8. Kepergok

Bu Amalia berkali-kali mengetuk pintu kamar Dean, tapi tak ada jawaban dari dalam. Setelah mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor anak laki-lakinya, terdengar suara ponsel dari balik pintu.

Suara kunci yang diputar dari dalam terdengar dan tak berapa lama kepala Dean menyembul. Matanya terlihat bengkak karena baru saja terbangun dari tidur setelah mendengar suara gaduh di pintu.

"Ya Ma?" tanya Dean.

"Sudah mau magrib, bangun. Mandi terus pergi ke ruang makan," pinta Bu Amalia pada Dean.

"Dean nggak selera makan Ma, Mama-papa apa aja yang makan duluan. Nanti kalo laper, Dean bisa ke dapur langsung dan minta ke Mbah" ucap Dean seraya memasang ekspresi akan menguap. Bu Amalia mundur dan menggelengkan kepalanya.

"Susah sekali jadi wanita normal di rumah ini. Punya dua laki-laki dalam hidupku ternyata tak memudahkan sama sekali," omel Bu Amalia pergi.

Wanita itu menyadari betapa susahnya membujuk Dean jika anaknya itu sudah memutuskan sesuatu akhir-akhir ini.

Dean tak menanggapi omelan Bu Amalia dan kembali menutup pintu kamar.

Sejenak dia menggaruk-garuk kepalanya terlihat suntuk.

Sebenarnya dia tak mau menentang Pak Hartono sama sekali. Dia sayang papanya. Siapa pula anak yang tidak menyayangi orang tuanya jika kedua orang tuanya telah memberikan semua hal terbaik di dunia ini.

Tapi Dean ingin diberi kepercayaan untuk memutuskan sesuatu yang baik dalam hidupnya. Dia ingin diberi kelonggaran dalam memilih. Bisa saja jika Pak Hartono membiarkan dirinya memutuskan sesuatu, dia malah berbalik mengikuti apa yang dikatakan papanya.

Beberapa saat Dean duduk di tepi ranjang melihat ponselnya yang sudah ramai dengan notifikasi. Setelah ribut dengan Pak Hartono saat makan siang tadi, dia memutuskan mengabaikan semua hal dan tidur.

Padahal hari sabtu, tapi rentetan orang yang mengiriminya pesan seperti tak mengerti hari libur. Urutan pesan teratas, Dean melihat nama Disty. Dia melewatkannya sejenak untuk mencari pesan lain yang lebih penting.

Menemukan satu nama klien penting yang menanyakan kabar masalah perizinan perusahaan tambangnya, Dean langsung membalas pesan tersebut.

Dean belum membuka pesan Disty, belum apa-apa membayangkan isi pesannya yang terlihat berjumlah puluhan kepalanya sudah sakit.

Kemudian dia melangkah menuju kamar mandi, meski tak ikut makan bersama orang tuanya, setidaknya dia harus mandi untuk menyegarkan kepala.

Tubuhnya sudah beberapa menit berada di bawah pancuran. Kepalanya kembali mengingat-ingat apa yang dikatakan papanya soal Disty.

Papanya mengatakan jika Disty masuk ke hotel bersama pejabat. Pejabat yang mana? Kapan?

Hubungannya bersama Disty setahun belakangan ini tak memiliki masalah yang berarti selain tersangkut masalah restu. Disty berkali-kali meminta untuk diperkenalkan pada kedua orangtuanya. Dan Dean seperti biasa, hanya berkelit karena ingin menundanya.

Bukan dia yang kurang jantan karena menggantung hubungan dengan wanita yang dicintainya, tapi Dean merasa ada sesuatu yang mengganjal jika papanya tidak merestui hal yang sedang dikerjakannya.

Dan sekarang, papanya mengatakan Disty, yang beberapa minggu yang lalu mendesaknya untuk sebuah cincin lamaran, kini dikatakan telah pergi ke hotel dengan salah satu pejabat.

Pak Hartono tak pernah bicara bohong atau mengada-ada selama hidupnya. Mau tak mau, hati kecil Dean mempercayai apa yang dikatakan papanya tadi siang.

Apa yang harus dilakukannya? Bertanya langsung pada Disty?

