🌟 VOTE, LOVE, RATE, DAN LIKE 🌟
Ketika hari sudah malam, Tania segera menyalakan seluruh lampu dan lentera yang menerangi rumah.
Ia juga pergi ke dapur untuk memasak menu makan malamnya. Tak ada alasan untuk manja, kini ia hanya tinggal sendirian.
Ada rasa sedikit lega ketika telah memiliki teman, tapi di sisi lain ia juga merasakan kecemasan yang luar biasa.
"Hujan, deras sekali. Membuat rasa sepi ini makin terasa," katanya dengan lirih sambil menatap jendela dapur.
Suara pintu berderit, membuat Tania sontak menoleh ke arah sumber suara. Lekuk wajah ayu tersenyum lega tergambar di gadis berusia dua puluh tiga tahun tersebut.
Meski belum yakin, dirinya sedikit terlepas dari perasaan tertekan. Bagaimana tidak, beberapa preman kejam bebas berkeliaran di jalanan untuk mengawasinya. Terlebih, gadis itu tak paham mereka suruhan siapa.
Setidaknya Tania saat ini sudah mulai ada kesibukan, apa lagi Raffa juga sempat mengatakan akan ada kesibukan baru untuknya. Kini ia tinggal fokus menata masa depan dan tidak larut seorang diri dalam keterpurukan.
Diletakkannya pisau yang sedari tadi dipegang untuk mengiris sayur, Tania berjalan mendekat setengah berlari melewati koridor pemisah antara ruang tengah dan dapur.
"Kak Raffa."
Bibir mungilnya mengucap pelan setelah langkah kakinya terhenti. Sedangkan matanya membelalak memperhatikan sosok pria yang datang.
Raffa yang semula memasuki rumah tanpa permisi dan menerobos begitu saja seketika juga menghentikan langkah.
Lalu pemuda itu pun Mengangkat memberanikan diri menatap Tania, meski sorot matanya menggambarkan kesedihan.
"Kak Raffa?" Lagi, bibir mungil Tania tak henti memanggil nama pemuda itu.
'Kamu ga apa-apa 'kan, Tania?'
'Aku di sini, Tania.'
'Kamu harus jadi anak pemberani yang kuat!'
'Katakanlah, jika ada yang ingin kamu lakukan untuk membalas semuanya sekarang!'
Tania memilih menunjukkan senyum samar di bibirnya.
*****
"Jangan ada ketakutan lagi di wajahmu mulai sekarang." Raffa mengacak asal rambut kepala Tania yang masih termangu.
Karena rasa tak enak hati, Tania akhirnya, menyunggingkan sedikit senyuman. Ia tak ingin pemuda yang diminta ayahnya untuk menjaganya merasa gagal.
"Kak Raffa, bisakah carikan pekerjaan apapun untukku? Baru aku bisa menentukan apa yang harus aku lakukan nanti." Permintaan sederhana, tetapi bisa membuat Raffa termangu mendengarnya.
Meski hal tersebut membuat hati Raffa sedikit lega dan senang, Tania begitu cepat mengambil keputusan. Gadis ayu yang berpenampilan polos namun memesona tersebut, sadar sepenuhnya akan keputusan yang diambil oleh dirinya.
Kehidupannya yang dulu semasa ada Reyhan dan yang sekarang adalah dua hal yang berbeda. Nasehat Edo sebelumnya ternyata mampu menembus hati sanubari terdalam Tania. Pantas saja pria kharismatik seperti Edo begitu digandrungi oleh kaum hawa karena nasehatnya dan juga tutur katanya yang sopan. Termasuk gadis cantik bernama Tania Wijaya.
Tania dulu adalah tawanan sang ayah, tetapi hidupnya bergelimang harta. Apapun yang ia inginkan selalu dituruti, berbeda dengan saat ini. Tania bahkan tidak memiliki siapa pun kecuali Raffa.
Namun, sekarang Tania sadar jika sikap manjanya perlu diubah. Ia harus berani melakukan perubahan besar, termasuk dalam dunia kerja.
"Ummm, tidak perlu mengambil keputusan secepat itu Tania," timpal Raffa berusaha menenangkan gadis yang harus ia lindungi.
"Tania ingin melakukan pekerjaan, sebelum pikiran Tania goyah dan berubah sekarang." Tania menyahut cepat.
"Ummmm ...."
"Carikan aku pekerjaan dalam minggu ini, Kak." Ucapan Tania terdengar mantap.
"Apa tidak ...." Sebenarnya meminta pekerjaan dalam bentang waktu sedekat itu dan begitu mendadak sangat menyulitkan Raffa sebagai orang kepercayaan Reyhan. Mengingat banyak hal yang dia lakukan selain menjaga dan menjadikan Tania gadis yang tangguh. Namun, itu lebih baik ketimbang Tania menanggung beban dalam bayang-bayang kematian ayahnya.
Lagi Tania tersenyum dengan raut miris. Ia tahu jika sang pelatih beladiri yang di tugaskan sang papa pun harus turut mempertimbangkan suatu pilihan yang cukup berat baginya.
"Baiklah, kamu harus merubah penampilan kamu terlebih dahulu, biar gak dikenali oleh beberapa orang kolega yang sepertinya memanfaatkan keadaan atas meninggalnya papa kamu," balas Raffa lalu menghela napas panjang.
***
Hari ini adalah awal bulan, Tania menantikan janji Raffa untuk mengubahnya. Entah apa jadinya nanti, yang jelas Tania menyambut dengan antusias tentang rencana Raffa untuk kehidupan barunya.
