🍁 VOTE, LIKE, LOVE DAN RATE 🍁
Dahulu Tania adalah gadis yang mendapatkan perlakuan tak biasa, ia juga sering dikurung sang ayah demi keselamatannya.
Sehingga saat ini hidup teramat sulit ia jalani tanpa siapapun. Pertemuan dengan Raffa membuatnya sedikit lega meski ia tak sepenuhnya percaya.
Setidaknya masih ada yang peduli dengan kondisinya.
Tak ada yang lebih penting dari rasa penasaran Tania tentang semua kejadian aneh yang menimpa dirinya dalam rentang waktu yang begitu cepat.
Tania bahkan sengaja mendatangi rumah lamanya. Bukan hanya sekedar memeriksa diam-diam, tapi ia juga berusaha mencari jejak yang mungkin tertinggal di sana.
Saat melintas, rumah terlihat sepi. Hanya beberapa orang yang terlihat berjaga. Tania berhenti dan mengamati, nyalinya jadi menciut saat menyadari penjaga rumahnya berpenampilan serba seperti preman bertubuh gempal.
*****
Ketika di perjalanan pulang, ia takut malam hari merasa lapar, hingga ia menyempatkan diri mampir berbelanja kebutuhan pokok dekat perumahan barunya.
Tania mengisi penuh troli belanja miliknya. Saat sedang mengantre, ia melihat seorang pria tampan yang tak asing wajahnya. Matanya seketika membola.
"'Ya, tidak salah lagi. Pria ini yang malam itu ikut mengusirku.' Batin Tania, bahkan karena takut ia meremasi ujung kaos yang ia kenakan tanpa sadar.
Tentu saja karena ia adalah mulai gelisah.
Tania memalingkan wajahnya beberapa kali saat pria misterius itu menoleh. Tapi pria tersebut terlihat tak acuh, seolah tak pernah bertemu.
Mungkin kah ia sedang pura-pura?
Tania mulai mengatur napas, keringat pun mulai mengucur deras.
Saat selesai membayar, pria tampan itu terlihat menatap Tania dalam-dalam. Ia bahkan mengerutkan keningnya sejenak, seperti sedang mengingat-ingat. Apakah mereka pernah bertemu atau tidak.
Jantung Tania makin berdegup kencang dibuatnya.
Meski begitu, gadis itu tetap menatap tak kalah serius dan penasaran. Matanya terbelalak menyoroti pemuda yang berdiri tak jauh darinya itu.
Pria dingin itu mulai melangkahkan kakinya mendekati Tania. Takut, gemetar, gelisah seketika bercampur jadi satu.
Tubuh mungilnya tiba-tiba bergetar menahan rasa takut dari sorot mata tajam seperti elang akan menerkam mangsanya yang sedang menatap ke arahnya.
Entah datangnya dari mana, tiba-tiba saja Edo datang dari arah yang entah dan menyambar shopping bag milik Tania. Lalu menggandeng tangan gadis itu dan membawanya pergi dan menghilang dari si pemuda misterius.
"Edo, aku penasaran dengan pria tadi!" teriak Tania.
Ia ingin menangis sambil menahan kesal.
"Jangan berurusan dengan Kak Milan," sergah Edo, Tania semakin bingung.
"Kamu kenal sama pria itu?" Kini Tania merasa sama tak amannya jika bersama Edo.
Keduanya saling diam dan hanya berbalas pandangan mata.
"Ya, dia cukup berbahaya. Jadi jangan bermasalah dengan dia," jelas Edo.
Keduanya pun akhirnya berjalan hingga ke tempat parkir.
"Aku antar kamu ya." Edo menarik Tania yang masih diam memaku.
"Pakai helmnya." Edo memberikan helm cadangan yang selalu ia gantung di jok bagian belakang motor sport miliknya.
"Kita naik motor?" tanya Tania ragu-ragu, membuat Edo tersenyum mengejek.
Pemuda itu pasti menerka jika Tania belum pernah naik motor. Pasti seru jika ia memaksa. Ide gila itu tiba-tiba saja terlintas di otaknya.
"Kenapa? Kamu takut?" Edo meraih shopping bag di tangan Tania sambil mengejeknya.
"Aku belum pernah, ya ... takut, tetapi aku mau mencoba," tukas Tania, ia menyunggingkan senyumnya sambil meraih helm lalu duduk di belakang Edo.
Sepanjang perjalanan Edo melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Ia melirik Tania dari kaca spion. Tangannya seketika menarik buku jemari Tania agar memegang pundaknya.
"Pegangan di sini kalau takut," ucap Edo, sembari meletakkan tangan Tania di bahunya.
Tak lama berkendara akhirnya mereka terjebak lampu merah. Ketika berhenti, Edo menoleh ke arah belakang, ia melihat mobil Milan mengikutinya.
Edo bahkan berjingkat seketika.
"Tania ... pegangan yang erat ya, kita diikuti pria gila," cetus Edo.
Membuat Tania refleks memeluk tubuh tegapnya dari arah belakang. Edo menyembunyikan seringai nakal.
Seketika motor sport yang dikendarai oleh Edo melesat cepat.
"Terimakasih sudah mengantar aku pulang," ucap Tania, gadis itu sedikit tersenyum.
Ia memang tak pandai berbohong.
"Jangan sungkan meminta bantuan padaku. Oh ya, aku ingin mengajakmu jalan-jalan akhir pekan." Edo menggenggam telapak tangan lawan bicaranya.
