Ibukota An Ming terbagi menjadi Kota luar dan Kota dalam.
Kota luar merupakan tembok terluar Ibukota yang penduduknya pada umumnya adalah orang-orang biasa.
Sementara Kota dalam adalah pusat Ibukota, serta pusat paling makmur di seluruh Kekaisaran Ling Timur. Para penduduknya rata-rata berkelas, bangsawan serta orang-orang dari kalangan atas lainnya.
Saat ini Jiang Xingyu yang berpakaian seperti pengemis sedang berjalan-jalan santai di Kota luar. Walaupun Kota luar tidak sesejahtera seperti Kota dalam, suasananya tetap sangat ramai sehingga tidak jauh berbeda dengan Kota dalam.
Jiang Xingyu yang terlihat berpenampilan paling menyedihkan, tidak banyak orang yang mengenalinya apalagi memperhatikan keberadaannya.
Namun untuk berjaga-jaga agar tidak dikenali oleh Pangeran Yuhao dan Lin Jiayin, ia berpikir untuk menyamar sebelum memasuki Kota dalam. Bukan karena takut, tapi karena ia ingin memberi kejutan pada kedua musuhnya itu.
"Karena mereka berpikir aku sudah meninggal, bukankah akan membuat mereka kecewa jika aku tidak bekerja sama?" ucapnya disertai senyum suram.
Di detik berikutnya ekspresinya kembali murung ketika memikirkan bahwa sekarang ia tidak punya uang. Apalagi dalam perjalanan menuju Ibukota, perutnya sangat kelaparan dan sekarang ia tidak mampu menahan rasa laparnya lagi.
Namun ia bukan orang yang sepenuhnya berhati bersih. Ia tidak keberatan menggunakan cara yang tidak bermoral untuk mendapatkan uang.
Kemudian pandangannya menyusuri sekelilingnya hingga akhirnya mata liciknya tertuju pada seorang pemuda berusia sekitar awal dua puluhan. Pemuda itu mengenakan jubah brokat berkualitas tinggi. Tangan kanannya memegang sangkar burung dan tangan kirinya meniup pluit.
Yang menarik perhatian Jiang Xingyu bukan penampilan ataupun rupa pemuda itu, tapi sebuah kantong kain yang berada di pinggang sebelah kirinya.
Jiang Xingyu menyipitkan matanya, kemudian berjalan kearah pemuda itu dan lewat tepat di samping kirinya. Setelahnya ketika jarak cukup jauh, kantong kain yang semula berada di pinggang kiri pemuda itu, kini berpindah berada di telapak tangannya.
Sedangkan pemuda itu tetap berfokus pada kegiatannya dan dia tidak menyadari bahwa barangnya telah dicuri.
Setelah mendapatkan uang dengan cara tidak bermoral, Jiang Xingyu memasuki Toko Pakaian. Ketika keluar lagi penampilannya yang awalnya seperti pengemis, kini berubah total.
Sekarang ia mengenakan gaun berwarna merah terang dengan sebuah kain tipis berwarna senada menutupi wajahnya. Penampilannya begitu anggun serta misterius. Namun setelah membeli pakaian baru, ia tidak memiliki banyak uang yang tersisa. Sekarang ia hanya bisa mengisi perutnya saja.
Berdasarkan dari ingatan pemilik tubuh ini, ia memahami bahwa status serta kondisinya di Kediaman keluarga Jiang sangat miris. Bisa dikatakan bahwa dirinya yang berstatus sebagai Nona Sulung tidak memiliki satupun koin perak. Bahkan makanan sehari-harinya hanyalah makanan vegetarian yang hampir basi.
Awalnya pemilik tubuh ini yang merupakan aib keluarga Jiang, mendapatkan uang bulanan sebesar 20 koin perak.
Bagi masyarakat kelas bawah, 20 koin perak merupakan jumlah yang lebih dari cukup untuk dihabiskan dalam waktu sebulan. Seharusnya juga cukup untuk pemilik tubuh ini. Namun karena keserakahan seseorang, uangnya diambil dan dikurangi menjadi 5 koin perak setiap bulannya. Tentu saja jumlah ini sangat sedikit.
Terlebih lagi sejak terbangun dari sakitnya waktu berusia 10 tahun, entah mengapa tubuhnya sangat lemah dan sakit-sakitan. Karena inilah 5 koin perak bulanannya telah dihabiskan hanya untuk membeli obat-obatan.
Jika bukan karena Bibi Rong yang biasanya menjahit sapu tangan diwaktu luangnya, menjualnya dan menghasilkan sedikit uang tambahan, pemilik tubuh ini mungkin tidak akan mampu bertahan hidup hingga berusia 15 tahun.
Memikirkan Bibi Rong, Jiang Xingyu menghela nafas tak berdaya.
Semenjak meninggalnya sang Ibunda dan meninggalnya keluarga dari pihak Ibundanya, hanya Bibi Rong yang paling tulus perhatian padanya. Meskipun status Jiang Xingyu sangat buruk dan bahkan sering diintimidasi, Bibi Rong tidak meninggalkannya dan justru merawatnya dengan baik.
Jiang Xingyu mendesah tak berdaya memikirkan kehidupan menyedihkan pemilik tubuh ini. Karena ia berjanji untuk membantunya balas dendam, sudah pasti ia akan membalasnya hingga ke akar-akarnya.
Membayangkan betapa menyedihkannya orang-orang yang akan menerima balas dendam darinya, suasana hatinya yang semula sangat buruk kembali ceria lagi.
Tapi ia mendesah lagi ketika pandangannya teralih pada kantong uang yang dipegangnya. Untuk sesaat ia lupa bahwa sekarang kondisinya lebih dari kata miskin.
"Tidak bisa terus seperti ini! Aku harus menghasilkan uang secepat mungkin. Sebelum memulai misi balas dendam, aku harus menghasilkan uang terlebih dahulu. Makan makanan lezat dan berpakaian dengan baik." Ucapnya dengan penuh semangat. Ia berpikir tidak baik jika mengulangi mencuri barang orang lain.
Setelah beberapa saat merenung, ia tersenyum cerah dan berkata pada dirinya sendiri. "Untuk menghasilkan banyak uang dengan uang yang tersisa sedikit, pergi ke Rumah Judi adalah pilihan terbaik. Hei! Ide cemerlang!"
Karena kebutuhan misi di kehidupan sebelumnya, ia sering muncul diberbagai Rumah Judi. Tentunya bukan hanya melihat-lihat, tapi berpartisipasi. Walaupun ia tidak memiliki keterampilan berjudi yang luar biasa, ia memiliki pendengaran tajam yang sangat berguna jika hanya berhadapan dengan Penjudi biasa.
Selesai menyusun rencana menghasilkan uang, ia pergi menuju Kedai makanan kecil yang berada di pinggir jalan.
Dengan uangnya yang tersisa sedikit apalagi harus menyisakan untuk modal judi, ia hanya mampu memesan semangkuk mie kuah daging sapi serta secangkir teh hangat.
-----Terima kasih sudah membaca-----
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Ntut Roesnawati
suka sama pemaparannya, bagus dan detail.
2022-11-16
2
Putri Minwa
aduh kenapa Xing yu mencuri,kan lebih baik minta iya kan thor
2022-10-16
1
Warung Kopi
akhlak bangsawan dipakailah...
2022-08-27
1