Ponsel Tania bergetar, tanda sebuah pesan WhatsApp masuk. Ia melirik sekilas, lalu kembali menyuap sepotong roti lalu mengunyahnya.
"Tuh, 'kan!" Aku kesel deh.
Tania kembali meraih benda berbentuk persegi yang kembali bergetar, tertera nama Raffa di layar. Tania bergegas menggeser untuk membukanya.
[Aku masih ada urusan penting, hari ini libur latihan beladiri. Kamu boleh melakukan apapun, tetapi wajib ijin. Untuk menghindari hal buruk terjadi]
Pesan singkat dari Raffa seketika membuat Tania frustasi dan memijit kepala dengan kedua tangannya.
[Aku bukan tawanan lagi, Kak. Aku cuma mau belanja sedikit pakaian baru di Mall dekat sini]
Tania mengirimkan pesan singkatnya. Rautnya kembali sumringah melihat pesan telah dibaca oleh si penerima.
[Hati-hati, lekas pulang jika sudah selesai]
Balasan dari Raffa, terasa hawa dingin bagi Tania. Ia berjingkrak, lalu meraih clutch bag miliknya. Ia lebih suka bepergian menggunakan taksi online, sebab ia ingin lebih santai menikmati hiruk-pikuk jalanan.
Kebetulan saat itu cuaca sedang cerah, meskipun sebenarnya mendung masih menyelimuti seluruh hati Tania.
Di tengah jalan perutnya terasa lapar, padahal sebelumnya sudah sarapan roti. Mungkin efek kemarin telat makan. Sehingga Tania memutuskan mengubah rencananya.
Tania memutuskan datang ke restoran yang sering ia datangi bersama Reyhan. Ia ingin memakan bebek goreng sambal hijau, untuk mengobati kerinduan pada sang ayah.
Kakinya melangkah perlahan. Ia terkejut saat kursi yang biasa dipesannya ditempati oleh seorang pria. Dari perawakannya, Tania cukup kenal. Seakan tak mau mengalah, ia memancing kegaduhan.
Milan menoleh kearah Tania, lalu mengangkat sudut bibirnya yang tipis sambil mengernyitkan keningnya. Milan menatap sinis ke arah Tania yang menghentakkan kakinya dengan suara keras yang membuyarkan konsentrasi Milan.
"Kamu bukan anak kecil 'kan? Saya lagi kerja, ngapain ganggu! Kalau lapar lekas duduk, tidak perlu bersikap seperti itu." Milan berdiri, menyeret kursi di depannya dan mempersilahkan Tania untuk duduk.
Karena rasa penasaran, rasa takutnya menghilang. Tania memberanikan diri untuk duduk. Ini adalah kesempatan bagus untuk mencari tahu, ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.
Milan terlihat sibuk menekuni membolak-balik halaman tumpukan berkas di hadapannya. Membuat Tania memiliki banyak ide untuk mendekati pria dingin tersebut.
"Lagi sibuk Pak?" tanya Tania berbasa-basi.
Milan mendongakkan wajahnya sejenak, ia menatap Tania hanya dalam hitungan detik lalu kembali melanjutkan aktivitasnya.
"Menurut kamu?" Milan menjawab dengan berbalik bertanya.
"Nama Bapak?" Tania memberanikan diri, meski ia tahu Milan tidak akan suka dengan sikapnya.
Milan menghentikan tangannya yang sedang membuka sebuah map berwarna merah. Ia menghela napas panjang, "Namaku Milan Mahardika."
Milan terlihat yakin jika namanya dikenal banyak orang, tetapi faktanya Tania tidak mengetahui siapa dirinya.
"Saya kira artis terkenal," jawab Tania, lagi-lagi membuyarkan konsentrasi Milan.
Milan seketika mengangkat wajahnya. Wajahnya berubah menyeramkan. Pria itu berdiri lalu mendekati dan menarik tubuh ramping Tania agar berdiri sejajar dengan dirinya.
Tatapan mata Milan menelusuri seluruh tubuh Tania, dengan perlahan Milan menatap wajah cantik Tania hingga pandangannya turun ke bawah. Tubuh Tania terlihat sangat seksi dengan kemeja dan span rempel berwarna merah yang membuat wajah Tania tampak lebih segar lengkap riasan wajah yang tipis yang dilengkapi dengan lipstik berwarna plum yang ia kenakan.
"Liat apa? Naksir sama saya?" tanya Tania sekenanya tanpa merasa takut.
Seorang pelayan restoran menghampiri mereka dengan membawakan daftar menu untuk keduanya, membuat tangan Milan yang semula mencengkeram pinggang Tania berpindah ke bahu. Milan melingkarkan tangannya berubah menjadi rangkulan. Lalu menyunggingkan senyum pada pelayan restoran tersebut. Hati Tania bergema, jantungnya berdegup kencang seketika.
Bersambung ....
🌟 Terimakasih banyak sudah berkenan mampir membaca karyaku. Semoga kalian juga sudi memberi jempol dan meramaikan kolom komentar ya, biasanya sebelum menulis saya suka baca komentar-komentar lucu dari kalian. Semoga banyak inspirasi. Salam hangat Lintang untuk kalian.
Salam cintaku.
Lintang (Lia Taufik).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Hety Habbibtie
milan kakanya edo ya
2021-12-05
1
rintob
masih penasaran nih jalan ceritanya
2021-08-26
2
Tia Satriati
kira2 Milan siapa ya
2021-05-25
2