"Hai sayang, kamu ada pergi ke hotel dengan pejabat?" Ide pertanyaan absurd itu muncul di kepala Dean dan dia segera menggeleng keras.

Dean memencet wadah sabun cair yang menempel di sudut dinding, dan mulai mengoles tubuhnya. Teringat saat pertemuannya pertama kali dengan wanita itu.

Di sebuah club malam, saat Dean sedang mabuk-mabukan dijamu oleh kliennya.

Disty datang bersama dua orang temannya yang merupakan kenalan dari klien yang perusahaannya sedang berada di bawah kepengurusan izin Danawira's Lawfirm. Malam itu Disty sangat cantik. Tampilannya benar-benar seperti wanita dari kelas atas.

Rambutnya yang diwarnai coklat sebahu bergelombang di bagian bawah. Bulu matanya dipertebal dengan tehnik extension. Sebuah lensa kontak berwarna abu-abu menambah kesan glamour wajah Disty yang memang dipoles penuh oleh make-up. Malam itu Dean yang mabuk begitu terpesona oleh Disty yang sangat feminin dan sopan. Ternyata, tampilan Disty yang mewah, jauh berbeda dengan kehidupan wanita itu yang sebenarnya.

Setelah mengenal wanita itu beberapa lama, Dean baru mengetahui kalau Disty merupakan tulang punggung keluarga yang telah lama ditinggal mati oleh ibunya. Sedangkan ayahnya, hidup menumpang di kontrakannya sebagai pengangguran yang hobi mabuk.

Dean sama sekali tak mempermasalahkan kemiskinan wanita itu. Mungkin memang sudah nasibnya sejak dulu yang selalu jatuh cinta dengan wanita yang bukan berasal dari kalangan yang sama sepertinya. Dean memang jatuh cinta dan menyayangi wanita itu. Atau mungkin lebih tepatnya Dean kasihan pada Disty yang selalu bekerja mati-matian menghidupi ayah dan adik-adiknya.

Dean mengerti jika desakan Disty yang terus menerus ingin dinikahi, tak lain karena wanita itu ingin segera lepas dari rongrongan ayahnya yang seperti lintah. Dean memejamkan matanya di bawah pancuran. Kata-kata 'Disty pergi ke hotel bersama seorang pejabat' terus terngiang-ngiang di kepalanya.

Dalam setahun hubungan mereka, Dean tak pernah berbuat macam-macam dengan kekasihnya. Berulang kali, Disty sering mengajaknya bermalam di puncak atau pergi berlibur ke Bali berdua. Dean tidak menyanggupinya. Dean tak tega jika harus merusak masa depan Disty demi kepuasannya. Meski belum tentu Disty memang masih peraw--.

Dean menggeleng keras. Jahat sekali dirinya jika sampai berpikiran seperti itu pada kekasihnya. Dean mematikan shower dan melangkahkan kakinya menginjak keset kamar mandi. Air masih menetes dari dagu dan ujung-ujung rambutnya yang lurus.

Apa yang harus dilakukannya pada Disty sekarang?

Malam ini wanita itu pasti mencarinya dan ingin mengajaknya ke luar.

*****

Malam itu Dean mengenakan celana panjang chinos berwarna krem dan sebuah atasan kemeja bermodel cubban collar; model kerah kemeja yang tak memiliki kancing pada bagian atasnya. Malam itu Dean yang sudah harum dan segar, bergaya pakaian seperti orang yang hendak pergi ke pantai.

Dean keluar kamar dan melangkahkan kakinya ke arah ruang makan. Sudah sepi tak ada orang. Suara langkah kakinya yang mengenakan sepasang sandal karet terdengar berdecit-decit di lantai.

Perutnya lapar dan dia belum ada membalas pesan Disty. Sebelum membalas atau mengangkat telepon dari wanita itu, setidaknya dia harus menyiapkan tenaganya dulu.

Dean terus menuju ke arah dapur mencari seseorang yang bisa dimintainya tolong menyiapkan makan malamnya.

"Pada ke mana sih? Mentang-mentang malam minggu jam segini sudah pada main kabur aja," gumam Dean sambil melongok ke dalam dapur.

