19. Larut Malam

Winarsih baru saja selesai mengakhiri percakapannya bersama Utomo. Dia merasa  tak enak karena membatalkan janji membiarkan pria tanpa alasan yang jelas darinya.

Setelah memberitahu Utomo bahwa dirinya memang sedang tidak enak badan, Winarsih kembali berjanji akan menemui Utomo hari Senin besok seusai jam makan malam.

Winarsih menagih janji Utomo yang akan membawanya untuk melihat Monas di malam hari. Sebenarnya dia sudah kehilangan selera untuk berjalan-jalan.

Tapi dia ingin menyenangkan hati pria itu. Terlebih lagi, Winarsih ingin menyampaikan sesuatu yang penting kepada kekasihnya. Hati Winarsih serasa diiris saat Utomo menjawab apa yang dimintanya itu dengan nada bicara yang sangat riang.

Bahkan Utomo menanyakan tentang pekerjaannya. Apakah pekerjaan di rumah itu terasa sangat berat hingga ia sampai jatuh sakit?

Sore itu ruang pegawai kosong, Tina mungkin sedang berada di luar. Sedangkan Mbah pasti sedang berada di kamarnya. Usai menutup telepon, Winarsih berjalan lesu menuju kamarnya.

Saat berada di jalan setapak mendekati kamarnya, dari balik tanaman bambu kuning, Winarsih melihat satu sosok yang dikenalinya menempelkan telinga berkali-kali di pintu kamar.

Winarsih menarik nafas panjang, mau apa lagi anak majikannya itu mengendap-endap di depan kamarnya. Dean terlihat seperti sedang membawa sesuatu di tangan kanan.

Winarsih mendekati pria itu, dan berdiri tepat di belakangnya. "Cari apa Pak?" tanyanya.

Mungkin kehadirannya yang tiba-tiba mengejutkan Dean. Kepala pria itu menubruk daun pintu. entah harus marah atau senang karena kesialan yang menimpa anak majikan itu, ia tetap memasang wajah dingin.

"Emm... nggak. Nggak ada." Dean menjawabnya dengan terbata-bata. Anak majikannya yang kemarin begitu ketus, hari ini tampak bodoh berdiri di depannya.

"Saya mau masuk Pak, hari ini saya sudah izin sama Mbah kalau saya nggak membantu pekerjaan," ucapnya dengan wajah datar.

"Oh ya silakan," jawab pria itu seraya mundur dan memberinya ruang ke arah pintu.

"Tunggu!" ucap Dean tiba-tiba sambil menahan pintu dengan tangan kirinya.

Winarsih sudah benar-benar kesal dengan anak majikannya yang berdiri tanpa bersalah di hadapannya. Dia hanya ingin segera masuk ke kamarnya dan beristirahat.

Tubuhnya terasa lemas sekali, daerah sensitifnya pun masih terasa perih. Apalagi daerah pangkal pahanya. Menanami dua petak sawah saja mungkin tak akan terasa sepegal itu.

"Ada apa lagi?"

"Aku tadi membelikan ini untuk kamu." Dean mengangkat bungkusan di hadapannya.

"Apa itu? Saya nggak perlu. Saya cuma mau istirahat sekarang," jawabnya datar.

"Saya membelikan ini untuk kamu. Saya nggak mau kamu sakit atau kenapa-napa karena saya" ujar Dean lagi.

Winarsih menatap Dean lekat-lekat. Baru kali itulah dia bisa melihat wajah pria itu dengan jelas. Mata Dean yang sedikit sipit tetapi memiliki bola mata yang sangat hitam, bisa begitu dingin jika menatap seseorang.

Jika bukan karena keangkuhan dan sifat kasar pria ini, Dean pasti akan menjadi sosok yang sangat sempurna sebagai laki-laki.

Pandangan Winarsih seketika menjadi sendu. Dia menyadari, pria di depannya inilah yang kemarin malam telah berubah menjadi hewan buas yang memangsanya.

Hari ini Dean berdiri seperti seorang majikan yang baik dan perhatian kepada pembantunya.

