Riana memarkirkan mobilnya di Universitas Persada Harapan (Unphar) sekitar pukul 9.40 WIB. Diliriknya jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Kemudian dengan sigap ia menyambar tas selempang andalannya, beserta tas laptop dan sebuah map yang tergeletak di kursi yang tepat berada di sampingnya. Ia harus segera menyerahkan beberapa berkas terkait perbaharuan berkala data diri dosen sebelum masuk kelas jam 10.00 WIB.
Riana melangkahkan kakinya ke ruangan besar namun bersekat-sekat di kanan dan kirinya, tatanan ruangan khas kantor yang kental sangat bisa dirasakan begitu memasuki ruangan ini. Dengan bergegas ia menemui seorang lelaki yang sedang berada di balik layar komputer.
"Selamat pagi Mas Angga" ucapnya ramah pada lelaki itu.
"Eh, ada Bu Riana, selamat pagi juga Bu. Mau nyerahin berkas perbaharuan ya?" ujar lelaki yang bernama Angga tersebut sambil melirik map biru muda yang ditenteng Riana.
"Iya Mas, ini berkasnya" jawab Riana sambil mengeluarkan beberapa lembar kertas dari dalam mapnya.
"Ngomong-ngomong, kok sepi ya Mas?" tanyanya sambil menyerahkan berkas ke tangan Angga.
"Lagi pada rapat Bu, sama orang yayasan juga," jawab Angga sambil menunjuk pintu ruang rapat yang terdapat di ujung ruangan.
"Paling sebentar lagi juga kelar" lanjutnya sambil memeriksa berkas Riana dengan teliti.
Dan benar saja, tak lama terdengar suara derit kursi dan suara orang keluar dari ruang rapat pertanda rapat sudah selesai. Riana berusaha ramah dengan tersenyum pada orang-orang yang baru keluar sambil menunggu Angga memperbaharui datanya.
"Oke udah ni Bu, udah lengkap semua" ujar Angga.
"Oke makasih ya Mas, saya langsung ke kelas" jawab Riana sambil kembali menenteng bawaanya.
Namun tiba-tiba sudut matanya melihat seseorang, ia pun langsung tersenyum dan menyapa orang tersebut.
"Pak Ridwan, apa kabar pak? bapak sehat?" ucapnya sumringah pada seorang lelaki paruh baya yang baru saja keluar dari ruang rapat.
Pak Ridwan adalah mantan rektor Unphar yang sekarang menjadi salah satu pimpinan yayasan. Riana sudah hampir setahun tak bertemu pak Ridwan, semenjak Pak Ridwan tak lagi menjabat sebagai rektor.
"Hai Riana, sudah lama tidak bertemu. Alhamdulillah saya baik dan sehat walafiat." ucap Pak Ridwan dengan tak kalah sumringah.
Mereka mengobrol dengan asyiknya karena sudah lama tak bertemu. Pak Ridwan adalah salah satu orang yang menginspirasinya, karena beliau adalah sosok yang rendah hati, tidak sombong, dan selalu bersemangat di usianya yang tak lagi muda. Riana sangat respect padanya.
"Pak, maaf sepertinya saya harus masuk kelas dulu," ucapnya sopan untuk mengakhiri obrolan mereka.
"Oh iya iya, silahkan silahkan. Saya sekalian mau pulang juga" ucapnya sambil melangkahkan kaki menuju pintu keluar.
Sesampainya di luar ruangan, Riana pamit naik ke lantai dua untuk mengajar karena jam sudah menunjukkan pukul 10.10 WIB. Pak Ridwanpun pamit untuk segera pulang.
Namun saat Riana hendak melangkahkan kakinya tiba-tiba Pak Ridwan kembali memanggilnya.
"Riana, hmmmm, kamu, hmm," ucapnya seperti kebingungan.
"Iya Pak, ada apa?" tanya Riana penasaran.
"Kamu apakah sudah punya calon suami?" ucapnya dengan mantap kali ini.
Terlihat wajah Riana yang bingung dengan pertanyaan Pak Ridwan.
"Kamu mau tidak berkenalan dengan anak sulung saya?" tanyanya lagi.
Riana masih terdiam dan bingung, karena pertanyaan Pak Ridwan yang sungguh tiba-tiba.
"Yaa berkenalan saja dulu, saya tidak memaksa harus cocok. Hitung-hitung menambah teman dan relasi." ucapnya lagi bagai sedang menjajakan iklan produk.
"Bagaimana?" tanyanya lagi, karena belum mendapatkan jawaban dari Riana.
"Iya Pak, boleh." ucap Riana sambil tersenyum sopan.
Mendengar ucapan Riana, langsung tersungging senyum lebar dari bibir Pak Ridwan.
"Baik, nanti kita atur ya, terima kasih ya," ucap Pak Ridwan dengan semakin mantap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Coco
iklanin anak
2023-05-16
0
Arlansyah Syah
nyimak
2021-11-27
0
bundA&M
diko kayanya
2021-06-22
0