Sempat terpikir olehnya untuk pergi ke kamar Mbah yang letaknya hanya terpisah satu dinding dengan dapur bagian depan. Tapi kemudian Dean urung karena merasa kasihan pada wanita tua yang telah mengurusinya dari kecil itu.

Kaki Dean menuruni dua undakan memasuki dapur depan yang letaknya memang lebih rendah dengan bangunan utama. Dia membuka semua penutup tudung saji dan pintu-pintu lemari yang diduganya menyimpan lauk-pauk makan malam. Dia tak masalah jika harus menyiapkan makanannya sendiri.

Yang menjadi masalah adalah, dia tak tahu di mana para pegawai dapur meletakkan semua makanan yang dimasak untuk makan malam tadi. Kepala Dean menjenguk ke sana kemari tapi tak menemukan apa yang dicarinya.

Merasa bosan karena tak menemukan apa-apa, Dean melangkahkan kaki terus memasuki dapur kotor dan langsung pergi menuju garasi mobil yang tak jauh dari pintu dapur paling belakang.

Ponsel di kantung celananya bergetar. Nama Disty dengan emoticon hati merah memenuhi layar. Tentu saja menyimpan nama wanita seperti itu bukan salah satu gayanya. Itu adalah ulah Disty yang pernah lolos dari pengawasannya dan berhasil mengotak-atik ponselnya.

"Halo?" jawab Dean. Akhirnya dia memutuskan menjawab telepon kekasihnya karena memang dia sudah berniat akan pergi ke luar.

"Seharian aku cariin, kamu ke mana sih?" semprot Disty di seberang.

"Aku tidur, capek banget. Kamu lagi di mana?" tanya Dean.

"Aku lagi di V3 nih. Ada temen yang ulang tahun. Kamu ke sini dong, dari siang aku hubungi ga bisa," ucap Disty dengan nada merajuk.

Wanita itu meminta Dean datang ke sebuah club ternama di Jakarta. Di seberang telepon Dean mendengar suara musik berdentum keras. Hobi Disty yang satu ini sebenarnya agak kurang cocok dengan Dean yang pada dasarnya adalah seorang pria rumahan.

"Iya, nanti aku susul ke sana," jawab Dean singkat.

"Jangan kelamaan lho," pinta Disty yang kemudian mengakhiri pembicaraan setelah mendengar jawaban bahwa Dean akan segera menyusulnya.

Dean sering mendatangi club malam, diskotik ataupun KTV dikarenakan jamuan-jamuan dari kliennya yang lebih sering menuntut ke tempat seperti itu. Untuk ukuran seorang pria pun, Dean tidak begitu kuat minum minuman beralkohol. Bahkan di antara teman-temannya, Dean dikenal sebagai seorang yang tak perlu minum banyak untuk bisa mabuk.

Setelah menimbang-nimbang di dalam hati, Dean memutuskan untuk langsung berangkat ke V3. Setelah suntuk seharian di rumah karena bertengkar dengan papanya, mungkin menghabiskan sabtu malamnya bersama Disty di sebuah club bisa sedikit menghibur dirinya. Dia akan makan malam di sana saja .

Ketika Dean mengantongi ponselnya dan melangkah ke halaman dapur besar, samar-samar telinganya menangkap suara seorang pria yang meneriakkan nama seseorang dari arah luar. Langkah kaki Dean refleks mendekati dan mencari tahu asal suara yang didengarnya.

Pandangannya langsung tertumbuk pada suatu hal yang dirasanya tak biasa. Saat berdiri dengan jarak cukup dekat dengan seorang pria yang berada di depan pintu kamar pembantu paling pojok sayap kiri rumah, Dean akhirnya memahami apa yang sedang terjadi.

Kekasih pembantu yang baru bekerja di dapur dan belakangan ini sering dibanding-bandingkan papanya dengan Disty tampak datang mengapel. Pria yang dua minggu lalu dilihat Dean mengantarkan pacarnya untuk bekerja ke rumahnya tampak seperti sedang memaksakan sesuatu.

Sekilas Dean mendengar jika pembantu dapur itu menolak hal yang dikatakan pacarnya, tapi sepertinya pria yang sudah kehilangan akal itu tak mengerti penolakan.