"Saya nggak perlu itu, saya baik-baik saja" Winarsih menjawab ketus. Dia juga tak mengerti kenapa nada suaranya bisa menjadi seperti itu kepada Dean.

"Maaf Win, saya nggak sengaja" Dean berkata pelan.

Saat dia mengatakan itu, hati Winarsih serasa tercabik. Dia tidak sengaja. Anak majikannya itu tak pernah berpikir,  penderitaan apa yang akan dihadapinya di kemudian hari nanti.

Saat baru saja berpikir mungkin Dean bisa berubah menjadi pria yang lebih lembut ataupun lebih bertanggungjawab, pria itu telah kembali ke watak aslinya.

"Ya sudah ini diambil aja belagu banget sih," Dean berkata dengan ketus.

Dean menyodorkan bungkusan yang berada di tangannya ke dalam dekapan Winarsih. Spontan tangannya memegang bungkusan itu.

Dean pun berlalu dari hadapannya. Meski sesaat kemudian dari kejauhan, Winarsih mendengar Dean yang mengancamnya untuk meminum entah apa yang diberinya tadi.

Winarsih menutup pintu kamarnya dengan kesal. Saking kesalnya dia memutar anak kunci hingga dua kali. Padahal itu masih sore. Tak akan ada yang mendobrak pintu kamar itu.

Perhatiannya beralih kepada bungkusan yang diberikan Dean tadi. Saat membuka plastik putih yang bertulisan nama sebuah apotek, Winarsih melihat berbagai merek multivitamin. Ada yang berbentuk tablet maupun sirup.

Dia menghela nafas panjang. Inikah bentuk perhatian anak majikannya itu setelah membantainya kemarin malam?

PRAKK!!!

Winarsih mencampakkan bungkusan itu hingga menghantam dinding dan isinya berhamburan di lantai.

Dia kembali duduk bersandar di dinding yang sejajar dengan pintu. Kepalanya terbenam di antara lipatan kedua tangannya.

Bahunya kembali berguncang. Winarsih kembali menangis mengingat ibu dan adiknya.

Dia tak boleh kembali ke kampung halamannya dengan kalah. Dia harus tetap bekerja di sana dan mengirimi orang tuanya uang. Dia harus tetap teguh pada tekadnya untuk memberi kehidupan yang layak pada Yanto.

Meski dia harus membuang jauh-jauh pikiran tentang konsep rumah tangga yang diidam-idamkannya selama ini.

******

Hari senin siang saat Dean berada di kantornya yang berada di salah satu gedung  perkantoran Sudirman.

Pria itu sedang mengaitkan kedua tangannya di depan mulut seperti sedang berpikir. Kursinya tak henti-henti berputar ke kiri dan ke kanan. Tingkah yang selalu dibuatnya jika ia sedang memikirkan sesuatu hal penting.

Tak lama kemudian masuklah seorang pria bertubuh gemuk dan memakai kacamata. Itu adalah Ryan sekretarisnya.

Tak seperti orang lain, Dean lebih menyukai seorang pria untuk menjadi sekretarisnya. Hal itu memiliki alasan yang cukup masuk akal.

Dean tak ingin mengalami kesulitan jika harus membawa sekretarisnya untuk menerima jamuan klien-klien yang lebih sering pada malam hari di sebuah klub malam ataupun tempat karaoke.

Ryan masuk sambil membawa sebuah map.

"Udah lo cek bener-bener?" tanya Dean.

"Sudah Pak, saya sudah mendatangi hotel dan meminta rekaman CCTV kejadian malam itu, salinannya ada pada kita, dan sisanya telah dihapus" jawab sekretarisnya. "Kalau bapak lihat di dalam map itu, saya sudah membuat urutan kejadian malam itu berdasarkan waktunya" sambung Ryan lagi.

"Apa kalian ada menemukan kamera tersembunyi di dalam kamar itu?" tanya Dean lagi.

