Pendekar Pedang Kembar

Pendekar Pedang Kembar

Perampokan

"Berhenti....berhenti.....berhenti...!! "teriak seseorang dengan suara keras dan garang.

"Berhenti ... berhenti........!!"teriak suara itu lagi makin keras.

Sementara itu di dalam kereta seorang wanita dan seorang anak kecil sedang panik dan ketakutan.

"Siapa orang orang itu kang."Tanya Wanita itu kepada di kusir.

"Tidak tahu den Ayu sepertinya mereka bukan orang baik baik "Ucap kusir kereta itu.Dengan mempercepat lari kudanya.

"Ada apa ibu"tanya si anak.

"ibu juga tidak tahu anak ku" jawab si ibu itu dengan wajah penuh kecemasan.

Braaak....... !!!terdengar suara roda kereta hancur.

Kereta kuda pun terguncang guncang setelah roda sebelah kiri hancur tidak terkendali.

"Ibu...!!!"Teriak anaknya karena ketakutan.

Sang ibu kemudian memegangi anaknya supaya tidak jatuh dan beberapa saat kemudian kereta itu pun berhenti.

"Cepat kalian ambil semua barang barangnya..!! teriak pemimpin perampok itu.

Delapan orang turun dari kuda dan langsung masuk ke dalam kereta.

Tanpa menunggu lama para anak buahnya pun langsung turun dari kuda dan menghabisi kusir kereta tadi kemudian menyikat semua barang barang yang ada dalam kereta itu.

Melihat kusir kereta di bunuh begitu saja Wanita tadi langsung ketakutan setengah mati.

"Tolong.... tolong....Tolong!!"teriak wanita itu.

"Haaahaa...,haaahaa....!!suara perampok itu tertawa buas melihat wanita itu dalam ketakutan.

" Siapa kalian dan mau apa?" kata perempuan itu penuh dengan ketakutan dan rasa panik.

"Dengarkan baik baik kami adalah gerombolan perampok macan loreng ,hahaahaa.. haaa..haaa....."kata pemimpin perampok itu dengan tertawa lepas.

Wajah perempuan itu seketika pucat pasih mendengar pengakuan dari mereka karena dia sudah mengetahui siapa mereka itu, bahwa Macan loreng adalah perampok yang sangat bengis dan kejam.

"Semua barang barangnya sudah kami bereskan ketua." kata seorang kawanan perampok itu,

"Bagus bersiap lah kembali ke markas." jawab sang ketua,

"Tapi bagaimana dengan anak dan perempuan ini ketua?"tanya anak buahnya .

Hmmm........ sang ketua perampok nampak berpikir sejenak." Terserah kalian saja dengan wanita itu mau di nikmati juga boleh atau langsung kalian bunuh juga tidak apa apa itu terserah kalian." Kata ketua perampok itu dengan acuh.

Mendengar sang ketua berkata seperti itu, para anak buahnya pun merasa senang dan bahagia karena sebentar lagi mereka dapat menikmati seorang wanita cantik.

Lalu mereka pun segera beramai ramai menyeret perempuan itu ke semak semak ,wanita itu cuma bisa meronta-ronta dan berteriak keras.

"Mau apa kalian lepas kan aku ,,,lepaskan aku...tolong.. tolong..."Teriak wanita itu sambil berteriak minta tolong.

"Lepaskan ibu ku....ibu...ibu...

kalian orang orang jahat lepaskan ibu ku!" Teriak anaknya yang masih kecil itu.

Haaahaa....haaaa...semua kawan perampok itu cuma tertawa ..tawa terbahak-bahak tidak perduli.

"Rangga lari ....lari...lari dari sini nak lari.!!."Teriak sang ibu menyuruh lari anaknya yang bernama Rangga itu.

"Tidak ibu, Rangga tidak akan lari aku akan menolong ibu..!"kata Rangga ,lalu ia kemudian mengambil sebuah batu dan di lemparkannya batu itu weesss.....plaaak..!!, lemparan Rangga itu pun berhasil mengenai pelipis salah satu perampok itu hingga berdarah.

Sontak saja perbuatan Rangga itu langsung membuat sang perampok tadi marah besar.

"kurang ajar dasar bocah sialan!!"Maki orang itu dengan sangat marah.

