itu menyerangku saat aku berjalan kabur dari sekolah. Dean melihatku dan langsung memanggil beberapa security untuk menyelamatkanku. Sejak saat itu Dean selalu berada di sampingku dan tidak mau menjauh dariku. Aku menutup kedua mataku dan diam, menikmati setiap kegelapan yang ada di pikiranku tentang hari buruk itu.
“Aku mencemaskanmu Jane...” perkataan Dean yang lembut membuatku membuka mataku lagi dan menatap Dean. Tanganku meraih kedua tangannya dan membawanya ke depanku. Aku meremas tangannya pelan dan menatap tangan besar miliknya itu. “Aku baik-baik saja Dean..” Aku berusaha meyakinkan dia dan membuatnya tidak khawatir padaku. Karena inilah tugasku, sebagai agent rahasia dengan rank B, aku harus siap menghadapi apapun yang ada di hadapanku walaupun nyawaku sendiri sebagai taruhannya. Dean tidak tahu identitasku yang asli dan jika ia tahu aku yakin dia akan menjadi over-protective. Aku tahu dia bukan siapa-siapa di hidupku. Kami hanya teman masa kecil yang berteman sampai kami berumur 18 tahun. Keluargaku adalah agent rahasia yang bekerja aktif di lapangan kecuali ibuku, ibuku berhenti dari agent lapangan dan menjadi chief analyze yang menjalankan misi di belakang layar dan menjalankan sekolah aman ini.
Nama belakangku dipalsukan demi keselamatanku, nama belakang asliku bukan Bells, tapi Berrlyne.
“Jane?” suara berat Dean berhasil mengambil alih pikiranku. Aku kembali menatapnya dan tersenyum. Ia menatapku dengan tatapan curiga. “Kau menatap tanganku lebih dari 3 menit.”.
Mataku membulat dan dengan cepat aku melepas tangannya dan menarik tanganku ke belakang punggungku. Aku tersenyum sebisaku dan melihat jam tangan kecilku yang melingkari pergelangan tangan kiriku. “Ayo ke kelas Dean.” Aku berjalan duluan dan merasakan dia mengikuti dari belakang dalam keheningan yang panjang...
---
Aku menatap Jack dan Nathan bergantian dengan pandangan tidak percaya. Aku membetulkan kembali sebuah microphone kecil yang melingkari telingaku dengan kabel tipisnya. Jack memberikanku sebuah USB Flash Drive dan memasukkannya ke kantung kecil yang melingkar di pinggangku. “Kalian pasti bercanda..” kataku sambil menepuk keningku pelan dan melihat ke bawah gedung.
Nathan menggeleng dan melihatku dengan tampang datarnya. “Nope.”
Aku memutar pandanganku ke arah gedung dan sesekali memainkan tali yang terpasang di pengaman bajuku. “Jack-"
“No comment sis! Nathan akan membantu kita dari atas karena firewall CCC berada di lantai paling atas. Tugas kita turun ke lantai 10 untuk menembus database utama.” Jack mengibas-ngibaskan tangannya di udara, “Now!” ia melompat dari pinggir gedung dan mendarat mulus di balkon lantai 10.
Aku menggeleng dan menelan ludahku dengan pelan begitu melihat ia berjalan masuk ke dalam gedung.
“Just Jump.”
Aku menatap Nathan dengan kejam berusaha membunuhnya dengan tatapan mataku sebelum akhirnya aku melompat ke tempat Jack. Aku melepas tali tersebut dan berjalan menyusul Jack yang sudah mengelabuhi beberapa penjaga. Mataku menyusuri setiap lorong gelap dengan teliti berusaha mencari ruangan utama atau ruangan kendali. Mataku menangkap Jack memberikan kode kalau ruangan yang aku cari ada di hadapannya. Dengan gerakan cepat aku menghampirinya dan membuka pintu itu secara perlahan dan mengintip ke dalam.
Kosong.
Aku melompat ke dalam dan duduk di depan komputer di meja tersebut. Tanganku mengetik beberapa code script dan menyadap database di sana.
“Jane. Copy semua folder di folder berjudul X dan lenyapkan semuanya.”
Aku mendengar suara Nathan dari microphone dan mengangguk.
Aku berhasil menembus kekebalan firewall dan penjagaan database lainnya dengan bantuan Nathan dalam beberapa menit aku keluar dan berjalan bersama Jack yang berhasil menemukan jalan pintas untuk keluar dari gedung ini. Kami bersama-sama kembali ke agensi dengan data copy-an yang aku pegang. Selena memberikan data tersebut ke Alex, salah satu analyze agent dan memberi kabar kalau data itu hanya 1 dari 20 yang dibutuhkan Zero. Aku mengutuk diriku dengan kesal dan tenggelam dalam pikiranku. Jack dan Nathan sudah memulai pemikiran mereka tentang semua kemungkinan yang ada, mulai dari kemungkinan diambil lawan atau disimpan secara terpisah. Tanganku meraih rambutku dan mengikatnya menjadi ponytail sampai akhirnya sebuah ide muncul di pikiranku.
“Apakah kemungkinan code script disimpan di Dean?” pertanyaan itu membuat semua mata menatapku dengan kaget. Jack menggeleng dan menatapku serius. “Mustahil Jane, jika Dr. William menyimpannya pada Dean sama saja seperti bom bunuh diri.”.
“Tapi Dean seorang anak prodigy dan gifted child. Dia bisa saja memanipulasikan kodenya.” perkataanku membuat Selena mengangguk setuju dan memainkan jarinya di monitor yang aku tidak tahu apa yang ditampilkan di layarnya. “Jane, tolong kamu selidiki Dean dan segera melaporkan apakah data tersebut ada pada Dean atau tidak. Jack dan Nathaniel tolong kalian selidiki tentang keberadaan data lanjutannya.”.
Kami bertiga mengangguk dengan kompak dan mencoba mencari data-data di komputer yang ada. Nathan membantuku menembus ke dalam database komputer Dean yang ada di rumahnya hanya dengan beberapa koneksi internet dan code manuscript. Hacker memang hebat.
Mataku menyusuri setiap data yang ada di dalamnya tetapi tidak menemukan apapun yang berhubungan dengan data yang kami cari. Jack menembus sistem komputer yang mencatat perpindahan data dan Nathan sendiri menyadap CCTV yang ada di CCC.
“Adam Lanventine Monrow melakukan pertukaran data dengan komputer utama minggu lalu!” Jack menunjuk-nunjuk layarnya dengan antusias.
“Adam Lanventine Monrow adalah assisten ketiga Dr. William.” Nathan menambahkan informasi dengan cepat.
Adam Lanventine Monrow... Nama itu sangat tidak asing bagiku.. kataku dalam hati sambil mencoba berpikir keras di mana aku pernah mendengar nama tersebut.
Aku dapat mengingat beberapa kali nama itu disebut-sebut. Aku menjentikan jemariku berusaha memanggil kembali ingatan itu sampai akhirnya mataku terbuka lebar dan menatap Selena. “Adam Lanventine Monrow adalah saudara jauh Dean..".
--
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
AZAMND#03
aq sedikit bingung author sma ceritax??! karna tidak ad penjelasan sebelumx tentang semua pemeran didalam novel in thorr!
2021-05-31
0