Dean berdiri di bawah remang cahaya kuning yang memantul dari kolam renang. Tanaman bambu kuning yang dipangkas rata setinggi pinggang orang dewasa tak menutupi adegan yang sedang disaksikannya sekarang.

Dean mendecih malu setengah berharap pria yang tampaknya sudah sangat memaksa itu menghentikan kegiatannya. Sesaat Dean mengalihkan pandangannya ke arah sebuah jemuran kecil yang berada di depan kamar itu.

Tampak olehnya sebuah kaos lengan pendek dan rok berwarna merah yang dikenakan pembantu termuda itu kemarin. Ingatan Dean sangat baik jika harus mengingat tiga pasang pakaian mencolok yang dikenakan pembantunya sepanjang minggu. Tergantung di sebelah rok itu beberapa pakaian dalam dengan model sangat sederhana.

Dean mengernyit. Penampakan isi jemuran itu semakin membuat Dean murka dengan adegan yang sedang berlangsung di depannya. Gara-gara pria kampung yang sudah berani hendak berbuat aneh di rumahnya, Dean jadi berpikiran janggal saat menatap isi jemuran pembantunya itu.

"Hei!! Ini rumah orang baik-baik, kalo mau berbuat nggak-nggak jangan di sini. Seisi rumah bisa ikutan sial!" Dean terkejut karena kata-kata itu spontan keluar dari mulutnya begitu saja.

Kekasih pembantunya itu seketika terkejut dan membalikkan badan. Wajah pembantunya terlihat sangat pucat saat mengetahui Dean telah berdiri di sana. Perempuan itu segera mundur dua langkah menjauhi pacarnya. Sorot mata pembantunya jelas memancarkan ketakutan yang teramat sangat saat melihatnya berdiri di sana.

"Maaf Pak," gumam pembantu itu dengan suara bergetar yang tak bisa disembunyikan.

"Siapa nama kamu?" tanya Dean. Dia bertanya bukan karena tak ingat, tapi sejenak Dean tak tahu harus mengatakan apa saat memergoki orang yang sedang tertangkap basah hendak berbuat aneh.

"Utomo, Pak" jawab kekasih pembantunya yang ternyata bernama Utomo.

"Saya tidak tanya kamu," balas Dean tanpa melihat ke arah Utomo.

"Winarsih Pak," gumam Winarsih pelan.

"Itu pacar kamu? Kenapa kok bisa sampai ke sini? Apa gak tau peraturan di rumah ini? Siapa yang beri izin dia masuk? Si Rojak? Saya pecat dia nanti" semprot Dean.

Padahal jelas tak mungkin dia memecat Rojak dari rumah itu selama papanya masih hidup. Rojak adalah satpam favorit Pak Hartono.

"Maaf Pak, tadi saya izin masuk sebentar. Mau ajak Winarsih ke luar," terang Utomo dengan kepala setengah mengangguk entah bermaksud memberi salam atau meminta maaf. Dia sedikit khawatir Dean akan benar-benar memecat satpam yang telah mengizinkannya masuk.

Tinggi tubuh Dean 184 cm dan sedang berdiri di atas jalan batako setapak turut memudahkannya mengintip ke dalam kamar Winarsih yang pintunya terbuka lebar. Cahaya lampu kamar yang terang memperlihatkan isi kamar wanita itu yang nyaris tak memiliki apa-apa.

Pandangan Dean beredar mengamati isi kamar yang sangat mengenaskan di matanya.

Keadaan kamar itu persis seperti tidak ada yang menempatinya. Harta benda Winarsih sepertinya hanya beberapa potong pakaian yang berada di jemuran. Bahkan malam ini, wanita itu memakai pakaian yang sama seperti saat pertama kali datang ke rumahnya.

Dean semakin muak dengan kekasih Winarsih. Mau enak-enakan menyentuh wanita tapi tak mau mengeluarkan biaya. Dasar pria buaya tak ada modal, makinya dalam hati. Sanggupnya pria yang memakai kemeja dengan kerah yang masih kaku karena baru ini tak ingat membelikan sepotong dua potong pakaian untuk kekasihnya.