"Nggak ada Pak. Bahkan sisa perangkat ataupun bekas tempat diletakkannya kamera tidak ditemukan. Bisa saja yang diucapkan Mbak Disty itu tidak benar. Tapi tetap ada kemungkinan mereka menggunakan alat yang lebih canggih," terang Ryan.

"Ini emang salah gua, yang selalu nganggap Disty itu perempuan yang nggak mungkin berbuat hal-hal kotor kayak gini," gumam Dean menerawang.

"Menurut saya, sementara ini Pak Dean harus bisa menenangkan Mbak Disty. Jangan sampai dia emosi dan berbuat gegabah dengan menghubungi awak media. Reputasi pak Hartono sebagai menteri sekarang berada di tangan Pak Dean. Apalagi selama ini keluarga Hartono dikenal sebagai keluarga yang selalu sepi dari gosip atau skandal-skandal." Ryan sekretaris Dean yang memang telah bekerja lama untuknya mengingatkan soal kedudukan papanya sebagai menteri.

"Iya, I see. Sorry Yan, gara-gara gua, orang sekantor pada ribet. Gua juga nggak mau ngorbanin kantor yang udah gua rintis dari nol. Aduuhh... pusing gua Yan. Sampe gua gak konsentrasi waktu klien tadi datang konsultasi." Dean melonggarkan dasinya yang sekarang terasa begitu mencekik.

"Pelan-pelan Pak, kita pakai trik seperti biasa yang kita anjurkan kepada klien. Turuti permintaannya tapi jangan meninggalkan jejak administrasi dalam urusan apapun." Ryan tersenyum menatap Dean penuh arti.

Mengerti dengan apa yang disampaikan oleh sekretarisnya, Dean terlihat lebih tenang kemudian mengangguk.

"Dan selama itu, gua tetap harus bongkar kediamannya pelan-pelan untuk nyari informasi apakah video itu benar-benar ada," gumam Dean seraya memutar balik kursinya untuk menghadap pemandangan berupa gedung-gedung pencakar langit yang berada di belakangnya.

******

Jam di dinding kantor Dean sudah menunjukkan hampir pukul 11 malam. Dia baru saja selesai mengecek belasan map yang berisi kasus-kasus klien barunya.

Badannya terasa sangat lelah dan matanya mulai mengantuk. Dean segera berdiri menyambar jas dan ponselnya yang berada di atas meja untuk menuju ke parkiran yang berada di basement gedung.

Untungnya Jakarta tidak macet di malam hari hingga dirinya tidak perlu berlama-lama di simpang lampu merah.

Saat mobil Dean berbelok ke kanan, pada simpang terakhir menuju rumahnya, Dean melihat satu sosok yang sepertinya tidak asing.

Dengan mengenali setelan pakaian itu. Sepasang pakaian berupa kaos lengan panjang dan rok di bawah lutut. Pakaian Winarsih yang sudah hampir seperti seragam pembantunya itu karena selalu dipakai berulang dalam seminggu.

Dean memelankan laju mobilnya hingga nyaris ke tepi. Di atas trotoar pejalan kaki Winarsih tampak berjalan santai dengan seorang pria yang kemungkinan besar adalah Utomo, kekasihnya.

"Dasar!! Ngakunya nggak enak badan. Tapi malah pacaran sampe hampir tengah malam gini." Dean tak menyadari dirinya mengomeli pembantunya itu.

Dean terus mengikuti sepasang sejoli itu dengan berkendara pelan-pelan di belakang mereka. Sekarang dia merasa menjadi seperti seorang penguntit yang norak.

Ada urusan apa dia harus senewen melihat Winarsih bersama kekasihnya? Apa karena dia merasa telah memiliki pembantunya itu karena telah mengambil keperawanannya?

Merasa sedang melakukan hal bodoh, Dean menginjak pedal gas untuk meninggalkan tempat itu.

Tapi saat memberikan lampu sein kanan untuk masuk ke jalur tengah, Dean melihat tangan Utomo yang hendak merangkul pundak Winarsih.

Tak tahu sudah dirasuki oleh setan apa, Dean malah menjajari pasangan kekasih itu di tepi trotoar. Seketika kakinya langsung menginjak rem.