Orang itu segera itu segera menghampiri Rangga dan langsung memukulnya dengan keras plaaaaak....!!!! pukulan itu langsung membuatnya pingsan.

Melihat Rangga sudah pingsan ,orang itu segera menyusul teman temannya yang sedang bermain-main dengan ibunya.

Setalah puas para perampok itu menodai ibu Rangga serta mengambil semua barang barangnya ,mereka pun langsung pergi menuju markas mereka.

Setelah berapa lama kemudian Rangga pun tersadar dari pingsannya dan teringat pada ibunya .Ia langsung berlari menghampirinya ibunya yang berada di semak semak begitu ia sampai di sana ternyata sang ibu sudah tak bernyawa lagi.

Sesudah di perkosa ramai ramai ternyata para perampok itu tidak meninggalkannya begitu saja tetapi mereka membunuhnya.

"Ibu ..ibu.... bangun ..... ibu...bangun ibu...bangun...jangan tinggalkan Rangga bu..ibu..."Teriak Rangga.Dengan menangis.

Ia pun menangis sejadi jadinya ...ia tak tahu harus hidup dengan siapa lagi karena ibunya adalah keluarga satu satunya .

Ia mencoba menggoyang goyangkan tubuh ibunya berharap sang ibu bangun, tapi ternyata tetap diam saja ibunya itu.

"Ibu...ibu....ibu..." teriak Rangga sambil menangisi ibunya.

Dengan susah payah Rangga yang masih kecil itu berumur 12 tahunan membuat lubang untuk memakamkan ibunya , dengan bercucuran air mata dan Isak tangkis ia terus menggali lubang itu ,sambil sekali-kali menatap ibunya dengan harapan ibunya bangun,dan akhirnya dengan waktu yang cukup lama selesai lah lubang itu.

"Selamat jalan ibu...semoga ibu tenang di sana ,Rangga janji pada ibu Rangga akan menjadi kuat dan membasmi para orang orang jahat ibu"kata Rangga di depan makam ibunya itu.

Setelah cukup lama menatapi makam ibunya Rangga pun beranjak dari tempat itu.

Tiba tiba kakinya tanpa sengaja menginjak sesuatu ,ia pun mengambilnya benda yang di injaknya itu dan ternyata itu sebuah kalung berbentuk taring macan.Itu adalah kalung seorang perampok yang terjatuh karena di tarik ibunya sewaktu perampok itu menyeretnya.

Ia pun lalu mengambil dan menyimpannya kalung itu di dalam bajunya.

Kemudian Rangga pun melanjutkan langkahnya pergi dari tempat itu ,ia tak tahu harus kemana karena tidak tahu daerah itu.Selain jauh dari kampung tempat itu juga sangat sepi.Rangga cuma terus berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas.

Tidak terasa perjalanan Rangga sudah sampai ketengah hutan,dengan rasa lelah ,letih serta tubuh penuh luka dan lapar akhirnya Rangga pun pingsan di hutan itu. Benar benar memprihatinkan keadaan anak kecil itu.

Sementara itu di sebuah sungai ada seorang kakek yang sedang mencari ikan ,kakek itu bernama Raja Alam dia adalah seorang tokoh sakti mandraguna yang pernah membuat geger rimba persilatan .

Sepak terjangnya yang tak kenal ampun sedikitpun kepada para aliran hitam membuat ia sangat di takuti.

Tapi kini ia telah mengundurkan diri dari dunia persilatan dan memilih tinggal di hutan yang jauh dari keramaian untuk mencari ketenangan hidup.

Setelah merasa tangkapan ikannya sudah cukup banyak kakek itu pun memutus kan pulang kepondoknya.Dengan raut muka penuh keceriaan karena dapat tangkapan ikan banyak kakek itu berjalan sambil bersiul siul.

Setelah sekian lama berjalan tiba-tiba di tengah perjalanan samar samar kakek itu melihat sesosok tubuh yang tergelak yang tidak lain itu adalah Rangga.Karena penasaran lalu ia pun menghampiri dan memeriksanya.

Kakek itu kemudian menempelkan telinganya pada pada Rangga untuk mengetahui apakah masih hidup atau tidak.

"Ternyata dia masih hidup"kata kakek itu.Setelan merasakan adanya denyut jantung berdetak.

Lalu kakek itu segera membawa Rangga pergi dengan bergerak sangat cepat menggunakan ilmu meringankan tubuhnya.