Dean yang telah sering bertemu dengan bermacam-macam jenis klien dalam sekejap saja bisa memasukkan Utomo ke dalam golongan pria kikir yang egois.

"Maaf Pak, saya sudah bisa ajak Winarsih pergi sekarang?" ulang Utomo lagi.

"Gak bisa. Winarsih gak boleh keluar. Saya laper," tukas Dean.

Winarsih dan kekasihnya berpandangan. "Jadi...." Kalimat Utomo menggantung.

"Jadi kamu pulang aja malem ini, Winarsih harus masak makanan untuk saya. Cepat Winarsih! Saya laper. Saya belum makan malam." Dean bergegas pergi meninggalkan Winarsih dan Utomo yang berpandangan.

Tanpa sempat berpamitan atau mengatakan apa-apa kepada Utomo, Winarsih buru-buru mengunci pintu kamarnya dan berjalan tergesa-gesa menyusul anak majikannya itu menuju dapur.

To Be Continued.....

Please like, vote or comment ya... ❤

Mohon dukungannya untuk cerita roman pertamaku 😁

Terpopuler

Comments

karissa 🧘🧘😑ditama

karissa 🧘🧘😑ditama

iyalah,,jijik lah lama2 sma si utomo ini🔥🔥

2024-05-01

0

jean

jean

tapi kan utomo yang mengantarka calon istrimu pak de🙄😅

2024-01-07

3

jean

jean

🤣🤣🤣🤣🤣

2024-01-07

1

lihat semua
Episodes
1 1. Cita-cita Winarsih
2 2. Persiapan
3 3. Perjalanan
4 4. Keluarga
5 5. Pak Hartono
6 6. Dean Danawira Hartono
7 7. Malam Minggu
8 8. Kepergok
9 9. Mendadak Masak
10 10. In The Night Club
11 11. Sorry, Dear
12 12. Pertengkaran
13 13. Maaf ?
14 14. Luka
15 15. Tak Cukup
16 16. Penyesalan
17 17. Ancaman
18 18. Multivitamin
19 19. Larut Malam
20 20. Monas
21 21. Bye, Love.
22 22. Where Are You?
23 23. Kebisuan
24 24. Get Out of My Car
25 25. Ukuran
26 26. Di Dekat Pohon Bambu
27 27. "Saya laper Pak,"
28 28. Pita Kecil Merah Hati
29 29. Eneg?
30 30. Peluk Aku
31 31. Create Memories
32 32. Calon Asisten Pak Hartono
33 33. Pergunjingan
34 34. Tell Him!
35 35. Duduk Persoalan
36 36. Tempat Bersandar
37 37. Pamit
38 38. Pulang
39 39. Di Mana Kamu?
40 40. Desa Beringin
41 41. Murka Ibu
42 42. Tamu Tengah Malam
43 43. Keputusan
44 44. Kebahagiaan Dean
45 45. Pengakuan
46 46. Pria Dengan Beskap
47 47. Dia, Istriku
48 48. Kekhawatiran Dean
49 49. Dia, Suamiku
50 50. Kerepotan Dean
51 51. Teruntuk Utomo
52 52. Berpapasan
53 53. Bu Winar
54 54. Sakit Bu Amalia
55 55. Kau Adalah Sebuah Alasan
56 56. Pengakuan Dean
57 57. Pria Miskin?
58 58. Keresahan Winarsih
59 59. Melepas Dean Pergi