"Hei! Ngapain kamu di luar jam segini? Ayo pulang!! Besok kamu harus kerja! Ada-ada aja pembantu zaman sekarang. Katanya sakit, sekarang malah keluyuran. Cepat masuk! Saya buru-buru," teriak Dean dari dalam mobil dengan kaca jendela yang diturunkan.

Winarsih dan Utomo sepertinya sangat terkejut mendengar teriakan Dean. Karena kedua orang itu langsung berhenti melangkah dan terdiam.

Winarsih menatap tajam ke arahnya. Meski terlihat sinis, tatapan itu membuat Dean gelisah dan debar jantungnya menjadi tak biasa.

Entah kenapa, sejak kejadian itu, Winarsih tampak semakin cantik di matanya.

To Be Continued.....

Terpopuler

Comments

Ernadina 86

Ernadina 86

kamu terlalu go*log..mana ada cwek miskin hobinya ke Club mabok2an kalo bukan pelacur

2024-01-29

4

Farni hana

Farni hana

dirasuki setan cinta🤣🤣

2024-01-16

2

"ariani's eomoni"

"ariani's eomoni"

cieeee

2023-12-31

2

lihat semua
Episodes
1 1. Cita-cita Winarsih
2 2. Persiapan
3 3. Perjalanan
4 4. Keluarga
5 5. Pak Hartono
6 6. Dean Danawira Hartono
7 7. Malam Minggu
8 8. Kepergok
9 9. Mendadak Masak
10 10. In The Night Club
11 11. Sorry, Dear
12 12. Pertengkaran
13 13. Maaf ?
14 14. Luka
15 15. Tak Cukup
16 16. Penyesalan
17 17. Ancaman
18 18. Multivitamin
19 19. Larut Malam
20 20. Monas
21 21. Bye, Love.
22 22. Where Are You?
23 23. Kebisuan
24 24. Get Out of My Car
25 25. Ukuran
26 26. Di Dekat Pohon Bambu
27 27. "Saya laper Pak,"
28 28. Pita Kecil Merah Hati
29 29. Eneg?
30 30. Peluk Aku
31 31. Create Memories
32 32. Calon Asisten Pak Hartono
33 33. Pergunjingan
34 34. Tell Him!
35 35. Duduk Persoalan
36 36. Tempat Bersandar
37 37. Pamit
38 38. Pulang
39 39. Di Mana Kamu?
40 40. Desa Beringin
41 41. Murka Ibu
42 42. Tamu Tengah Malam
43 43. Keputusan
44 44. Kebahagiaan Dean
45 45. Pengakuan
46 46. Pria Dengan Beskap
47 47. Dia, Istriku
48 48. Kekhawatiran Dean
49 49. Dia, Suamiku
50 50. Kerepotan Dean
51 51. Teruntuk Utomo
52 52. Berpapasan
53 53. Bu Winar
54 54. Sakit Bu Amalia
55 55. Kau Adalah Sebuah Alasan
56 56. Pengakuan Dean
57 57. Pria Miskin?
58 58. Keresahan Winarsih
59 59. Melepas Dean Pergi
60 60. Pelukan Untuk Ibu
61 61. Stay Away From Me
62 62. Tunggu Aku di Kotamu
63 63. Uang Bu Winar