Setelah sampai di pondoknya Kakek itu kemudian memeriksanya lebih teliti lagi tubuh Rangga ,ternyata tidak ada luka yang serius cuma luka memar biasa ia pun merasa lega.

"Tampaknya anak ini menderita pukulan batin yang sangat berat."kata kakek itu pada diri sendiri.

"Hmmm....kira kira apa yang terjadi dengan anak ini." kata kakek itu lagi lagi bertanya pada dirinya sendiri.

"Biarlah nanti ku tanyakan setelah ia sadar."Kata kakek itu, lalu sang kakek pun berlalu.

"Ibu....ibu...ibu...jangan tinggal Rangga ibu.." terdengar rintihan keluar dari mulut Rangga lalu ia pun tertidur lagi.

Sang kakek mendengar itu terasa terharu,ia menduga pasti telah terjadi apa apa dengan ibunya.

Beberapa hari kemudian Rangga pun sudah sehat dan membantu sang kakek mencari kayu bakar di hutan.

Kejadian beberapa waktu lalu sudah dapat ia lupakan untuk sementara waktu meskipun kadang ia merasa sedih jika teringat dengan ibunya.

"Hai..Rangga tangkap ini ."Seru sang kakek sambil dengan deras melemparkan buah buahan ke arahnya . Tapi dengan sigap dan cekatan Rangga pun menangkapnya buah itu tanpa ada yang terlewati satu pun.

"Bagus bagus ternyata fisik mu sudah ada kemajuan."kata kakek itu dengan senang.

" Oh ya bagaimana kayu bakarnya, sudah terkumpul semua atau belum Rangga ?" tanya sang kakek .

"Sudah kek sudah saya ikat semua." jawab Rangga.

"Kalau begitu mari kita pulang " ajak sang kakek .

"Baik kek"jawab Rangga seraya mengangkat kayu itu ke atas pundaknya .

Rangga segera mengikuti kakeknya yang berjalan di depan.Rangga pun membawa kayu itu tanpa kesulitan,.

Sepuluh tahun kemudian

Pagi itu langit tampak cerah di kejauhan terdengar suara orang sedang berlatih silat, dia adalah Rangga.Anak kecil yang dulu di temukan oleh sang Kakek kini sekarang sudah tumbuh mm menjadi seorang pemuda yang tampan dan tangguh setelah dua belas tahun lamanya mendapatkan gemblengan dari gurunya.

Sementara itu sang kakek memperhatikan dari gubugnya sambil mangut-mangut .

"Hmm bagus bagus, ternyata ilmu yang ku berikan sudah dia kuasai sepenuhnya."kata kakek itu senang lalu menghampiri nya.

Melihat kakeknya datang Rangga pun berhenti dan menunduk hormat,.

"Ada apa kek? " tanya Rangga.

"Besok ikut kakek ke suatu tempat ,ada yang akan kakek ajarkan padamu"kata sang Kakek itu.

"Tapi apakah jurus pedang ku ini sudah sempurna kek.?"Tanya Rangga.

"Tentu saja Rangga kalau tidak mana mungkin kakek memberikan pelajaran baru pada mu."Kata si Kakek.

"Kalau begitu baiklah kek" jawab Rangga.Ia merasa senang karena sudah dapat menguasai jurus tebasan seribu pedang yang selama ini ia pelajari dengan susah payah.

"Kek setelah ini bagaimana kalau kita pergi ke sungai untuk menangkap ikan."Kata Rangga.

"Boleh boleh saja asal kau sudah membawa kayu bakar yang kemarin kau kumpulkan itu ke rumah "Ucap si kakek.

"Mmm.. bagaimana kalau dari sungai terus pulangnya sekalian sambil membawa kayu itu kek."Kata Rangga.

"Ya baiklah,tapi awas kalau sampai lupa."Ucap si kakek.Kenudian berlalu.

Setelah kakeknya pergi Rangga segera melanjutkan latihannya hingga waktu tengah hari.Setelah itu Rangga dan kakeknya pergi ke sungai untuk mencari ikan.Dalam perjalanan menuju sungai itu sang kakek melesat cepat meninggalkan Rangga di belakang,ia ingin tahu apakah Rangga bisa mengejarnya atau tidak.Rangga yang merasa tertantang oleh kakeknya itu segera menggunakan ilmu ringan tubuhnya untuk mengejar kakeknya.