60 60. Pelukan Untuk Ibu
61 61. Stay Away From Me
62 62. Tunggu Aku di Kotamu
63 63. Uang Bu Winar
64 64. Rumah Mertua
65 65. Rumah Hijau
66 66. Galaunya Dean
67 67. Bertemu Reporter Desa
68 68. You Are My Home
69 69. Sepetak Sawah Untuk Winarsih
70 70. Kabar
71 71. Baik-Baik Sayang
72 72. Where Are You (2)
73 73. Naif
74 74. Kebisuan (2)
75 75. I Heart You
76 76. Tamu di Pagi Buta
77 77. Get Out of My House
78 78. Keluarnya Kartu As
79 79. Langkah Selanjutnya
80 80. Dean Sachet
81 81. Peringatan
82 82. Efek Cemburu Dean
83 83. Kram Dini Hari
84 84. Insiden
85 85. Akhir Cinta Disty
86 86. Hei, Love!
87 87. Aku Di Sini
88 88. Cinta Winarsih
89 89. Like a Baby
90 90. Siapa Ara?
91 91. Air Mata Dean
92 92. Buka Jahitan
93 93. Shopping
94 94. Berita
95 95. Ketika Badai Datang
96 96. Titik Balik
97 97. Sandaran Hati
98 98. Hati Seorang Isteri
99 99. Bunga Untuk Winarsih
100 100. Dean Sachet is Coming
101 101. Nama Bayi
102 102. Pillow Talk
103 103. Resah
104 104. Akung dan Uti
105 105. Sidang Putusan
106 106. Wanita Pemilik Saham
107 107. Teman Lama
108 108. Obrolan
109 109. Tatapan Nostalgia
110 110. Salah Tingkah
111 111. Dirja dan Uti
112 112. Oleh-Oleh Dari Kalimantan
113 113. Misi Dean
114 114. Gosip Time
115 115. Kebohongan Kecil
116 116. Titah Bu Amalia
117 117. Rapat Pemegang Saham (1)
118 118. Jatuh Cinta Lagi
119 119. Rapat Pemegang Saham (2)
120 120. Curahan Hati Winarsih
121 121. Usaha Dean
122 122. Hari Pertama
123 123. PDKT
124 124. Curahan Isi Hati
125 125. Anak Dan Ibu
126 126. Berburu
127 127. Efek SPA
128 128. Aku Cinta Mas Dean
129 129. Mesra
130 130. Anggi Nisakara Hartono
131 131. Menatapmu Lekat-Lekat
132 132. Mas Gagah
133 133. Arti Dirimu
134 134. Selamat Ulang Tahun Mas
135 135. Bye Ara
136 136. Makan Malam Paket Lengkap
137 137. Jambi
138 138. Jawa di Jambi
139 139. Rewang
140 140. Panen Bu Sumi
141 141. Acara Sesudah Panen
142 142. Stressnya Dean
143 143. Sungsang
144 144. Kelahiran Kedua
145 145. Ciuman Yuk
146 146. Kejutan Sebelum Pesta
147 147. Untuk Cinta Winarsih
148 148. Raja dan Ratu Sehari
149 149. Paguyuban Winarsih
150 150. EXTRA PART : 2 Tahun Kemudian
151 151. EXTRA PART : Winarsih S.Mb
152 152. GENK DUDA AKUT
153 SPECIAL PART : 1.0
154 SPECIAL PART : 2.0
155 SPECIAL PART : 3.0
156 SPECIAL PART : 4.0
157 SPECIAL PART : 5.0
Episodes