Tentu bisa merasa tidak enak hati jika menolak. Tetapi di sisi lain, ia harus mempertimbangkan keberadaan Raffa, bagaimana pun pria tersebut sangat berjasa dalam hidupnya.
"Oke, boleh."
Tania mendadak menyanggupi setelah beberapa saat sempat berpikir.
Pemuda itu pun membalasnya dengan anggukan dan air muka yang tampak bahagia. Tania pun memutuskan untuk beristirahat, sesuai arahan Raffa.
***
Kamis, 25 Oktober di rumah singgah
Pukul 06.00
Tania menyiapkan sarapannya sendiri. Kini ia harus terbiasa menyiapkan segala sesuatunya tanpa bantuan siapapun lagi.
Suara deru mesin mobil membuatnya menghentikan aktivitasnya.
Tania melangkah menuju ruang tamu, ditariknya gorden agar sedikit tersingkap, mengetahui jika pria yang datang adalah Raffa Tania bergegas membukakan pintu untuknya.
"Halo, selamat pagi. Sudah selesai sarapannya?" Raffa menyapa sambil membawa begitu banyak shopping bag di tangan.
Gadis itu tak biasa diperhatikan oleh pemuda asing. Ada rasa tak nyaman dan tertahan kala itu. Meski itu, ia harus tetap menyembunyikan segala rasa yang ia punya.
"Apa itu?" tanya Tania, ia lebih tertarik membahas tentang isi shopping bag ketimbang menjelaskan keadaannya.
Raffa paham jika gadis manis di hadapannya mulai tak nyaman.
"Beberapa kebutuhan kamu sehari-hari," balas Raffa.
Diliriknya shopping bag tersebut, dan memang benar isinya adalah baju, kebutuhan pokok dan juga seragam karate. Tania menghela napas melihatnya.
"Aku ingin kamu latihan bela diri."
"Harus?"
"Demi kebaikan kamu, ya ... harus!"
Setelah sepersekian detik lamanya saling menatap akhirnya Tania setuju juga.
*****
Singkat cerita, keduanya telah sampai di tempat yang dituju. Rumah keluarga Raffa.
Siang itu, Raffa mengajaknya ke lahan dekat rumah yang lebih mirip lapangan.
Raffa mengajak Tania menyelesaikan latihan beladiri rutin yang dia lakukan setiap hari. Saat ini mulai ada kemajuan dalam diri Tania, ia mulai bisa menahan tubuhnya dengan kuda-kuda yang kuat, ia juga sudah pandai melakukan tendangan dan juga tinju, bukan itu saja, Tania bahkan sudah pandai menghindari serangan dari lawannya.
"Ini masih dasar, kamu harus sering latihan. Besok kita atur jadwal," ucap Raffa memberi saran.
Tania hanya menjawab dengan anggukan kepala singkat.
Seluruh mantan orang kepercayaan Reyhan adalah orang-orang yang terpilih untuk menangani bisnisnya di masa kejayaan keluarga Tania, hanya saja entah strategi apa yang mereka rencanakan kali ini.
"Tania." Raffa memanggil sahabat barunya yang terlihat melamun.
Tania seketika menoleh. Matanya mengerjap berulangkali, ia mencoba mencerna setiap kata meski gagal.
"Ya, Kak. Maaf pikiran saya kurang fokus," kilah Tania jujur.
"Tidak apa-apa, asalkan kamu benar-benar serius menekuni beladiri. Semua orang butuh proses memang," balas Raffa, mencoba memberikan suntikan motivasi.
"Kak Raffa kenal pria yang bernama Milan?" tanya Tania, ia terlihat berhati-hati bahkan terlihat ada keraguan di raut wajahnya saat ia menyadari keberadaan Edo di tengah-tengah mereka.
Raffa menatap tajam ke arah Tania.
"Jika tidak ingin menjawab, aku tidak memaksa," ujar Tania.
Sementara Raffa hanya bisa menghela napas panjang. Mungkin ia bingung harus memulai daripada mana.
"Jangan memikirkan apa pun yang mengganggu pikiran untuk saat ini. Kamu akan tahu siapa Milan jika waktunya tiba," balas Edo yang tiba-tiba menyambar.
Pemuda itu memilih tak banyak bicara. Entah apa yang membuatnya sedikit berubah.
"Aku bertemu dengannya kemarin sore," ucap Tania memulai kisahnya. Raffa manggut-manggut saja.
Raffa semakin serius mendengarkan, tetapi Tania pun ragu ketika ia juga ingin menceritakan tentang semua kecurigaannya.
"Lalu bagaimana?" tanya Raffa kemudian. Tatapannya berpindah ke arah Edo.
"Edo bergegas membawa aku keluar supermarket tersebut," jawab Tania.
Lagi-lagi Raffa tersenyum mencemeeh, tergambar jelas jika dirinya begitu mengenal pria yang mendekati Tania dan memberikan kesan penuh kepalsuan itu.
Bersambung ....
🍁 Hallo readers semua, jangan lupa like, love, dan vote kalian untuk dukungan kalian ya. Agar Author semangat up Bab baru dan tetap bisa berkarya. Terimakasih sudah mampir membaca.
Salam cinta dariku.
Lintang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Firman Junior
tersenyum mencemeeh itu apa thor...
2021-07-07
5
🐾♎🕸️ Alaska 12🕸️⚖️🐾
Tania seperti berada diantara para Mafia
2021-03-06
3
Warna Senja
Tania kamu kuat banget
2021-02-20
1