Tak lama kemudian ia pun berhasil memperpendek jarak dengan kakeknya , walaupun belum bisa mendahuluinya.

" Bagus Rangga ternyata kau cukup cepat juga."Ucap si Kakek kemudian mendarat.

"Huuuuf...haaaah....!!! tapi saya tidak bisa untuk mendahului mu kek.'Ucap Rangga dengan nafas turun naik.

"Haaa...haaaa..... mana mungkin murid bisa melawan guru Rangga, sudahlah cepat kau tangkap ikan ikan itu sementara aku mau duduk di situ untuk menunggu mu."Ucap si Kakek.

"Baiklah kek."ucap Rangga .Kemudian turun ke sungai dengan membawa sebuah bambu runcing untuk menangkap ikan ikan itu.

Rangga dan kakek gurunya kemudian pulang dari ketika hari sudah mulai senja,ia juga tidak lupa sambil membawa kayu bakar sesuai janjinya pada kakeknya.

...----------------...

ikuti terus perjalanan Rangga di episode berikutnya , sampai jumpa.

Terpopuler

Comments

Zainal Arifin

Zainal Arifin

lanjutkan

2024-06-08

1

Jonathan Nirel

Jonathan Nirel

lanjutkan membaca

2024-06-07

0

Wem Anaktototy

Wem Anaktototy

bisa kha audionya

2024-01-06

0

lihat semua
Episodes
1 Perampokan
2 Jurus Pedang Kembar Tanpa Tanding
3 Awal Pengembaraan
4 Mengikuti Sayembara
5 Jalannya sayembara
6 Kelabang Ireng
7 Kemunculan Rangga dan Kematian Kelabang Ireng
8 Raja Baru Martapura
9 Kembali Berpetualang (bagian 1)
10 Kembali Berpetualang (bagian 2)
11 Dewi Kara
12 Pertemuan
13 Perjalanan ke Argara
14 Permaisuri Martapura
15 Kembali ke Martapura
16 Memperkuat Martapura
17 Menemui kakek
18 petunjuk dari Kakek
19 Berlatih kembali (bagian 1)
20 Berlatih kembali (bagian 2)
21 Ambisi Raja Gandara
22 Rencana raja Gandara
23 Pandan Wangi
24 Putri Gandari
25 Mulai Penyelidikan
26 Senopati Elang Hitam
27 Pertarungan
28 Kemarahan Rangga
29 Rencana Rangga (bagian 1)
30 Rencana Rangga (bagian 2)
31 Rencana Rangga (bagian 3)
32 Mega mendung di Markuraka
33 Persiapan (bagian 1)
34 persiapan ( bagian 2)
35 Banjir darah di hutan Gede (bagian 1)
36 Banjir darah di hutan Gede (bagian 2)
37 Banjir Darah di hutan Gede (bagian 3)
38 Banjir Darah di hutan Gede (bagian 4)
39 Kitab Pedang darah
40 Asal Usul Kitab Pedang Darah (bagian 1)
41 Asal Usul Kitab Pedang Darah(bagian 2)
42 Asal Usul Kitab Pedang Darah (bagian 3)
43 Huru Hara Kitab Pedang Darah
44 Retaknya hubungan Argara dengan Kumaya
45 Sakit Hati Pangeran Lintang
46 Pertarungan
47 Pertarungan Pandan Wangi , Ariani Dewi dan Nyi Sarweda
48 Hilangnya Kitab Pedang Darah
49 Munculnya Si Jubah Hitam
