Jiang Xingyu sangat yakin walaupun wajahnya bukan kecantikan yang bisa menghancurkan negara, setidaknya dianggap sebagai kecantikan yang menawan. Tapi mengapa dia terlihat seperti gadis jelek dihadapan bocah ini?
Jiang Xingyu tidak tahu bahwa dalam perjalanannya keluar dari hutan bagian dalam, dia secara tidak sengaja menyeka wajahnya dengan tangannya yang kotor. Walaupun dia tidak terlihat seperti pengemis, kecantikannya telah tertutup debu sehingga tidak salah jika bocah itu menyebutnya sebagai gadis jelek.
Dia menyeringai dan memandang bocah itu. "Beraninya bocah yang masih bau susu sepertimu memarahi gadis dewasa sepertiku!" Walaupun nadanya terdengar kesal, sesungguhnya dia tidak merasa tersinggung ataupun marah.
Bocah lelaki itu memandang Jiang Xingyu dari ujung rambut hingga ujung kakinya, lalu berkata dengan nada kebingungan, "Kamu gadis dewasa? dari segi mananya kamu terlihat seperti gadis dewasa?"
"Kamu..." Jiang Xingyu tersedak.
Dia menghela nafas panjang, berdiri dari tempat duduknya, menepuk pantatnya yang kotor seraya berkata, "Aku tidak akan berdebat denganmu! Sekarang aku pergi dulu. Terima kasih untuk ikan panggangmu yang cukup lezat."
Namun bagaimana mungkin bocah lelaki itu membiarkannya pergi begitu saja?
"Tunggu!" Ucapnya.
"Apakah ada yang lain?" Jiang Xingyu menghentikan langkahnya, bertanya sambil mengernyitkan alisnya.
"Kamu ingin pergi setelah makan ikan panggangku? Tidak semudah itu!" Bocah lelaki itu berkata dengan raut wajah tenang.
"Aku sudah mengucapkan terima kasih."
"Ucapan terima kasihmu tidak akan mengembalikan ikan panggangku." Balas bocah lelaki itu yang terlihat kesal.
"Kamu pelit sekali! Baiklah, aku akan mengembalikan ikanmu." Jiang Xingyu mendengus tidak senang, kemudian dia berbalik dan pergi menuju sungai kecil disekitarnya.
"Aku akan membiarkanmu pergi jika kamu menangkap ikan yang sama persis seperti milikku."
Ucapan bocah lelaki itu membuat Jiang Xingyu marah. "Aku sedang terburu-buru, mana mungkin aku bisa menangkap ikan yang sama persis?"
"Aku tidak peduli! Yang aku inginkan hanyalah ikan milikku kembali." Balas bocah lelaki itu sambil mengangkat kedua bahunya.
"Aku terlalu malas meladenimu." Jiang Xingyu memutuskan untuk pergi.
"Berhenti!" Bocah itu ingin menghentikannya.
Hanya saja setelah mengambil satu langkah, langkah berikutnya terhenti karena sebuah kalimat. "Aku ingin mandi di sungai. Apa kamu ingin ikut mandi bersamaku?"
Bocah lelaki itu terdiam. Kedua pipinya bersemu kemerahan seperti gadis pemalu yang bertemu pria pujaan hatinya.
"Kamu, kamu gadis tidak tahu malu!" Ucapnya, lalu segera berbalik kebelakang sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
Jiang Xingyu tersenyum, mendekatinya lalu berkata, "Bocah, apa kau masih menginginkanku tetap berada disini?"
"Kenapa nada bicaramu ambigu sekali? aku tidak menginginkan ikan lagi, kamu pergilah sekarang!" Bocah lelaki itu mendengus tidak senang, kemudian kembali ketempat api unggunnya.
Jika bukan karena sedang menunggu seseorang, dia pasti akan mengikutinya sampai mendapatkan kembali ikan miliknya.
"Hahaha! Bocah yang patuh sekali. Aku pergi sekarang." Jiang Xingyu tersenyum manis, lalu pergi kearah lain tanpa menoleh kebelakang lagi.
-Satu jam kemudian-
"Untunglah aku masih berada di wilayah Kuil Yun. Jika tidak, aku tidak tahu harus pergi kemana." Jiang Xingyu menghela nafas lega.
Dia berencana langsung kembali ke Ibukota. Namun dia sakit kepala lantaran jarak dari Kuil Yun ke Ibukota sekitar tiga puluh mil, dan akan memakan waktu kurang lebih sekitar empat jam untuk sampai jika hanya berjalan kaki.
"Dua jam lagi hari akan segera gelap dan gerbang Ibukota akan segera ditutup." Dia memijit pelipis kepalanya yang terasa sangat sakit.
Kemudian dia melanjutkan langkah kakinya dengan tujuan mencari sebuah penginapan atau Desa untuknya menginap malam ini.
Namun setelah berjalan satu jam lamanya, dia tidak menemukan penginapan ataupun sebuah Desa.
"Sepertinya malam ini aku harus menginap di alam liar." Ucapnya dengan helaan nafas tak berdaya.
Setelah itu dia melanjutkan langkah kakinya menuju arah depan, berharap menemukan gubuk ataupun Kuil kecil.
Memanfaatkan hari yang masih belum sepenuhnya gelap, dia terus berjalan hingga akhirnya melihat sebuah harapan. Benar! Secara tak terduga dia menemukan sebuah Kuil yang tak berpenghuni.
Tanpa berpikir panjang, dia langsung masuk ke dalam. Namun kemudian ekspresinya yang awalnya bahagia tiba-tiba waspada, karena dia samar-samar mencium bau darah.
Berdasarkan pengalamannya sebagai Agen Pembunuh, dia sangat yakin bahwa darah yang diciumnya adalah darah manusia. Selain itu, yang membuatnya waspada adalah darah ini masih segar.
Tidak peduli apakah ada orang yang terluka ataupun meninggal didalam Kuil, dia tidak ingin ikut campur dan memutuskan untuk pergi.
Tepat saat dia berbalik, sikapnya yang sudah waspada tiba-tiba merasakan ada keanehan.
Benar saja! Detik berikutnya, beberapa bayangan hitam muncul dihadapannya.
Melihat empat pria bertopeng menghalangi langkahnya, ekspresinya tetap tenang namun seketika membangunkan aura Pembunuh Medali Emas yang telah tertidur lelap dalam dirinya.
Walaupun begitu, dia tetap berpikir bahwa kemungkinan keempat pria bertopeng ini tidak mendatanginya, tapi mendatangi seseorang yang mungkin sedang bersembunyi didalam Kuil.
-----Terima kasih sudah membaca----
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Sukran Sukran
35 mil = 50++ km🗿
jalan kaki cuma 4 jam
2022-10-20
2
Putri Minwa
kk suka dengan ceritanya thor semangat terus
2022-10-16
1
ciru
cerita yg sangat menarik
2022-07-02
1