64 64. Rumah Mertua
65 65. Rumah Hijau
66 66. Galaunya Dean
67 67. Bertemu Reporter Desa
68 68. You Are My Home
69 69. Sepetak Sawah Untuk Winarsih
70 70. Kabar
71 71. Baik-Baik Sayang
72 72. Where Are You (2)
73 73. Naif
74 74. Kebisuan (2)
75 75. I Heart You
76 76. Tamu di Pagi Buta
77 77. Get Out of My House
78 78. Keluarnya Kartu As
79 79. Langkah Selanjutnya
80 80. Dean Sachet
81 81. Peringatan
82 82. Efek Cemburu Dean
83 83. Kram Dini Hari
84 84. Insiden
85 85. Akhir Cinta Disty
86 86. Hei, Love!
87 87. Aku Di Sini
88 88. Cinta Winarsih
89 89. Like a Baby
90 90. Siapa Ara?
91 91. Air Mata Dean
92 92. Buka Jahitan
93 93. Shopping
94 94. Berita
95 95. Ketika Badai Datang
96 96. Titik Balik
97 97. Sandaran Hati
98 98. Hati Seorang Isteri
99 99. Bunga Untuk Winarsih
100 100. Dean Sachet is Coming
101 101. Nama Bayi
102 102. Pillow Talk
103 103. Resah
104 104. Akung dan Uti
105 105. Sidang Putusan
106 106. Wanita Pemilik Saham
107 107. Teman Lama
108 108. Obrolan
109 109. Tatapan Nostalgia
110 110. Salah Tingkah
111 111. Dirja dan Uti
112 112. Oleh-Oleh Dari Kalimantan
113 113. Misi Dean
114 114. Gosip Time
115 115. Kebohongan Kecil
116 116. Titah Bu Amalia
117 117. Rapat Pemegang Saham (1)
118 118. Jatuh Cinta Lagi
119 119. Rapat Pemegang Saham (2)
120 120. Curahan Hati Winarsih
121 121. Usaha Dean
122 122. Hari Pertama
123 123. PDKT
124 124. Curahan Isi Hati
125 125. Anak Dan Ibu
126 126. Berburu
127 127. Efek SPA
128 128. Aku Cinta Mas Dean
129 129. Mesra
130 130. Anggi Nisakara Hartono
131 131. Menatapmu Lekat-Lekat
132 132. Mas Gagah
133 133. Arti Dirimu
134 134. Selamat Ulang Tahun Mas
135 135. Bye Ara
136 136. Makan Malam Paket Lengkap
137 137. Jambi
138 138. Jawa di Jambi
139 139. Rewang
140 140. Panen Bu Sumi
141 141. Acara Sesudah Panen
142 142. Stressnya Dean
143 143. Sungsang
144 144. Kelahiran Kedua
145 145. Ciuman Yuk
146 146. Kejutan Sebelum Pesta
147 147. Untuk Cinta Winarsih
148 148. Raja dan Ratu Sehari
149 149. Paguyuban Winarsih
150 150. EXTRA PART : 2 Tahun Kemudian
151 151. EXTRA PART : Winarsih S.Mb
152 152. GENK DUDA AKUT
153 SPECIAL PART : 1.0
154 SPECIAL PART : 2.0
155 SPECIAL PART : 3.0
156 SPECIAL PART : 4.0
157 SPECIAL PART : 5.0
Episodes