Updated 157 Episodes

1
1. Cita-cita Winarsih
2
2. Persiapan
3
3. Perjalanan
4
4. Keluarga
5
5. Pak Hartono
6
6. Dean Danawira Hartono
7
7. Malam Minggu
8
8. Kepergok
9
9. Mendadak Masak
10
10. In The Night Club
11
11. Sorry, Dear
12
12. Pertengkaran
13
13. Maaf ?
14
14. Luka
15
15. Tak Cukup
16
16. Penyesalan
17
17. Ancaman
18
18. Multivitamin
19
19. Larut Malam
20
20. Monas
21
21. Bye, Love.
22
22. Where Are You?
23
23. Kebisuan
24
24. Get Out of My Car
25
25. Ukuran
26
26. Di Dekat Pohon Bambu
27
27. "Saya laper Pak,"
28
28. Pita Kecil Merah Hati
29
29. Eneg?
30
30. Peluk Aku
31
31. Create Memories
32
32. Calon Asisten Pak Hartono
33
33. Pergunjingan
34
34. Tell Him!
35
35. Duduk Persoalan
36
36. Tempat Bersandar
37
37. Pamit
38
38. Pulang
39
39. Di Mana Kamu?
40
40. Desa Beringin
41
41. Murka Ibu
42
42. Tamu Tengah Malam
43
43. Keputusan
44
44. Kebahagiaan Dean
45
45. Pengakuan
46
46. Pria Dengan Beskap
47
47. Dia, Istriku
48
48. Kekhawatiran Dean
49
49. Dia, Suamiku
50
50. Kerepotan Dean
51
51. Teruntuk Utomo
52
52. Berpapasan
53
53. Bu Winar
54
54. Sakit Bu Amalia
55
55. Kau Adalah Sebuah Alasan
56
56. Pengakuan Dean
57
57. Pria Miskin?
58
58. Keresahan Winarsih
59
59. Melepas Dean Pergi
60
60. Pelukan Untuk Ibu
61
61. Stay Away From Me
62
62. Tunggu Aku di Kotamu
63
63. Uang Bu Winar
64
64. Rumah Mertua
65
65. Rumah Hijau
66
66. Galaunya Dean
67
67. Bertemu Reporter Desa
68
68. You Are My Home
69
69. Sepetak Sawah Untuk Winarsih
70
70. Kabar
71
71. Baik-Baik Sayang
72
72. Where Are You (2)
73
73. Naif
74
74. Kebisuan (2)
75
75. I Heart You
76
76. Tamu di Pagi Buta
77
77. Get Out of My House
78
78. Keluarnya Kartu As
79
79. Langkah Selanjutnya
80
80. Dean Sachet
81
81. Peringatan
82
82. Efek Cemburu Dean
83
83. Kram Dini Hari
84
84. Insiden
85
85. Akhir Cinta Disty
86
86. Hei, Love!
87
87. Aku Di Sini
88
88. Cinta Winarsih
89
89. Like a Baby
90
90. Siapa Ara?
91
91. Air Mata Dean
92
92. Buka Jahitan
93
93. Shopping
94
94. Berita
95
95. Ketika Badai Datang
96
96. Titik Balik
97
97. Sandaran Hati
98
98. Hati Seorang Isteri
99
99. Bunga Untuk Winarsih
100
100. Dean Sachet is Coming
101
101. Nama Bayi
102
102. Pillow Talk
103
103. Resah
104
104. Akung dan Uti
105
105. Sidang Putusan
106
106. Wanita Pemilik Saham
107
107. Teman Lama
108
108. Obrolan
109
109. Tatapan Nostalgia
110
110. Salah Tingkah
111
111. Dirja dan Uti
112
112. Oleh-Oleh Dari Kalimantan
113
113. Misi Dean
114
114. Gosip Time
115
115. Kebohongan Kecil
116
116. Titah Bu Amalia
117
117. Rapat Pemegang Saham (1)
118
118. Jatuh Cinta Lagi
119
119. Rapat Pemegang Saham (2)
120
120. Curahan Hati Winarsih
121
121. Usaha Dean
122
122. Hari Pertama
123
123. PDKT
124
124. Curahan Isi Hati
125
125. Anak Dan Ibu
126
126. Berburu
127
127. Efek SPA
128
128. Aku Cinta Mas Dean
129
129. Mesra
130
130. Anggi Nisakara Hartono
131
131. Menatapmu Lekat-Lekat
132
132. Mas Gagah
133
133. Arti Dirimu
134
134. Selamat Ulang Tahun Mas
135
135. Bye Ara
136
136. Makan Malam Paket Lengkap
137
137. Jambi
138
138. Jawa di Jambi
139
139. Rewang
140
140. Panen Bu Sumi
141
141. Acara Sesudah Panen
142
142. Stressnya Dean
143
143. Sungsang
144
144. Kelahiran Kedua
145
145. Ciuman Yuk
146
146. Kejutan Sebelum Pesta
147
147. Untuk Cinta Winarsih
148
148. Raja dan Ratu Sehari
149
149. Paguyuban Winarsih
150
150. EXTRA PART : 2 Tahun Kemudian
151
151. EXTRA PART : Winarsih S.Mb
152
152. GENK DUDA AKUT
153
SPECIAL PART : 1.0
154
SPECIAL PART : 2.0
155
SPECIAL PART : 3.0
156
SPECIAL PART : 4.0
157
SPECIAL PART : 5.0

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!