50 Hilangnya Ariani Dewi dan Pandan Wangi
51 Kembalinya pangeran Lintang ke Kumaya
52 Pertarungan Rangga dan Pangeran Lintang
53 Pertemuan Para Tokoh Golongan Hitam
54 Penyusupan Balung Wesi dan Karang Kobar
55 Pukulan Tapak Dewa Maut Melawan Pukulan Tapak Besi
56 Rencana Arya Soma
57 Rencana Penyerangan
58 Menjelang Peperangan
59 Pasukan Jubah Hitam bergerak
60 Kemarahan Arya Soma (bagian 1)
61 Kemarahan Arya Soma (bagian 2)
62 Kemarahan Arya Soma (bagian 3)
63 Kemarahan Arya Soma (bagian 4)
64 Terbayarnya Janji Ariani Dewi
65 Menyambut kedatangan Kumaya
66 Pertempuran di Hutan Praga
67 Kejutan Dari Dewi Sekar
68 Bantuan Dewi Sekar
69 pernikahan Arya Soma
70 Mencari jejak permaisuri Saraswati (bagian 1)
71 mencari jejak permaisuri Saraswati (bagian 2)
72 Mencari jejakpermaisuri Saraswati (bagian 3)
73 Mencari jejak permaisuri Saraswati bagian 4
74 Ki Jamprang
75 Penemuan Tidak Terduga
76 Titik Terang
77 Nyawa Patih Kencana Loka Di ujung Tanduk
78 Pukulan peremuk tulang
79 Air Terjun Bidadari
80 Berlatih di Air terjun bidadari
81 Kedatangan Rangga
82 Penyesalan Rangga
83 KERAJAAN BULAN MERAH
84 Keputusan Rangga
85 Sebuah Kejutan di bawah sinar bulan
86 Kebahagiaan Raja Bargola
87 kenekatan Lingga
88 MENUNDA KE MARTAPURA
89 Serangan dadakan
90 Pedang kembar dua mustika
91 Mendung Hitam di atas Martapura 1
92 Mendung Hitam di atas Martapura bagian 2
93 Mendung Hitam di atas Martapura bagian 3
94 mendung Hitam di atas Martapura bagian 4
95 Dewi Sekar Arum
96 Para penerus Martapura
97 Mengunjungi Ariani Dewi
98 Misteri jurus Arum
99 Misteri Gua Naga
100 Raja Batara Derja dan Ratu Durgapali
101 Nyai Sarjani
102 Cerita Arum
103 Sakit hati Wiro Kusumo
104 Kemelut di Martapura
105 Muncul nya Ratu Sarjani
106 Dewi Selendang Perak
107 Persekutuan
108 Rahasia Dewi Kara bag1
109 Rahasia Dewi Kara bag2
110 Rahasia Dewi Kara bag 3
111 Penyesalan Wiro Kusumo.
112 Tanduk Naga
113 Gandara dan pedang bintang.
114 Pertarungan di malam buta
115 Kesaktian batu merah delima
116 Duka Kerajaan siluman
117 Kesedihan dan Kemarahan
118 Nyai Durgandana
119 Ke istana siluman
120 pertarungan di Istana siluman
121 Jurus dewa pedang membelah bulan
122 Misteri hilangnya pedang Naga
123 Hilang nya para gadis
124 Tumbal
125 Siasat raja Gandara bag 1
126 siasat raja Gandara bagian 2
127 siasat raja Gandara bag 3
128 Siasat Raja Gandara bagian 4
129 Pertempuran Dalam Gua
130 SOSOK ASLI RAJA GANDARA
131 Pertarungan Terakhir
Episodes