Updated 157 Episodes

1
1. Cita-cita Winarsih
2
2. Persiapan
3
3. Perjalanan
4
4. Keluarga
5
5. Pak Hartono
6
6. Dean Danawira Hartono
7
7. Malam Minggu
8
8. Kepergok
9
9. Mendadak Masak
10
10. In The Night Club
11
11. Sorry, Dear
12
12. Pertengkaran
13
13. Maaf ?
14
14. Luka
15
15. Tak Cukup
16
16. Penyesalan
17
17. Ancaman
18
18. Multivitamin
19
19. Larut Malam
20
20. Monas
21
21. Bye, Love.
22
22. Where Are You?
23
23. Kebisuan
24
24. Get Out of My Car
25
25. Ukuran
26
26. Di Dekat Pohon Bambu
27
27. "Saya laper Pak,"
28
28. Pita Kecil Merah Hati
29
29. Eneg?
30
30. Peluk Aku
31
31. Create Memories
32
32. Calon Asisten Pak Hartono
33
33. Pergunjingan
34
34. Tell Him!
35
35. Duduk Persoalan
36
36. Tempat Bersandar
37
37. Pamit
38
38. Pulang
39
39. Di Mana Kamu?
40
40. Desa Beringin
41
41. Murka Ibu
42
42. Tamu Tengah Malam
43
43. Keputusan
44
44. Kebahagiaan Dean
45
45. Pengakuan
46
46. Pria Dengan Beskap
47
47. Dia, Istriku
48
48. Kekhawatiran Dean
49
49. Dia, Suamiku
50
50. Kerepotan Dean
51
51. Teruntuk Utomo
52
52. Berpapasan
53
53. Bu Winar
54
54. Sakit Bu Amalia
55
55. Kau Adalah Sebuah Alasan
56
56. Pengakuan Dean
57
57. Pria Miskin?
58
58. Keresahan Winarsih
59
59. Melepas Dean Pergi
60
60. Pelukan Untuk Ibu
61
61. Stay Away From Me
62
62. Tunggu Aku di Kotamu
63
63. Uang Bu Winar
64
64. Rumah Mertua
65
65. Rumah Hijau
66
66. Galaunya Dean
67
67. Bertemu Reporter Desa
68
68. You Are My Home
69
69. Sepetak Sawah Untuk Winarsih
70
70. Kabar
71
71. Baik-Baik Sayang
72
72. Where Are You (2)
73
73. Naif
74
74. Kebisuan (2)
75
75. I Heart You
76
76. Tamu di Pagi Buta
77
77. Get Out of My House
78
78. Keluarnya Kartu As
79
79. Langkah Selanjutnya
80
80. Dean Sachet
81
81. Peringatan
82
82. Efek Cemburu Dean
83
83. Kram Dini Hari
84
84. Insiden
85
85. Akhir Cinta Disty
86
86. Hei, Love!
87
87. Aku Di Sini
88
88. Cinta Winarsih
89
89. Like a Baby
90
90. Siapa Ara?
91
91. Air Mata Dean
92
92. Buka Jahitan
93
93. Shopping
94
94. Berita
95
95. Ketika Badai Datang
96
96. Titik Balik
97
97. Sandaran Hati
98
98. Hati Seorang Isteri
99
99. Bunga Untuk Winarsih
100
100. Dean Sachet is Coming
101
101. Nama Bayi
102
102. Pillow Talk
103
103. Resah
104
104. Akung dan Uti
105
105. Sidang Putusan
106
106. Wanita Pemilik Saham
107
107. Teman Lama
108
108. Obrolan
109
109. Tatapan Nostalgia
110
110. Salah Tingkah
111
111. Dirja dan Uti
112
112. Oleh-Oleh Dari Kalimantan
113
113. Misi Dean
114
114. Gosip Time
115
115. Kebohongan Kecil
116
116. Titah Bu Amalia
117
117. Rapat Pemegang Saham (1)
118
118. Jatuh Cinta Lagi
119
119. Rapat Pemegang Saham (2)
120
120. Curahan Hati Winarsih
121
121. Usaha Dean
122
122. Hari Pertama
123
123. PDKT
124
124. Curahan Isi Hati
125
125. Anak Dan Ibu
126
126. Berburu
127
127. Efek SPA
128
128. Aku Cinta Mas Dean
129
129. Mesra
130
130. Anggi Nisakara Hartono
131
131. Menatapmu Lekat-Lekat
132
132. Mas Gagah
133
133. Arti Dirimu
134
134. Selamat Ulang Tahun Mas
135
135. Bye Ara
136
136. Makan Malam Paket Lengkap
137
137. Jambi
138
138. Jawa di Jambi
139
139. Rewang
140
140. Panen Bu Sumi
141
141. Acara Sesudah Panen
142
142. Stressnya Dean
143
143. Sungsang
144
144. Kelahiran Kedua
145
145. Ciuman Yuk
146
146. Kejutan Sebelum Pesta
147
147. Untuk Cinta Winarsih
148
148. Raja dan Ratu Sehari
149
149. Paguyuban Winarsih
150
150. EXTRA PART : 2 Tahun Kemudian
151
151. EXTRA PART : Winarsih S.Mb
152
152. GENK DUDA AKUT
153
SPECIAL PART : 1.0
154
SPECIAL PART : 2.0
155
SPECIAL PART : 3.0
156
SPECIAL PART : 4.0
157
SPECIAL PART : 5.0

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!