Updated 131 Episodes

1
Perampokan
2
Jurus Pedang Kembar Tanpa Tanding
3
Awal Pengembaraan
4
Mengikuti Sayembara
5
Jalannya sayembara
6
Kelabang Ireng
7
Kemunculan Rangga dan Kematian Kelabang Ireng
8
Raja Baru Martapura
9
Kembali Berpetualang (bagian 1)
10
Kembali Berpetualang (bagian 2)
11
Dewi Kara
12
Pertemuan
13
Perjalanan ke Argara
14
Permaisuri Martapura
15
Kembali ke Martapura
16
Memperkuat Martapura
17
Menemui kakek
18
petunjuk dari Kakek
19
Berlatih kembali (bagian 1)
20
Berlatih kembali (bagian 2)
21
Ambisi Raja Gandara
22
Rencana raja Gandara
23
Pandan Wangi
24
Putri Gandari
25
Mulai Penyelidikan
26
Senopati Elang Hitam
27
Pertarungan
28
Kemarahan Rangga
29
Rencana Rangga (bagian 1)
30
Rencana Rangga (bagian 2)
31
Rencana Rangga (bagian 3)
32
Mega mendung di Markuraka
33
Persiapan (bagian 1)
34
persiapan ( bagian 2)
35
Banjir darah di hutan Gede (bagian 1)
36
Banjir darah di hutan Gede (bagian 2)
37
Banjir Darah di hutan Gede (bagian 3)
38
Banjir Darah di hutan Gede (bagian 4)
39
Kitab Pedang darah
40
Asal Usul Kitab Pedang Darah (bagian 1)
41
Asal Usul Kitab Pedang Darah(bagian 2)
42
Asal Usul Kitab Pedang Darah (bagian 3)
43
Huru Hara Kitab Pedang Darah
44
Retaknya hubungan Argara dengan Kumaya
45
Sakit Hati Pangeran Lintang
46
Pertarungan
47
Pertarungan Pandan Wangi , Ariani Dewi dan Nyi Sarweda
48
Hilangnya Kitab Pedang Darah
49
Munculnya Si Jubah Hitam
50
Hilangnya Ariani Dewi dan Pandan Wangi
51
Kembalinya pangeran Lintang ke Kumaya
52
Pertarungan Rangga dan Pangeran Lintang
53
Pertemuan Para Tokoh Golongan Hitam
54
Penyusupan Balung Wesi dan Karang Kobar
55
Pukulan Tapak Dewa Maut Melawan Pukulan Tapak Besi
56
Rencana Arya Soma
57
Rencana Penyerangan
58
Menjelang Peperangan
59
Pasukan Jubah Hitam bergerak
60
Kemarahan Arya Soma (bagian 1)
61
Kemarahan Arya Soma (bagian 2)
62
Kemarahan Arya Soma (bagian 3)
63
Kemarahan Arya Soma (bagian 4)
64
Terbayarnya Janji Ariani Dewi
65
Menyambut kedatangan Kumaya
66
Pertempuran di Hutan Praga
67
Kejutan Dari Dewi Sekar
68
Bantuan Dewi Sekar
69
pernikahan Arya Soma
70
Mencari jejak permaisuri Saraswati (bagian 1)
71
mencari jejak permaisuri Saraswati (bagian 2)
72
Mencari jejakpermaisuri Saraswati (bagian 3)
73
Mencari jejak permaisuri Saraswati bagian 4
74
Ki Jamprang
75
Penemuan Tidak Terduga
76
Titik Terang
77
Nyawa Patih Kencana Loka Di ujung Tanduk
78
Pukulan peremuk tulang
79
Air Terjun Bidadari
80
Berlatih di Air terjun bidadari
81
Kedatangan Rangga
82
Penyesalan Rangga
83
KERAJAAN BULAN MERAH
84
Keputusan Rangga
85
Sebuah Kejutan di bawah sinar bulan
86
Kebahagiaan Raja Bargola
87
kenekatan Lingga
88
MENUNDA KE MARTAPURA
89
Serangan dadakan
90
Pedang kembar dua mustika
91
Mendung Hitam di atas Martapura 1
92
Mendung Hitam di atas Martapura bagian 2
93
Mendung Hitam di atas Martapura bagian 3
94
mendung Hitam di atas Martapura bagian 4
95
Dewi Sekar Arum
96
Para penerus Martapura
97
Mengunjungi Ariani Dewi
98
Misteri jurus Arum
99
Misteri Gua Naga
100
Raja Batara Derja dan Ratu Durgapali
101
Nyai Sarjani
102
Cerita Arum
103
Sakit hati Wiro Kusumo
104
Kemelut di Martapura
105
Muncul nya Ratu Sarjani
106
Dewi Selendang Perak
107
Persekutuan
108
Rahasia Dewi Kara bag1
109
Rahasia Dewi Kara bag2
110
Rahasia Dewi Kara bag 3
111
Penyesalan Wiro Kusumo.
112
Tanduk Naga
113
Gandara dan pedang bintang.
114
Pertarungan di malam buta
115
Kesaktian batu merah delima
116
Duka Kerajaan siluman
117
Kesedihan dan Kemarahan
118
Nyai Durgandana
119
Ke istana siluman
120
pertarungan di Istana siluman
121
Jurus dewa pedang membelah bulan
122
Misteri hilangnya pedang Naga
123
Hilang nya para gadis
124
Tumbal
125
Siasat raja Gandara bag 1
126
siasat raja Gandara bagian 2
127
siasat raja Gandara bag 3
128
Siasat Raja Gandara bagian 4
129
Pertempuran Dalam Gua
130
SOSOK ASLI RAJA GANDARA
131
Pertarungan Terakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!